Jurnalis Independen: Akhir-akhir ini, para ilmuwan baru berbicara tentang otak yang berada dalam jantung (hati) yang terdiri dari 40.000 neuron, yaitu yang kita sebut "akal" yang terdapat di pusat jantung.
Akal inilah yang bertugas memandu otak untuk melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu, Allah menjadikan jantung sebagai sarana untuk memahami firman-Nya.
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." (QS. Al-Hajj: 46).
Ayat ini menegaskan bahwa jantung (hati) itu berpikir dan sadar. Anehnya, sebagian ilmuwan akhir-akhir ini baru menemukan hubungan antara hubungan hati dengan kesadaran dan berpikir. Maha Suci Allah.
Terkait berita di atas, mengingatkan kita akan kejadian Enam belas tahun lalu, ketika ilmuwan Edinburgh menghiasi halaman muka berbagai media massa karena berhasil mengkloning mamalia, domba bernama Dolly, di Roslin Institute. Kelahiran domba ini menciptakan harapan akan generasi baru dalam pengobatan.
Kini, berita kembali datang dari Edinburgh, tepatnya di Edinburgh's Centre for Regenerative Medicine, di mana ilmuwan terus mengembangkan teknologi yang dulu dipakai untuk Dolly.
Dalam serangkaian eksperimen, para ilmuwan ini menciptakan jaringan otak dari pasien penderita schizophrenia, depresi bipolar, dan sakit jiwa lainnya.
Dari potongan kulit pasien, para ilmuwan mampu membuat neuron yang identik dengan sel otak yang bersangkutan. Sel otak ini tumbuh di laboratorium sehingga ilmuwan bisa meneliti dan mengungkap rahasia neurologis kondisi para pasien.
"Neuron seorang pasien dapat memberitahu kita banyak hal tentang kondisi psikologis yang mempengaruhi mereka. Tapi Anda tidak dapat memasukkan jarum ke otak seseorang dan mengambil sel-selnya, " kata Profesor Charles ffrench-Konstan, Direktur Edinburgh's Centre for Regenerative Medicine, seperti dikutip dari laman Guardian.
"Tapi, kami telah menemukan jalan keluarnya. Kami ambil sampel kulit pasien, lalu kami membuat sel-sel induk. Sel-sel induk ini kemudian tumbuh menjadi sel otak. Intinya, kami mengubah sel kulit seseorang menjadi sel otak.
Di masa mendatang, cara yang sama bisa diterapkan pada hati, jantung, dan organ lain yang sangat sulit untuk dibiopsi."
Para pakar ini berkonsentrasi pada sejumlah kondisi neurologis, termasuk multiple sclerosis, parkinson, dan penyakit motor neuron. Selain itu, mereka juga meneliti schizophrenia dan depresi bipolar, dua penyakit penurunan yang disebabkan malfungsi aktivitas otak.
Profesor Andrew McIntosh dari Royal Edinburgh Hospital, yang ikut berkolaborasi dalam penelitian ini mengatakan ilmuwan kesulitan mendapat sampel otak penderita schizophrenia, saat pasien masih hidup. Penelitian ini membuat peneliti mempelajari sel otak saat pasien masih hidup.
"Kami membuat tipe otak yang berbeda dari sampel kulit penderita schizophrenia dan depresi bipolar," kata McIntosh. Lantas, mereka menggunakan obat-obat psikologi standar, seperti lithium, untuk melihat bagaimana obat ini mempengaruhi sel-sel di laboratorium. "Setelah itu, kami juga mencoba obat baru."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar