Sabtu, 04 Februari 2012

Di Timur Tengah Amerika Serikat Sebarkan Demokrasi Lewat Revolusi

Jurnalis Independen: Jatuhnya Rezim diktator di Timur Tengah memang patut disyukuri, namun menjadikan Negara-negara Timur Tengah untuk mengadopsi demokrasi justru menjadi fitnah baru di wilayah tersebut, sebab dari situ akan tegak berdiri negara Israel Raya. Itulah yang dikatakan Muhammad Pizaro, Redaktur Eramuslim.com saat menyampaikan tema Revolusi Timur Tengah dan Fitnah Akhir Zaman dalam acara Kajian Zionisme Internasional, di Komplek Pupuk Kaltim, Minggu, 29/01/2012.

“Dari tahun 2003, George Bush sudah mengumumkan sebuah proyek besar yang akan mengubah peta baru dunia Timur Tengah. Ia menamakannya Great Middle East. Dari sini rencana itu mulai dimatangkan. Maka tak heran, Syekh Imran Hossein sudah memperediksi akan meletusnya Revolusi di Timur Tengah," imbuhnya yang sebelum diskusi memutar video singkat pola skenario AS dalam mewujudkan revolusi.

Rencana tersebut kemudian kian dimatangkan Bush pada tahun 2004 dengan menggelontorkan uang 80 Juta Dolar yang dialokasikan bagi LSM Pro Demokrasi dan Jaringan Media di Sejumlah Negara Arab. “Jadi jika Herzl butuh waktu 50 tahun untuk mendirikan Negara Israel, maka tidak sulit bagi Amerika untuk menjalankan skenarionya dalam kurun waktu 8 tahun,” sambungnya.

Dua tahun kemudian, Condolezza Rice menyatakan bahwa jalan untuk mewujudkan Demokrasi di Mesir adalah dengan jalan chaos atau konflik. “Ucapan itu dikatakan Condolezza saat di Tel Aviv bahwa cara ampuh untuk mewujudkan Great Middle East (Israel Raya-red) dengan jalan chaos yang akan menguntungkan Barat.”

Maka tak heran jika di tahun yang sama dirilis sebuah laporan berjudul The New maps of muslim world and middle east yang dilansir dalam The American Forced Journal. Laporan ini berisi tentang rencana perubahan peta dunia Islam disertai dengan gambar-gambar perubahan lokasi sejumlah negara-negara Islam. Termasuk Arab Saudi.

Dalam konteks Mesir nama-nama yang bermain dalam menciptakan Revolusi ini bisa disematkan kepada Elbaradei, Ayman Nour, dan Wel Ghonim. Dua tahun setelah Bush mengunjungi Mesir untuk sekali lagi meminta Negara-negara Timur Tengah meninggalkan model kepemimpinan Tunggal, ElBaradei yang juga aktivis ICG pulang ke Mesir dari perantauannya selama ini di Amerika.

“Di tahun 2010, nama Elbaradei tidak banyak dikenal warga Mesir, namun uniknya di tahun 2011 poster-posternya sudah mewarnai jalan-jalan Mesir sebagai calon presiden,” katanya lebih jauh.

Pekerjaan ini tidak lepas dari dukungan Freedom House, LSM HAM buatan agen Yahudi Liberal, Wendell Wilkie yang bercokol di Negara-negara Timur Tengah. Dalam mapping Freedom House di tahun 2008-2010, mayoritas Negara-negara Timur Tengah masih diarsir ungu oleh mereka.

“Itu artinya apa? Arsiran ungu menandakan bahwa Negara-negara tersebut masih belum menjalankan demokrasi dan HAM ala Barat. Itu artinya mesti ada upaya untuk menjadikan mereka Negara yang mengadopsi demokrasi," jelas pengasuh rubrik konsultasi konspirasi ini.

Selain nama El Baradei, ada lagi nama Ayman Nour, pimpinan Partai Sekuler Ghad Mesir. Ayman Nour adalah aktivis Mesir yang pernah dipenjara oleh Rezim Mubarok, termasuk orang yang dekat dengan Obama.

“Diam-diam Ayman lah yang mengunggah pertama kali foto jenazah Khalid Said yang akhirnya menimbulkan kemarahan warga Mesir untuk menumbangkan Mubarak. Ini kemudian dilanjutkan oleh Wel Ghonim yang menjadi direktur pemasaran Google untuk wilayah Timur Tengah dengan membuat laman Facebook Khalid Said.”

Pertanyaannya adalah mengapa Amerika Serikat ingin menumbangkan para boneka-bonekanya di Timur Tengah yang notabene adalah sekutunya sendiri? Menurut pemerhati konspirasi ini, Amerika memang benci dengan kekuasaan yang terlalu gemuk dan pemerintahan yang korup. Namun tentu saja berbeda motif dengan apa yang kita pahami. Amerika beranggapan korupsi akan memperkuat kekuatan Islam di akar rumput karena efek kesenjangan sosial, dan ini menurut Robert Heffner, peneliti Islam Amerika, akan membangkitkan semangat persaudaraan Islam yang akan berorientasi pada jihad global.

"Karena itu pemerintah yang korup harus dijatuhkan khususnya di daerah strategis Timur Tengah karena rencana demokratisasi Timur Tengah adalah salah satu program yang dijanjikan pemerintahan Obama saat berkampanye,” ujarnya.(humas kazi/mnt)

Tidak ada komentar: