Selasa, 21 Februari 2012

Allahu Akbar, Alhamdulillah...Kepala Suku Asmat, Merauke Masuk Islam

Jurnalis Independen: Ustadz Fadzlan Garamatan, dai yang juga sudah malang melintang dakwah di pedalaman Nuu Waar memang tidak hadir saat penjemputan. Beliau sengaja menunggu kedatangan tamu istimewa ini di posko.
Betul saja, setibanya rombongan tamu dan penjemput di posko, Ustadz Fadzlan sudah menanti kehadiran mereka.

Tim hadrat pun kembali menyusun iramanya, sambil berbaris bak menyambut sang raja. Betul kan, tamu itu kan raja. Walhasil, perumahan di mana posko AFKN berada menjadi ramai dengan suara-suara yang keluar dari rebana. Kegembiraan menyambut kepala suku ini, seperti kami menyambut saudara lama yang tak pernah berjumpa. Demikian juga dengan Ustadz Fadzlan yang sudah sejak tadi menanti di depan posko yang juga menjadi tempat tinggal beliau dan keluarga.

Ternyata, bapak kepala suku ini pun telah menyiapkan “hadiah” untuk Ustadz Fadzlan. Setelah mereka saling menjabat tangan dan berpelukan, bapak kepala suku langsung memakaikan topi khas suku asmat, tas kecil di kaitkan di leher, dan ikat pinggang yang juga khas suku asmat. Semua hadiah itu terbuat dari anyaman yang khusus dibuat oleh kepala suku. Hadiah lain yang juga diberikan kepala suku itu berupa ukiran kayu yang terdapat lambang AFKN dan di bawahnya bertuliskan “AFKN ASMAT”.


Bagi Ustadz Fadzlan ini hadiah istimewa, serta menyiratkan pesan yang sangat berharga. Terlebih setelah bapak kepala suku itu menyampaikan ucapan terima kasih, dan secara langsung Ustadz Fadzlan diangkat sebagai bagian dari suku asmat.

Dan yang lebih penting lagi, kepala suku ini menyerahkan suku asmat untuk disirami dengan dakwah Islam. Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…. Sungguh mereka haus akan ruhani, mereka mendamba cahaya-Mu. Ya Allah sirami mereka dengan hidayah-Mu. Jadikan mereka sebagai pembela-pembela agama-Mu.

Bagi Ustadz Fadzlan, ini tawaran yang menantang. Dalam perjumpaan saya dengan Ustadz Fadzlan keesokannya (16/2), Ustadz Fadzlan berujar, “Kita harus segera masuk ke Asmat.” Ada gelora semangat saat ia mengatakan itu. Semangat seorang putra yang lahir dari tanah Irian. Semangat membawa saudaranya untuk kembali kepada Islam, dan merubah wajah Irian.

Wajah Irian TANPA perang antar suku, TANPA konflik, TANPA kecemburuan sosial, TANPA ketelanjangan, TANPA ketertinggalan, TANPA kebodohan. Diganti dengan wajah Irian yang penuh persaudaraan, kerukunan, saling menghargai dan membantu, kemajuan, dan kecerdasan.

Wajah yang dinaungi dengan cahaya Islam dan dalam naungan kalimat Laa Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah.

Sebelumnya, Rabu (15/2) menjelang sore, Terminal Kedatangan 1C Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng nampak ramai. Di antara keramaian itu, saya bersama kawan-kawan santri AFKN bersiap-siap untuk menyambut kedatangan tamu. Penyambutan di bandara seperti ini sesungguhnya jarang kami lakukan, kecuali tamu yang datang itu kami anggap istimewa.

Terlebih penyambutan sekitar pukul 16.00 WIB itu dilengkapi spanduk dan tim hadrat (tradisi di kalangan umat Islam Nuu Waar). Spanduk bertuliskan “Selamat Datang Kepala Suku Besar Asmat Umar Abdullah Kayimtel” itu kami bentangkan di pagar yang berhadapan dengan pintu keluar terminal yang padat sore itu.

Kini nama Kepala Suku asmat itu adalah Umar Abdullah Kayimtel. Dulu sebelum membaca Dua Kalimat Syahadat nama asli kepala suku yang tinggal di daerah Asmat, Merauke itu  Senansius Kayimtel.

Sementara istinya Agnes Atem dan anaknya, Ruben Siwir, kini telah mengubah namanya menjadi Aisya Khoirunnisa dan Ruben Siwir akan diganti menjadi Salim Abdullah.(ADam/AFKN/mnt)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

KAMI SEKELUARGA DARI IRIAN BARAT MENGUCAPKAN SELAMAT ISLAMI BUAT SELURUH SAUDARA KITA DI IRIAN,SELAMAT BERJUANG MENUJU JALAN YANG BENAR,