Senin, 06 Februari 2012

Politikus Memang Tikus, SBY Tidak Bela Anas yang Korup Tapi Bela Demokrat!


HeadlineJurnalis Independen: Politik memang kejam! Politikus selalu berpikir politis, kekuasaan, penyelamatan diri sendiri, jika prahara datang,  (partai dari hujatan) karena sepak terjang kader, bahkan diri pengurus partai sendiri, mereka menggunakan segala daya dan upaya untuk membela dengan berbagai cara tanpa memikirkan rakyat yang dibodohinya.


Sungguh terlalu, di negeri ini masih banyak model politikus yang ditampilkan salah satunya oleh Partai Demokrat. Lihat saja Justifikasi mereka lewat Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua yang mengatakan bahwa pidato Ketua Dewan Pembina (Kawanbin) SBY di Cikeas, minggu (5/2/2012) lalu tidak membela Anas Urbaningrum.

Bagi Max, apa yang disampaikan oleh SBY bukan dalam konteks pembelaan terhadap kubu manapun. Sebagai ketua dewan pembina, SBY hanya membela Partai Demokrat.

"Saya kira itu harus menerjemahkannya dalam dunia politik, tidak membela siapa-siapa, SBY membela Partai Demokrat," ujar Max di gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/2/2012).

Max mengatakan, bahwa apa yang disampaikan SBY adalah upaya membersihkan partai. Tidak dalam persoalan membela orang per orang.

"Bahwa dia menginginkan partai ini bersih-bersih dan berdasarkan hukum. Sebagai lembaga yang menangani masalah hukum diharapkan bisa menyelesaikan secepat mungkin. Yang satu adalah SBY konsen membela Partai Demokrat supaya tidak turun terus menerus," jelasnya.

Dalam pidatonya, SBY menegaskan bahwa tidak ada penonaktifan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum. Ini menjawab rumor bahwa Dewan Pembina akan melengserkan Anas.

SBY menegaskan juga, Demokrat menunggu proses hukum yang sedang berjalan. Juga meminta penegak hukum segera memproses masalah hukum tersebut.

Sementara itu, alih-alih "turut mengurusi" membuka kedok siapa yang bertanggungjawab dibalik kasus korupsi Wisma Atlet, Partai Demokrat malah ribut mendongkrak suara dan popularitas SBY dan Partai dan saling berebut menjadi penjilat SBY. Sungguh hal ini sangat tidak manusiawi dan menyakitkan hati rakyat, anehnya manusia di negeri ini senang dipimpin oleh manusia yang tidak memanusiakan rakyatnya.....

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Syarief Hasan membantah pernyataan Hayono Isman yang memberi ultimatum tiga bulan kepada DPP untuk menaikkan elektabilitas suara.

Syarief menegaskan, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak pernah memberikan ultimatum kepada DPP terkait menurunnya survei elektabilitas Partai Demokrat.

"Tidak ada itu, itu rumor lagi. Tidak lah bukan begitu. Yang jelas arahan presiden supaya seluruh kader komit untuk bekerja lebih baik lagi. Lebih keras," ujar Syarief di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/2/2012).

Menteri Koperasi dan UKM ini menegaskan, SBY hanya meminta agar jajaran DPP dan khususnya Anas Urbaningrum sebagai ketua umum mampu menjelaskan kepada publik tentang persoalan yang dihadapi Demokrat.

"Semua permasalahan supaya dihadapi dan kalau memang ada tudingan macam-macam dari manapun dihadapi, dijelaskan. Katakanlah tidak. Jelaskan permasalahnnya. Kan presiden begitu arahannya. Itu jelas sekali," terangnya.

Sebelumnya, Hayono memberikan ultimatum kepada DPP terkait merosotnya elektabilitas Demokrat. Dalam 8 bulan terakhir, Demokrat merosot hingga 8 persen.

HeadlineKini, Demokrat di urutan ketiga di bawah Golkar dan PDIP. Hayono mengancam jika turun hingga 10 persen dalam tiga bulan ke depan, dewan pembina akan mengambil tindakan dan turun tangan langsung.

Beginikah moralitas partai pemerintah itu? pantas pemerintahan ini bertambah hari bertambah "amburadul dan terpuruk terkena azab Tuhan".

Sementara itu seorang arif yang juga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, meningkatnya citra Golkar di mata publik karena memanfaatkan kesempatan kasus yang menyeret bekas Bendahara Umum PD, M Nazaruddin itu ke balik jeruji besi.

"Partai itu seperti main pingpong, kita akan dapat poin kalau kita berusaha bermain bagus. Golkar berusaha, partai juga dapat poin kalau partai lain mengalami kesalahan," katanya, di Jakarta Senin (6/2) malam.

Dijelaskannya, setiap partai akan mengalami persoalan yang mengakibatkan penurunan kepercayaan publik. Oleh sebab itu, ia meminta agar partai binaan presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu sadar diri. "Banyak partai mengalami seperti itu. Yang paling penting partai tersebut introspeksi diri, memperbaiki diri," ujar JK.

Sebagaimana diketahui, hasil survei yang dirilis Minggu (5/2/2012), LSI mengungkapkan bahwa kepercayaan publik terhadap Partai Demokrat terus menurun ke posisi 3 di bawah Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Peneliti LSI Barkah Pattimahu, mengungkapkan, Januari 2012 ini merupakan pertama kali sejak 2009 lalu Partai Demokrat melorot hingga posisi ketiga. Karena kini dukungan publik terhadap Demokrat hanya 13,7 persen, di bawah Partai Golkar 18,9 persen dan PDI Perjuangan 14,2 persen.(ini/mnt)

Tidak ada komentar: