Selasa, 14 Februari 2012

Pagar Listrik Batasi Badak Sumatara

Jurnalis Independen: Keberadaan Badak Sumatra berstatus critical danger atau spesies terancam punah yang sebagian berada dalam penangkaran badak di Taman Nasional Way Kambas Lampung, dengan dibatasi pagar listrik.

Koordinator Suaka Rhino Sumatera (SRS) TNWK Lampung Dedi Chandra, di Way Kambas, Lampung Timur,  menyebutkan, badak sumatra di kawasan tersebut hanya tinggal empat ekor, terdiri atas satu pejantan dan tiga betina.

Empat ekor hewan bercula satu itu, yakni Ratu berusia 13 tahun berasal dari Way Kambas yang saat ini dalam kondisi hamil 10 bulan. Kemudian Rosa, 12, dari Bukit Barisan Selatan, lalu Andalas, 11 dari Amerika (pejantan) dan Bina, 27, dari Bengkulu yang sebelumnya lama berhabitat di Tanam Safari.

“Keempat badak ini, hidup dalam penangkaran secara masing-masing dengan dibatasi pagar listrik sepanjang 100 hektare di kawasan ini,” kata Dedi Chandra.
 
Tujuan dari penangkaran itu, untuk melindungi badak di sana berkonflik dengan hewan lainnya, mengingat populasinya kian sedikit.

“Selain itu, tujuan lainnya untuk mempercepat proses perkembangbiakan badak sumatra, yakni dengan 
mempertemukan antara badak betina dan jantan dalam waktu yang tepat dan ruang yang terbatas,” ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya membatasi kehidupan satu badak dengan badak lainnya, namun mempertemukan hewan itu pada saat musim kawin dalam areal yang dibatasi, agar pada saat musim kawin bisa cepat terjadi pembuahan.
“Sekarang yang sedang kita kembangkan adalah badak yang bernama Ratu, kini dia tengah hamil 10 bulan dan diperkirakan akan beranak pada Juli mendatang,” ujarnya.

Pada prinsipnya, menurut Dedi, kehamilan badak akan berlangsung baik, apabila betina tersebut mampu melewati tahap usia kehamilan tiga bulan pertama.

Kegagalan perkembangbiakan badak, menurutnya, terjadi karena kondisi habitat yang kurang mendukung dan proses perkawinan yang terlalu lama.

“Pada saat musim kawin, biasa ada ritual kejar-kejaran antara pejantan dan betina, jika itu tidak dibatasi ruang lingkupnya, maka ketika si jantan dan betina bertemu, masa itu akan lewat dan tidak akan terjadi pembuahan,” kata dia.

Menrutnya, bila proses persalinan Ratu berjalan sempurna, maka program tersebut akan dijadikan percontohan penangkaran di Ujungkulon, Banten.  (kjpl/mnt)

Tidak ada komentar: