Selasa, 21 Februari 2012

Indra Azwan, Bapak Pencari Keadilan "Terancam Bunuh" Surat Wasiat dan Mekhah Jadi Solusi Terakhir, Tragis, Sungguh Tragis Keadilan di Negeri yang Katanya Pancasila Ini....

Jurnalis Independen: Sudah demikian melempemkah penegakan hukum di negeri ini? Sehingga pencari keadilan harus membuat kontrak mati? Terkait Upaya Indra Azwan untuk mencari keadilan atas kematian anaknya Rizki Andika tak pernah surut. Namun, taruhan untuk menuntut myawa anaknya di depan hukum hanya menjadi tontonan masyarakat bahkan pihak aparat hukum sendiri. Ironisnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun melakukan "penyuapan" kepada Aswan agar tidak meneruskan tuntutannya. Kebuntuan pencarian keadilan, pria asal Jalan Genuk Watu Barat, Gang II, Nomor 95, Malang, Jawa Timur, menulis surat wasiat. Hal itu dilakukan lantaran takut nasibnya berakhir dengan pembunuhan oleh "aparat" yang menjadi target tuntutan keadilannya.

Tidak menutup kemungkinan banyak pihak yang tidak suka dengan aksinya tersebut. Di negeri yang tidak mengindahkan kejujuran dan menafikkan keadilan bahkan dipimpin oleh pemimpin yang lebih suka menyusp dari pada menegakkan keadilan, adalah riskan bagi keselamatan nyawa Indra Azwan.

“Saya juga telah menulis surat wasiat. Siapa tahu saya meninggal tidak wajar selama perjalanan mencari keadilan ke Mekhah nanti,” kata Indra di Jalan Diponegoro, Surabaya, Senin (20/2/2012).

Isi surat wasiat berupa beberapa permintaan kepada keluarganya.

Diantaranya, "Jika saya meninggal tidak wajar maka jenazah saya jangan dimandikan atau dikafani. Pihak keluarga diminta untuk membawa jenazahnya itu ke Istana Negara. Surat wasiat itu ada cap jempol darah saya,” ungkapnya.

Menurutnya, upaya itu adalah untuk berjaga-jaga saja. "Saya tidak ingin seperti Munir," tambahnya. Munir adalah tokoh Hak azasi yang di bunuh oleh tangan-tangan jahat pro pemerintah lantaran mengetahui borok-borok penguasa saat itu.

Seperti diberitakan, Indra Azwan mencari keadilan atas kecelakaan yang menyebabkan putranya Rizki Andkika tewas pada 1993. Menurut Indra, anggota polisi bernama Joko Sumantri yang menabrak anaknya itu tidak tersentuh hukum hingga saat ini.

Bahkan, oknum polisi ini masih menjabat di lingkungan Polda Jatim. Selain melakukan aksi jalan kaki, Indra Azwan juga empat kali mogok makan mulai tahun 2008-2010.

Pada Agustus 2010 dia nekat melakukan aksi jalan kaki dari Malang ke Jakarta selama 22 hari. Aksi ini membuahkan hasil dengan adanya instruksi Kemenkum HAM agar perkara ini diprioritaskan, namun sampai akhir tahun tak membuahkan hasil.

Sebelumnya, Pria asal Malang, Jawa Timur, yang mencari keadilan terkait kematian anaknya yang tewas ditabrak oleh polisi akan kembali melakukan aksi jalan kaki. Tak tanggung-tanggung kali ini dia akan berjalan kaki menuju Makkah, Arab Saudi.

Indra mengatakan terpaksa akan melakukan hal itu karena tidak puas dengan penanganan kasus kematian anaknya. Dia pun sebenarnya sudah dua kali melakukan aksi jalan kaki Jakarta-Malang demi menuntut keadilan.

Namun, dia merasa janji-janji yang diungkapkan pihak Istana saat dia bertemu tahun 2011 silam ternyata hanya omong kosong belaka. Pasalnya, menurut Indra, anggota polisi bernama Joko SUmantri yang menabrak anaknya Rizki Andika, hingga tewas pada tahun 1993 lalu tak tersentuh hukum. Bahkan Joko masih menjabat di lingkungan Polda Jatim.

Kini Indra akan berjalan menuju Makkah, Arab Saudi. Alasannya ‘bapak pencari keadilan’ ini putus asa mengadu ke manusia. Tujuannya kini berharap keadilan dari sang khalik di tanah suci.

Indra mengaku sudah putus asa dengan menunggu janji-janji baik dari para pejabat kepolisian sampai Presiden SBY sekali pun. Bahkan dalam sidang laka yang baru digelar 18 tahun kemudian, pelaku penabrakan Kompol Joko Sumantri tetap tidak terjerat hukum.

Terkait persiapan perjalanannya ke Makkah, Indra telah mulai mempersiapkan fisiknya. Selain itu, dia juga telah menyiapkan paspor untuk perjalanannya tersebut.

Perjalanan kali ini diperkirakan akan memakan waktu selama satu tahun. Tentu saja jika dirinya tidak tewas terbunuh seperti beredarnya isu ancaman terhadapnya. Ah...Tragis nian kondisi keadilan di negeri yang menganut azas Pancasila ini.....Memang untuk inikah negeri ini dimerdekakan oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa pada 17 Agustus 1945 lalu?(oki/mnt)

Tidak ada komentar: