Minggu, 26 Februari 2012

Yahudi Sudah Liberal Sejak 400 Tahun Lalu


Baruch SpinozaJurnalis Independen: Tradisi pemikiran liberal adalah sebuah sejarah panjang yang dimulai oleh Yahudi ratusan tahun lalu. Dalam bukunya Tractatus Theologico-Politicus, 1670, seorang Rabbi Yahudi bernama Baruch mulai mempertanyakan keabsahan kitab Suci Yahudi. Temuan itu dikatakan Direktur Eksekutif INSISTS, Ustadz Adnin Armas, dalam diskusi Titik Temu Yahudi dan Kristen Dalam Peradaban Barat di Kajian Zionisme Internasional, Ahad (26/2) kemarin.

“Disinilah metode historis kritis terhadap kitab suci dimulai. Pelopornya adalah Baruch Spinoza, seorang Yahudi liberal. Dia menulis buku traktat politik teologis. Ini buku liberal pada zamannya,” tandasnya.

Akibat tulisannya, Spinoza dikucilkan oleh para Rabbi Yahudi. Sebab buku ini dinilai sebagai karya awal yang menghujat Yahudi. Salah satunya bantahan terhadap klaim Yahudi adalah bangsa terpilih dan selain Yahudi adalah Gentiles.

“Apa yang mereka (Yahudi, red.) klaim dibantah sendiri oleh Spinoza,” sambungnya.
Spinoza juga membantah bahwa lima kitab awal dalam perjanjian lama adalah murni karangan Musa.

Menurut Spinoza kitab kejadian dan ulangan adalah karya diluar Nabi Musa. “Jadi Yahudi pada waktu itu sudah menolak perjanjian lama.” Lanjutnya.

Spinoza juga menyentuh metode penafsiran layaknya para pengusung liberalisme Islam mengritik Qur’an.

Ustadz Adnin mengatakan bahwa menurut Spinoza penafsiran itu tidak harus mengikuti Rabbi. Penafsiran manusia dan akalnya mampu sampai pada kebenaran dan tidak perlu ada otoritas. Persis dengan kelompok liberal saat ini.

Sedangkan dalam segi hukum, hukum-hukum dari Yahudi tidak bisa dilepaskan dari moral. Meski itu ajaran Yahudi, namun tidak bermoral atau manusiawi, maka hukum itu perlu dievaluasi kembali. “Jadi jika kita bicara liberal, Yahudi sudah liberal dengan karya Spinoza sejak 400 tahun lalu,” terangnya. (Pz)

Tidak ada komentar: