Jurnalis Independen: Keberadaan teror di Papua yang selalu menyerang, membunuh dan mengorbankan TNI dan Polri, menandakan jika teroris memiliki tujuan memisahkan diri dari NKRI. Tetap eksisnya gerakan terorisme di Papua layak diwaspadai ada pendukung laten dibelakang gerakan teroris Papua, bisa saja mereka adalah negara AS dan Australia.
Teror
penembakan, kerusuhan bahkan pembunuhan sering terjadi di area operasional
penambangan PT Freeport, sayangnya acapkali pula pelaku tak tertangkap oleh aparat
keamanan disana. Hingga sering kali penggede dari pihak Polri dan TNI di
wilayah itu turun memimpin sendiri menyelidikinya.
Kapolda Papua Irjen Tito
Karnavian, Rabu (11/12), memimpin tim untuk menyelidiki kasus penembakan yang
terjadi sejak Minggu (8/12) di areal operasional PT Freeport.
Penembakan yang terjadi di areal
PT Freeport menyebabkan tiga kendaraan rusak akibat tembakan, namun supir tidak
mengalami cidera. Aparat keamanan hingga saat ini belum berhasil menangkap pelaku
penembakan.
Sebelumnya, orang tak dikenal
menembaki mobil yang dikemudikan anggota TNI saat melintasi areal PT Freeport
di Timika, Minggu siang (8/12) lalu sekitar pukul 13.00 WIT.
Kabid Humas Polda Papua AKB Pudjo
saat itu mengatakan, kasus penembakan dialami Praka Warsidi anggota Brigif
Timika saat melintasi kawasan operasional PT Freeport. Korban mengemudikan
kendaraan dengan nomor polisi S 730 WG dari mile 50.
Menurut Pudjo, berdasarkan
keterangan korban, penembakan tersebut dilakukan dari samping kiri dan kanan
kawasan yang masih termasuk wilayah operasional PT Freeport. "Penembakan
itu mengenai kaca bagian kiri," ujarnya.
Pudjo menambahkan korban dalam
kondisi selamat dan tidak mengalami luka tembak. "Kendaraannya saat ini masih
diamankan di Mapolres Mimika di Timika," pungkasnya.
Seringnya terjadi kerusuhan dan terror
di Papua Propinsi paling timur Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi
pihak keamanan. Akhir bulan November kemarin, tepatnya hari Jumat (29/11), Kapolda
Papua Irjen Pol Tito Karnavian melalui anak buahnya, melakukan penyergapan di kampung
Yongsu, Distrik Raverara, Kabupaten Jayapura.
Saat penyergapan tembak menembak
terjadi antara anggota polisi dengan kelompok bersenjata yang berada di rumah
salah satu penduduk yang dijadikan lokasi pembuatan senjata rakitan. Namun saat
kawasan itu berhasil dikuasai tidak ditemukan korban yang tertembak.
Mungkin saja ada anggota kelompok
itu yang tertembak dan kemudian dalam pelariannya meninggal, kata Kapolda
Papua. Ia mengakui terjadi peningkatan rencana penyerangan karena selama ini
kelompok bersenjata selain menggunakan senjata rakitan juga menggunakan bom
molotov, di lokasi ditemukan pipa yang diduga akan dijadikan bom pipa.
Saat itu Kapolda Papua mengatakan
"Itu pola baru, karena baru saat ini ditemukan pipa yang diduga nantinya
akan digunakan sebagai bom," kata Tito.
Ia juga mengatakan "Hingga
kini belum ada laporan tentang adanya warga sipil yang tewas saat penyergapan
berlangsung," tegas Irjen Pol Tito.
Menurut Tito, tiga unit rumah
yang dibakar itu bukan dibakar anggotanya karena setelah penyergapan yang
diakhiri tembak-menembak semua anggota ditarik ke Polsek Depapre.
Namun keesokan harinya, Sabtu
(30/11), saat anggota kembali melakukan pengejaran ternyata ditemukan tiga
rumah dibakar, jelas Irjen Pol Tito. Ditambahkan, saat ini pihaknya masih
melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut yang diduga masih berada di
sekitar Kabupaten Jayapura.
Saat itu Tito juga mengabarkan
jika pihaknya juga sudah mengantongi sejumlah nama khususnya pemilik rumah yang
dijadikan lokasi pembuatan senjata rakitan.
Terkait kasus tembak menembak di
Yongsu, Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kol Inf Lismet Lumban Siantar
menegaskan TNI AD tidak terlibat dalam penyergapan terhadap lokasi pembuatan
senjata rakitan di kampung Yongsu, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, yang
terjadi pada Jumat (29/11).
"Tidak ada anggota TNI AD
yang terlibat, apalagi sampai membakar rumah warga di kawasan kampung Yongsu
Depapare," tegas Kapendam XVII Cenderawasih, tiga hari setelah peristiwa. Sementara
itu, banyak pertanyaan yang mengaitkan anak buahnya terlibat penyergapan yang
dilakukan pihal kepolisian Jayapura. Ia mengatakan tuduhan adanya keterlibatan
TNI dalam peristiwa itu sangat tidak beralasan.
Kabid Humas Polda Papua AKBP
Pudjo secara terpisah mengatakan
pihaknya menduga tiga rumah milik warga itu dibakar kelompok sipil bersenjata
(KSB) yang mengaku dari kelompok "raja sykloop".
"Kemungkinan besar mereka
sendiri (KSB) yang membakar rumah warga sesaat setelah penggerebekan, karena
anggota juga sempat kontak senjata dengan kelompok tersebut," kata AKBP
Pudjo.
Diduga, ada kelompok teroris
Papua yang sedang merencanakan, bermain dalam setiap kerusuhan yang mereka
ciptakan sendiri. Semua itu dilakukan oleh kelompok teroris Papua untuk
mengambil simpati masyarakat Papua agar mendukung kegiatan maker mereka.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar