Jurnalis Independen: Kalau jujur mau mengakui, di Indonesia ini banyak orang-orang aneh.
Lihatlah kelakuan media-media yang kini gencar menyerang FPI. Selain
media tersebut milik Yahudi, media itu kelihatan pintar, intelektual,
cerdas; tetapi moralitasnya adalah moralitas kumpulan manusia yang
membenci islam seperti yang termaktub dalam Alquran (2:120). Sayang,
sangat disayangkan sekali. Nas’alullah al ‘afiyah fid dunya wal akhirah.
Sudah jelas-jelas beberapa hari kemarin, saat kunjungan ke Kalimantan
Tengah, beberapa tokoh FPI nyaris menjadi sasaran amuk massa dan
pengepungan komunitas-komunitas Dayak anarkhis. Buktinya, DPP FPI
melaporkan Gubernur dan Kapolda Kalteng ke mabes Polri untuk beberapa
tuduhan sekaligus.
Salah satunya, upaya pembunuhan pimpinan FPI. Tapi
aneh bin ajaib. FPI yang jadi korban, FPI juga yang dihujat. Dalam demo
di Bundaran HI, Ulil Abshar dan kawan-kawan menyerukan agar FPI
dibubarkan.
Media-media massa, termasuk MetroTV dan TVOne, tidak
segan-segan memberi CORONG GRATIS kepada siapa saja yang anti FPI,
dengan tentunya -seperti biasa- mereka tinggalkan etika Cover Both Side.
Kompas malah sangat kacau (kalau tidak disebut rusak nalar), media itu
mengutip pernyataan Din Syamsuddin yang katanya menolak ormas anarkhis.
Padahal dalam perkataan Din, tidak ada pernyataan ormas anarkhis.
Paling
parahnya, SBY juga ikut-ikutan menyudutkan FPI. Dia meminta agar FPI
instropeksi diri. Orang ini aneh sekali. Masalah hukum soal “ancaman
pembunuhan” tokoh-tokoh FPI belum dia bahas, malah sudah meminta FPI
instropeksi diri. Hal begini ini kan sangat kelihatan kalau kasus FPI
itu sebagai pengalihan isu, ketika Partai Demokrat sedang dilanda
“Tsunami Besar” akibat kasus-kasus korupsi yang melibatkan elit-elit
mereka.
Kita mesti ingat, di masa-masa sebelum, setiap ada masalah
besar menimpa Pemerintah SBY, selalu saja ada “jalan keluar” berupa
kasus-kasus terorisme, kerusuhan agama, dan lainnya. Nah, disinilah
kita saksikan betapa anehnya kelakuan orang-orang Indonesia. Sudah tahu,
mereka itu sakit dan banyak menanggung penyakit. Bukannya berobat atau
menahan diri, agar sakitnya tidak semakin parah. Malah mereka semakin
menghujami dadanya dengan belati tajam, untuk menghancurkan dirinya
sendiri.
Aneh…aneh…tidak waras! Kalau dicermati, tampak adanya
KAITAN antara insiden di Palangkaraya, respon media-media massa yang
begitu cepat, gerakan demo anti FPI dipimpin oleh seorang tokoh Partai
Demokrat, serta pernyataan SBY. Semua elemen-elemen ini tampaknya saling
berkaitan satu sama lain, menggarap isu FPI, dalam rangka mengalihkan
perhatian masyarakat dari bencana korupsi yang kini sedang menimpa
jajaran elit Partai Demokrat.
Kalau dianalisis lebih dalam, kita
bisa melihat adanya model skenario yang KEMUNGKINAN dijalankan, untuk
menjebak FPI dalam pusaran kasus sosial; lalu kasus itu dipakai untuk
tujuan-tujuan politik.
Pertama, FPI diundang datang ke Kalteng untuk membela masyarakat yang katanya dizhalimi oleh Gubernur Kalteng.
Mengapa
FPI ingin dilibatkan? Karena FPI secara gagah berani membela warga
Mesuji, Lampung. pembela kasus Mesuji bukan dari kelompok masyarakat
yang katanya anti kekerasan. Tetapi, sekali lagi pembelanya adalah FPI
yang kini dicap oleh kelompok "sipilis" sebagai kelompok anarkhis!
Sehingga dari kasus Mesuji itu bisa menjadi titik peluang untuk
mengundang FPI ke Kalteng.
Kedua, ketika di
Kalteng, pihak Gubernur sudah menyiapkan penyambutan bagi tokoh-tokoh
FPI yang akan datang. Menurut informasi, gerakan massa dimulai dari
kantor Gubernur Kalteng. Aneh sekali, kantor negara dipakai untuk
merencanakan gerakan-gerakan anarkhis.
Ketiga,
terjadi insiden di lapangan udara Palangkaraya, berupa penolakan dan
pengepungan pesawat oleh massa anarkhis, dengan membawa senjata tajam
dan mengeluarkan kata-kata makian. Alhamdulillah, tidak ada satu pun
tokoh FPI yang cidera secara fisik. Insiden terjadi lagi saat
tokoh-tokoh FPI singgah di Banjarmasin.
Keempat,
sebelum insiden terjadi pihak FPI sudah mencium ada gelagat tidak beres
di Kalteng. Dan lebih mengherankan lagi ketika Kapolda Kalteng angkat
tangan, tidak mau tanggung-jawab kalau tokoh-tokoh FPI tetap datang ke
Kalteng. Hal ini membuktikan, bahwa ada SKENARIO BESAR yang tak sanggup
dihadapi oleh Kapolda Kalteng.
Kelima, setelah
terjadi insiden Kalteng, para aktivis LIBERAL dan KOMPRADOR di Jakarta
sudah menyiapkan demo untuk menggugat FPI. Media-media massa sudah siap
“nampani” amanah untuk menggebuk FPI dari sisi opini media. Kompas,
Detik.com, MetroTV, TVOne, Kantor Berita Antara, dll. sudah siap untuk
memanaskan situasi. Mereka lupa sama sekali dengan kenyataan, bahwa
tokoh-tokoh FPI hampir habis dikeroyok komunitas Dayak anarkhis.
Keenam,
sebagai bagian dari skenario ini ialah pernyataan SBY yang meminta agar
FPI instropeksi diri. Ditambah lagi pernyataan Mendagri Gamawan Fauzi,
bahwa ormas anarkhis bisa dibekukan.
Hal-hal seperti di atas bisa
dibaca secara terpisah-pisah, bisa juga dibaca sebagai sebuah kesatuan
skenario, demi menjatuhkan FPI dan mencapai target politik tertentu.
Lagi pula hal-hal demikian sudah sering terjadi.
Saat kapan saja ketika
Pemerintah SBY atau Partai Demokrat sedang terdesak, selalu ada “jalan
keluar” untuk mengalihkan perhatian publik.Yang paling sering dipakai
adalah isu TERORISME, ormas anarkhis, dan kerusuhan berbasis agama.
Tapi
yang paling kasihan dari semua ini ya…masyarakat Indonesia selama ini
(dan tentu saja aktivis-aktivis Islam yang sering “digunakan” oleh
negara sebagai “jalan keluar”).
Masyarakat terus disuduhi
kebohongan, penyesatan, skandal, konspirasi, pengkhianatan, kezhaliman,
dan seterusnya. Yah, bagaimana hidup akan aman, tentram, dan damai;
kalau cara-cara licik seperti itu selalu dipakai? Mau hidup damai
dimana, Pak, Bu, Mas, dan Mbak? Anda hendak sembunyi di dasar inti bumi
sekalipun, kalau OTAK LICIK itu masih ada, nonsense akan ada kedamaian.
Yang ada hanyalah kemunafikan telanjang; mengaku anti kekerasan, padahal
paling terdepan dalam membela kezhaliman.
Seharusnya kasus
pengkambinghitaman FPI nampak telanjang bagi siapa saja, baik rakyat
jelata apalagi pejabat, di pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.
Siapa yang membongkar kasus Mesuji, mengawal dan memberikan
perlindungan ketika para korban melaporkan hingga ke pemerintah pusat
di Jakarta? Jawabanya adalah Fron Pembela Islam alias FPI!
Siapa
yang menjadi aktor pembunuh, penggerak, penyandang dana pada operasi
Mesuji? Jawabnya: Operatornya, bukan penduduk sipil! Penggeraknya juga
bukan masyarakat biasa alias oknum pejabat daerah yang kongkalikong
dengan oknum yang ada di pusat! Siapa Penyandang dana dalam Kasus
Mesuji?
Jawabnya: Pengusaha bermental Kapitalis! Imperialis! Borjuis!
Antek Komunis, Liberalis dan Zionis!
Bandingkan dengan yang
sekarang menimpa FPI! Siapa Pelaku usaha pembunuhan dan dan pencitraan
anarkhis FPI? Siapa Penyandang dananya? Siapa yang membiarkan citra
anarkhis itu?
Jawabnya adalah eksekutornya adalah para preman yang
berselimut warga Dayak! penyandang dananya adalah Media-media corong
Kapitalis! Imperialis! Borjuis! Antek Komunis, Liberalis dan Zionis!
Yang menyokong pergerakannya adalah oknum pejabat dari tingkat daerah
hingga tingkat pusat!
Semua ini bukan kebetulan! Semua initidak
alami, tetapi sebuah skenario matang dan hanya masyarakat yang cerdas,
kritis dan selalu waspada yang tidak bisa ditipu oleh kumpulan manusia
yang dalam hatinya menjadi sarang syetan bahkan menjadi istana iblis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar