Jurnalis Independen: Kabar wafatnya Ahmad Sumargono mengejutkan beberapa pihak. Tokoh
KISDI ini memiliki catatan sejarah yang membuat namanya dikenal sebagai
tokoh ummat. Secara blak-blakan, Gogon, panggilan akrab Ahmad Sumargono,
pernah menyatakan dirinya seorang fundamentalis. "Yes, I am a
fundamentalist," ujarnya di tahun 2004 dalam launching buku biografinya Ahmad Sumargono, Dai & Aktifis Pergerakan Islam yang Mengakar di Hati Umat.
Dia mengakui, pencapan fundamentalis itu menyebabkan dirinya dinilai sebagai "orang paling berbahaya" sekaligus membuat namanya menonjol di pentas politik nasional. Gogon memang tidak malu-malu bahkan ciut untuk mengakui dirinya sebagai Tokoh gerakan yang menyuarakan secara lantang penegakkan Syariat Islam. Ia berani maju kedepan dalam menggenggam identitas seorang muslim ideologis mesti ditengah-tengah kaum sekuler dan kuffar.
Hal ini memang sudah dilakoni Gogon ketika kuliah. Ia terkenal sebagai mahasiswa muslim yang tegas dan tawadhu. Akibat aktivitas mengajinya, Gogon dianggap oleh pihak keamanan sebagai mengganggu keamanan negara. Kemudian ia harus mengalami penderitaan sebagai cobaan hidup, yaitu selama enam bulan berada di tahanan Guntur tanpa ada proses pengadilan.
Nama Gogon kemudian kian tenar saat menduduki posisi di Komite Solidaritas Untuk Dunia Islam (KISDI). Saat itu Ahmad Sumargono menjadi bintangnya. Nuim Hidayat salah satu tokoh yang banyak menelitik KISDI mengatakan bahwa mesti kemampuan 'intelektual” Gogon biasa saja, ia adalah seorang aktivis yang pintar mengadakan hubungan dengan banyak fihak. Riwayat hidupnya yang pernah menjadi aktivis gerakan NII hingga Tarbiyah dan akhirnya PBB, menjadikan dirinya 'cukup matang' dalam mengadakan hubungan dengan banyak orang. Bang Gogon, banyak yang memanggilnya demikian, punya lobi-lobi politik yang cukup bagus ke banyak menteri, orang-orang militer dan ormas-ormas Islam.
Karena itu di bawah kepemimpinannya, lanjut Nuim, KISDI mengadakan berbagai 'syiar-syiar Islam politik' yang mengejutkan banyak fihak. Mulai menghimpun sukarelawan mujahidin Palestina, sukarelawan mujahidin Bosnia, sukarelawan perang Sabilillah Maluku dan lain-lain. Kisdi juga aktif dalam merespon peristiwa-peristiwa nasional dan internasional, mulai dari sikap para militer abangan yang 'memusuhi' militer santri, perubahan Soeharto ke Habibie, dukungan ke Habibie (hingga 'pengerahan massa' ke gedung MPR/DPR untuk mengusir kelompok kiri dkk), kritikan keras ke Gus Dur, pembelaan ke masalah-masalah internasional seperti penindasan Islam di Kashmir, Moro, Aljazair dan lain-lain. Dan yang paling melelahkan dan mengesankan adalah perlawanan KISDI ke koran terbesar di tanah air, Kompas.
KISDI mempersoalkan Tajuk Rencana Kompas tentang kasus Aljazair yang dianggap KISDI telah mendeskreditkan umat Islam. Isu ini dilansir KISDI justru ketika media massa di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sedang marak berita soal kematian Lady Di.
Ketika masa reformasi, Gogon melabuhkan pendaratan politiknya di Partai Bulan Bintang, namun Wakil Ketua Umum DPP PBB yang juga wakil ketua fraksi PBB di DPR itu secara resmi mengundurkan diri dari keanggotaan PBB. Pasalnya Gogon memiliki perbedaan yang sangat tajam dengan Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra terutama menyangkut dukungan partai terhadap Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla yang menurut Ahmad Sumargono bertentangan dengan hasil munas dan aturan partai.
Sumargono menambahkan dirinya lebih baik mundur dari partai dari pada terjadi perpecahan di tubuh PBB. Sumargono akhirnya meneruskan perjuangannya di luar parlemen dalam Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia yang telah lama dirintisnya. Dari situlah, Gogon melakukan gerakan-gerakan dakwah yang selalu istiqomah lantang menyuarakan tegaknya Syariat Islam. Pendirian politik yang memang dari dahulu terus diembannya dan tidak pernah berubah: “Yes I am a fundamentalist.”.
Dia mengakui, pencapan fundamentalis itu menyebabkan dirinya dinilai sebagai "orang paling berbahaya" sekaligus membuat namanya menonjol di pentas politik nasional. Gogon memang tidak malu-malu bahkan ciut untuk mengakui dirinya sebagai Tokoh gerakan yang menyuarakan secara lantang penegakkan Syariat Islam. Ia berani maju kedepan dalam menggenggam identitas seorang muslim ideologis mesti ditengah-tengah kaum sekuler dan kuffar.
Hal ini memang sudah dilakoni Gogon ketika kuliah. Ia terkenal sebagai mahasiswa muslim yang tegas dan tawadhu. Akibat aktivitas mengajinya, Gogon dianggap oleh pihak keamanan sebagai mengganggu keamanan negara. Kemudian ia harus mengalami penderitaan sebagai cobaan hidup, yaitu selama enam bulan berada di tahanan Guntur tanpa ada proses pengadilan.
Nama Gogon kemudian kian tenar saat menduduki posisi di Komite Solidaritas Untuk Dunia Islam (KISDI). Saat itu Ahmad Sumargono menjadi bintangnya. Nuim Hidayat salah satu tokoh yang banyak menelitik KISDI mengatakan bahwa mesti kemampuan 'intelektual” Gogon biasa saja, ia adalah seorang aktivis yang pintar mengadakan hubungan dengan banyak fihak. Riwayat hidupnya yang pernah menjadi aktivis gerakan NII hingga Tarbiyah dan akhirnya PBB, menjadikan dirinya 'cukup matang' dalam mengadakan hubungan dengan banyak orang. Bang Gogon, banyak yang memanggilnya demikian, punya lobi-lobi politik yang cukup bagus ke banyak menteri, orang-orang militer dan ormas-ormas Islam.
Karena itu di bawah kepemimpinannya, lanjut Nuim, KISDI mengadakan berbagai 'syiar-syiar Islam politik' yang mengejutkan banyak fihak. Mulai menghimpun sukarelawan mujahidin Palestina, sukarelawan mujahidin Bosnia, sukarelawan perang Sabilillah Maluku dan lain-lain. Kisdi juga aktif dalam merespon peristiwa-peristiwa nasional dan internasional, mulai dari sikap para militer abangan yang 'memusuhi' militer santri, perubahan Soeharto ke Habibie, dukungan ke Habibie (hingga 'pengerahan massa' ke gedung MPR/DPR untuk mengusir kelompok kiri dkk), kritikan keras ke Gus Dur, pembelaan ke masalah-masalah internasional seperti penindasan Islam di Kashmir, Moro, Aljazair dan lain-lain. Dan yang paling melelahkan dan mengesankan adalah perlawanan KISDI ke koran terbesar di tanah air, Kompas.
KISDI mempersoalkan Tajuk Rencana Kompas tentang kasus Aljazair yang dianggap KISDI telah mendeskreditkan umat Islam. Isu ini dilansir KISDI justru ketika media massa di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sedang marak berita soal kematian Lady Di.
Ketika masa reformasi, Gogon melabuhkan pendaratan politiknya di Partai Bulan Bintang, namun Wakil Ketua Umum DPP PBB yang juga wakil ketua fraksi PBB di DPR itu secara resmi mengundurkan diri dari keanggotaan PBB. Pasalnya Gogon memiliki perbedaan yang sangat tajam dengan Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra terutama menyangkut dukungan partai terhadap Susilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla yang menurut Ahmad Sumargono bertentangan dengan hasil munas dan aturan partai.
Sumargono menambahkan dirinya lebih baik mundur dari partai dari pada terjadi perpecahan di tubuh PBB. Sumargono akhirnya meneruskan perjuangannya di luar parlemen dalam Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia yang telah lama dirintisnya. Dari situlah, Gogon melakukan gerakan-gerakan dakwah yang selalu istiqomah lantang menyuarakan tegaknya Syariat Islam. Pendirian politik yang memang dari dahulu terus diembannya dan tidak pernah berubah: “Yes I am a fundamentalist.”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar