Jurnalis Independen: Selain kasus
korupsi dan narkoba yang menggurita di negeri ini adalah penyakit AIDS
(Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Penyakit ini umumnya terjadi lantaran
kegiatan seks bebas. Aids adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh
infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan hilangnya kekebalan
tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi.
Berkurangnya kekebalan tubuh itu
sendiri disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Dan pada
kenyataannya ditemukan bahwa yang menyebabkan penderita AIDS meninggal adalah
karena penyakit infeksi oportunistik dan bukan oleh karena infeksi HIV itu
sendiri.
Imunodefisiensi adalah keadaan
dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan ini dapat
terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang
diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi,
pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan
sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).
AIDS, acquired immunodeciency
syndrome terjadi imunodefisiensi sekunder yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Kekurangan imunitas tubuh dapat dilihat dari kadar CD4 (kurang dari 200) dalam
tubuh.
Pada dasarnya, HIV adalah jenis
parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup.
Virus ini “senang” hidup dan berkembang biak pada sel darah putih manusia.
HIV akan ada pada cairan tubuh
yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, air mani atau
cairan sperma, cairan sumsum tulang, cairan Sperma, air susu ibu dan cairan
otak.
Cara HIV Menyerang
HIV atau Human Immunodeficiency
Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis
dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut “sel T-4″ atau disebut juga “sel CD-4″.
Quote:
Penularan HIV terjadi kalau ada
pencampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti:
Hubungan seks dengan pasangan
yang mengidap HIV.
Jarum suntik dan alat-alat
penusuk (tato, tindik dan cukur) yang tercemar HIV.
Transfusi darah atau produk darah
yang mengandung HIV, dan
Ibu hamil yang mengidap HIV
kepada janin atau bayinya.
Hal-hal yang tidak berpotensi
menularkan HIV adalah melalui:
Bersalaman, cium pipi, batuk/bersin,
menggunakan telepon umum/kloset umum, tempat duduk,
Berenang, alat makan/minum, tinggal
serumah dengan penderita HIV, dan gigitan nyamuk.
Tapi lantaran masih terbatasnya
informasi yang didapat masyarakat Indonesia tentang penyakit ini, banyak banyak
penderita HIV/AIDS yang dikucilkan dari lingkungannya.
virus HIV AIDSKerusakan progresif
pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (Odha) amat
rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.
Serangan penyakit yang biasanya
tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah, bahkan
meninggal.
Oleh karena penyakit yang
menyerang bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut penyakit. Definisi yang
benar adalah sindrom atau kumpulan gejala penyakit.
Gejala infeksi HIV pada awalnya
sulit dikenali, karena seringkali mirip penyakit ringan sehari-hari seperti flu
dan diare sehingga penderita tampak sehat, yang kadang disebut sebagai “periode
jendela”.
Kadang-kadang dalam enam minggu
pertama setelah kontak penularan timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa
letih, sakit sendi, sakit saat menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening
di bawah telinga, ketiak dan selangkangan.
Gejala ini biasanya sembuh
sendiri dan sampai 4-5 tahun mungkin tidak muncul lagi. Pada tahun ke-5 atau
ke-6, tergantung masing-masing penderita, mulai timbul diare berulang,
penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan
pembengkakan di daerah kelenjar getah bening.
Kemudian tahap lebih lanjut akan
terjadi penurunan berat badan secara cepat (> 10 persen), diare
terus-menerus lebih dari satu bulan disertai panas badan yang hilang timbul
atau terus menerus.
Dalam masa sekitar tiga bulan
setelah tertular, tubuh penderita belum membentuk antibodi secara sempurna,
sehingga tes darah tidak memperlihatkan orang itu telah tertular HIV. Masa tiga
bulan itu sering disebut dengan “masa jendela”.
Jika tes darah sudah menunjukkan
adanya anti bodi HIV dalam darah, artinya positif HIV, penderita memasuki masa
tanpa gejala (5-7 tahun).
Tapi, pada masa ini tidak timbul
gejala yang menunjukkan orang itu menderita AIDS, atau dia tetap tampak sehat.
Hingga kemudian, penderita
memasuki masa dengan gejala yang sering disebut masa sebagai penderita AIDS.
Gejala AIDS sudah timbul dan biasanya penderita dapat bertahan enam bulan
sampai dua tahun dan kemudian meninggal.
HIV/AIDS jelas berbahaya untuk
meenginfeksi seseorang, karena gejala yang muncul baru diketahui penderita
setelah 2-10 tahun terinfeksi HIV.
Disaat itulah sangat
dimungkinkan, penularan terhadap orang lain -setiap orang dapat tertular
HIV/AIDS. Padahal, belum ada vaksin dan obat penyembuhnya.
Sangat disarankan memeriksa darah
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV yang berarti ada HIV di dalam
tubuh -biasanya dilakukan dengan cara Elisa Reaktif sebanyak dua kali. Bila
hasilnya positif, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan Western Blot atau
Immunofluorensensi untuk memastikan adanya HIV di dalam tubuh.
Tentu saja saran ini sangat
berlaku bagi seseorang yang mempunyai perilaku berisiko tinggi, seperti sering
berganti-ganti pasangan seks dan pecandu narkotika suntikan, mendapati gejala
penyakit yang khas karena infeksi HIV, menderita penyakit yang memerlukan
transfusi darah terus-menerus seperti hemophili dan sering berhubungan dengan
cairan tubuh manusia.
Di Indonesia penemuan kasus
HIV/AIDS diperkirakan baru diketahui pada 1987, yaitu pada seorang turis asal
Belanda.
15 April 1987: Kasus AIDS di
Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal
Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki
asing itu disebabkan AIDS.
Menurut catatan pada masa itu,
hanya ada enam orang di Indonesia yang didiagnosis HIV positif, dua di antara
mereka mengidap AIDS.
1987 s/d Desember 2001: Dari 671
pengidap AIDS di Indonesia, 280 orang diantaranya meninggal dunia.
Februari 1999: Peneliti dari
University of Alabama di Amerika Serikat (AS) meneliti jaringan yang dibekukan
dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus SIV yang hampir sama dengan
HIV-1.
Simpanse itu berasal dari
subkelompok simpanse yang disebut pan troglodyte yang terdapat di Afrika Tengah
bagian Barat.
Kebanyakan yang terkena adalah
para suster yang bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada
para pasien penderita AIDS.
Tetapi entah kenapa, secara tidak
sengaja jarum suntik yang biasa digunakan untuk para penderita HIV/AIDS,
berbalik menyuntik bagian tubuh mereka.
Keadaan ini dikhawatirkan akan
menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi mereka
yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Salah satu cara yang telah
dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan pemberian obat jenis post
exposure prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan. Tujuannya, agar dapat
dideteksi apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak. Mereka meminumnya
selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat dihentikan.
Tiga hingga enam bulan
setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral untuk melumpuhkan virus
HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin memperparah kondisi
para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang yang tidak peduli kepada
mereka.
Sementara untuk petugas kesehatan
diharapkan mereka bersikap hati-hati dalam bertugas karena pihak rumah sakit
tidak menyediakan dana khusus untuk perawatan dan pengobatan mereka.
HIV / AIDS Di Indonesia
AIDS di Indonesia ditangani oleh
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan AIDS Nasional
untuk wilayah Indonesia.
Ada 79 daerah prioritas di mana
epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua,
Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat,
dan Jawa Tengah.
DKI tercatat pada urutan pertama
untuk kasus AIDS di Indonesia, dibandingkan dengan Papua, Bali, Riau, Jawa
Timur, dan Jawa Barat. Ke enam daerah ini memasuki concentrated level epidemic
AIDS.
Semula kasus AIDS di Indonesia
berada pada low level epidemic. Sejak 2000, kasus AIDS di Indonesia meningkat
menjadi concentrated level epidemic. Tapi, belum masuk tahap epidemi meluas
yang diindikasikan dengan tingkat persentase kasus AIDS pada Ibu hamil mencapai
di atas satu persen.
Sedangkan pada masa kini,
sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Nafsiah Mboi mengatakan jumlah
perempuan yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dengan cepat.
Tahun 2013: Ada sekitar 170.000
sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan
prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian
Provinsi Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara
penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung.
Jumlah kasus kematian akibat AIDS
di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama
terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan
pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan
pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria.
Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui
hubungan heteroseksual (seks bebas) dan 53% melalui penggunaan obat terlarang.
1 komentar:
PENGOBATAN PENYAKIT SIPILIS DENGAN RAMUAN HERBAL => http://bit.ly/2AL7i2m
Posting Komentar