Jumat, 03 Februari 2012

Keistiqomahan Ulama Dr Said Aqil Siradj Dulu dan Kini! Ada Apa dengan Kyai?


Jurnalis Independen: Perjalanan hidup manusia melalui berbagai fase, begitu pula perubahan fisik, mental, dan juga spiritual. Adanya perubahan ini menjadi bukti nyata bahwa hanya Allah Azza wa Jalla yang kekal. Dan kalau bukan karena karunia dari-Nya manusia tidak akan kuasa untuk teguh dalam menetapi sesuatu termasuk agamanya (istiqamah).

Karena itu, dahulu Nabishallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa memohon keteguhan hati kepada Allah:“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatikudi atas agama-Mu.” Dan ini mungkin salah satu hikmah yang dapat anda petik dari kewajiban membaca surat Al Fatihah pada setiap rakaat shalat. Pada surat ini terdapat permohonan kepada Allah Azza wa Jalla agar senantiasa menunjuki anda jalan yang lurus, yaitu jalan kebenaran.

Fenomena ini terus melintas dalam pikiran saya, gara-gara saya membaca pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj di berbagai media. Said Aqil Siradj mengatakan bahwa ajaran syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni.

Untuk menguatkan klaimnya ini,Said Aqil merujuk pada kurikulum pendidikan pada almamaternya Universitas Umm Al Quro di Arab Saudi. Menurutnya: "Wahabi yang keras saja menggolongkan Syiah bukan sesat."

Pernyataan Said Aqil ini menyelisihi fakta dan menyesatkan. Sebagai buktinya, pada Mukaddimah disertasi S3 yang ia tulis semasa ia kuliah di Universitas Umm Al Quro, hal: tha’ (ط) Said Aqil menyatakan: “Telah diketahui bersama bahwa umat Islam di Indonesia secara politik, ekonomi, sosial dan idiologi menghadapi berbagai permasalahan besar. Pada saat yang sama mereka menghadapi musuh yang senantiasa mengancam mereka. Dimulai dari gerakan kristenisasi, paham sekuler,kebatinan, dan berbagai sekte sesat, semisal syi’ah, Qadiyaniyah (Ahmadiyyah), Bahaiyah dan selanjutnya tasawuf.

Pernyataan Said Aqil pada awal dan akhir disertasi S3 nya ini menggambarkan bagaimana pemahaman yang dianut oleh Universitas Umm Al Quro. Bukan hanya Syi’ah yang sesat, bahkan lebih jauh Said Aqil dari hasil studinya menyimpulkan bahwa paham tasawuf juga menyimpang dari ajaran Islam. Karena itu pada akhir dari disertasinya, Said Aqil menyatakan:

Sejatinya ajaran tasawuf dalam hal “al hulul” (menyatunya Tuhan dengan manusia) berasalkan dari orang-orang Syi’ah aliran keras (ekstrim). Aliran ekstrim Syi’ah meyakini bahwa Tuhan atau bagian dari-Nya telah menyatu dengan para imam mereka, atau yang mewakili mereka. Dan idiologi ini sampai ke pada para pengikut Sekte Syi’ah berawal dari pengaruh ajaran agama Nasrani.”(Silatullah Bil Kaun Fit Tassawuf Al Falsafy oleh Said Aqil Siradj 2/605-606)

Karena menyadari kesesatan dan mengetahui gencarnya penyebaran Syi’ah di Indonesia, maka Said menabuh genderang peringatan. Itulah yang ia tegaskan pada awal disertasinya, sebagai andilnya dalam upaya melindungi Umat Islam dari paham yang sesat dan menyesatkan.

Namun, alangkah mengherankan bila kini Said Aqil menelan kembali ludah dan keringat yang telah ia keluarkan. Hasil penelitiannya selama bertahun-tahun, kini ia ingkari sendiri dan dengan lantang Said Aqil berada di garda terdepan pembela Syi’ah. Mungkinkah kini Said Aqil telah menjadi korban ancaman besar yang dulu ia kawatirkan mengancam Umat Islam di negeri tercinta ini?



Sebelumnya beebrapa pernyataan KH Said Agil Siradj menuai kontrofersi. Lembaga pengkajian yang concern meneliti problematika Syiah. Al Bayyinat, melalui Ketua Bidang Organisasinya, Habib Achmad Zein Al Kaff, mengaku sangat terkejut dengan komentar Said Agil Siraj ketika menanggapi keterangan Menteri Agama terkait aliran Syiah yang sudah difatwa sesat oleh banyak ulama.

Dalam rilisnya kepada Eramuslim.com, ia menyayangkan pernyataan Said Aqil tersebut. Padahal saat ini umat Islam khususnya warga Nahdhiyyin sedang bangun untuk melawan Syiah.

“Saya atas nama pribadi, sebagai warga Nahdhiyyin takut kalau ini dapat memicu ketidak percayaan umat terhadap pemimpinnya yang dinilai sudah jauh menyimpang dari apa yang sudah digariskan oleh pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari,” tandasnya dalam liris yang dikirim ke Eramuslim.com, Jum’at (27/01).

Menurutnya, yang baru-baru ini ikut dalam rombongan ulama Jatim yang ke Jakarta, sikap Said Agil Siraj juga jauh dari ksatria. Hal ini terbukti ketika para Ulama Jatim mendatangi PBNU untuk membawa “Fatwa MUI Jatim bahwa syiah sesat”, Said Aqil mengaku tidak bisa hadir dengan alasan macet di jalan, “Padahal acara tersebut sudah dijadwalkan sebelumnya, dan terbukti semua pengurus PBNU hadir,” lanjutnya.

Habib Zein berpandangan jika ada seorang yang mengaku sunni tapi dia justru membela Syiah, maka sikapnya bisa jadi lebih berbahaya dari orang Syiah. “Karenanya, Albayyinat siap berdialog dengan Said Aqil Siraj mengenai kesesatan syiah. Dan dia telah berdusta atas nama Ibnu Khazm dan para ulama di Timur tengah,” pungkasnya.

Sebelumnya, kepada majalah Tempo, Said Aqil mengatakan ajaran syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni. “Di universitas Islam mana pun tidak ada yang menggap syiah sesat,” tandas Ketum PBNU ini . Bahkan Said Aqil membawa nama Ibnu Khazm untuk mendukung opininya,“Ulama Sunni seperti Ibnu Khazm menilai Syiah itu Islam,” katanya.




 
Dari tempat lain, tepatnya Cirebon, terkait atas tuduhan Prof Dr Said Aqil Siraj orang Cirebon yang jadi Ketua Umum PB NU terhadap Yayasan-Yayasan dan Ulama-Ulama, khususnya Yayasan-Yayasan dan Ulama-Ulama Cirebon sebagai penebar benih radikal, teror dan mengajarkan doktrin pengeboman, dalam acara Workshop “Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren” yang digelar Muslimat NU di Park Hotel, Jakarta sabtu 3 Desember 2011, ulama-ulama Cirebon meminta kepada Said Aqil Siraj bicara yang benar, atau diam.

Reaksi itu datang antara lain dari KH Ismail, pemimpin Pesantren Benda, Kota Cirebon yang merupakan paman dari Said Aqil Siraj, Prof Dr Salim Badjri pemimpin Forum Ukhuwah Islamiyah dan KH Dabas Hafidz pimpinan Pesantren Uswatun Hasanah, Setu Wetan, Weru Kabupaten Cirebon, yang juga ketua Rabithotul Ulama Indunisiyya Wilayah III Cirebon.

Prof Dr salim Badjri menegaskan, sangat disesalkan ketika Organisasi yang dipimpinnya melakukan upaya mempersatukan Ummat, apapun paham Fiqih dan organisasinya, malah pemimpin Ormas Islam terbesar di tanah air, Said Aqil, justru membuat fitnah dan perpecahan. Dia menegaskan supaya Said Aqil berhenti membuat fitnah dan teror kepada sesama Muslim.

“Sesama Muslim itu bersaudara, bagaikan satu tubuh, satu sakit yang lainnya ikut demam, kita diperintahkan oleh Allah untuk saling membela sesama Muslim apapun organisasinya, dan kita dilarang saling bermusuhan. Orang-orang kafir itu saling membela satu sama lain apalagi kalau memerangi Islam dan Ummat Islam, mereka sangat kompak, nah justru kenapa said Aqil malah membantu orang-orang yang menginginkan Islam dan Ummat Islam ini hancur,” ungkap Prof Dr salim Badjri.

Ia menyitir QS. Al-Hujurat (49)-6: "Hai orang-orang yang beriman, jika seorang fasiq datang kepadamu membawa berita, maka telitilah (tabayyun) kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatan itu."

Rupanya Said sendiri kurang tahu atau mungkin tidak tahu nama orang dan posisinya secara tepat. Yayasan yang dituduh Said setidaknya ada 12, diantaranya di Cirebon yaitu, Yayasan Assunnah yang disebutnya dipimpin oleh Prof Dr Salim Badjri, yang menurut Said didirikan Yusuf Utsman Baisa dan didanai oleh Khalid Bawazir. Padahal Salim Badjri adalah ketua Yayasan Ukhuwah Islamiyah yang punya pesantren sendiri disamping Ketua Forum Ukhuwah Islamiyah, tidak pernah berafiliasi dengan Yayasan Assunnah yang dipimpin KH Thoharoh.

Said juga salah menyebut nama dan posisi pihak-pihak lain yang dituduhnya, termasuk menyebut pelaku peledakkan bom di Masjid Adzdzikra Mapolresta Cirebon dengan nama Syarifuddin, padahal pelakunya bernama Muhammad Syarif. Yayasan yang dituduh penebar benih radikal dan teror yang mengajarkan doktrin pengeboman antara lain:
  1. Yayasan Al Shofwa di Lenteng Agung Jakarta Selatan, yang dipimpin Maman Abdur Rahman dan Farid Uqbah.
  2. Yayasan Al Fitrah di Surabaya, jalan Arif Rahman Hakim yang dipimpin oleh Ainul Harits
  3. Yayasan Al Faruq du jalan Danau Toba, Jember
  4. Yayasan Ulil Al Bab di Lampung, Sukabumi dan Bogor yang dipimpin oleh Yazid Jawaz
Para pemimpin Ormas Islam Cirebon juga mengecam pernyataan Said Aqil. Secara kebetulan di Islamic Centre Kota Cirebon pada 26 November 2011, digelar seminar : Islam (Jihad), Radikalisme dan Terorisme, dengan pembicara Dr S Yunanto Msi (anggota Kelompok Ahli BNPT), Kol (Purn) Herman Ibrahim pengamat militer dan intelijen (lulusan Akademi Militer Nasional 1968, seangkatan dengan Jend TNI Purn Wiranto), dan Abu Rusydan (Pengamat Dunia Islam). Dalam acara itu terungkap bahwa, definisi atau ta’rif radikalisme atau terorisme tidak ada konsensusnya baik secara nasional maupun global.

Artinya siapapun bisa sesukanya membuat ta’rif atas radikalisme dan terorisme itu, sesuai dengan selera dan kepentingannya. Dan ta’rif radikalisme dan terorisme yang dikembangkan di Indonesia khususnya oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) itu, sangat dipaksakan dan sangat kental politisnya, yaitu demi menyenangkan Yahudi, Amerika dan Sekutu-sekutunya. Tujuannya jelas, memusuhi Islam dengan mematikan semangat Jihadnya, tidak semata-mata memerangi teroris.

Dan pernyataan Said Aqil di Park Hotel itu, senada benar dengan apa yang dikembangkan oleh Jaringan Islam Liberal dan sekutunya, juga senada dengan apa yang dikembangkan BNPT ini. Demikian menurut Doddy Faris dari Gerakan Muslim Cirebon (GMC) dan Ustadz Andi Mulya Ketua Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (GAPAS).
Abu Jundi (Humas Forum Ukhuwah Islamiyah Wilayah III Cirebon)

Dr. Muhammad Arifin Badri,
Dosen Tetap STDI Imam Syafii Jember, dosen terbang Program Pasca Sarjana jurusan Pemikiran Islam Program Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan anggota Pembina Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI).

Tidak ada komentar: