Selasa, 10 Desember 2013

Waspadai Bahaya Laten Teroris Papua, AS dan Australia ada di Belakangnya

Jurnalis Independen: Keberadaan teror di Papua yang selalu menyerang, membunuh dan mengorbankan TNI dan Polri, menandakan jika teroris memiliki tujuan memisahkan diri dari NKRI. Tetap eksisnya gerakan terorisme di Papua layak diwaspadai ada pendukung laten dibelakang gerakan teroris Papua, bisa saja mereka adalah negara AS dan Australia.

Teror penembakan, kerusuhan bahkan pembunuhan sering terjadi di area operasional penambangan PT Freeport, sayangnya acapkali pula pelaku tak tertangkap oleh aparat keamanan disana. Hingga sering kali penggede dari pihak Polri dan TNI di wilayah itu turun memimpin sendiri menyelidikinya.

Kapolda Papua Irjen Tito Karnavian, Rabu (11/12), memimpin tim untuk menyelidiki kasus penembakan yang terjadi sejak Minggu (8/12) di areal operasional PT Freeport.

Penembakan yang terjadi di areal PT Freeport menyebabkan tiga kendaraan rusak akibat tembakan, namun supir tidak mengalami cidera. Aparat keamanan hingga saat ini belum berhasil menangkap pelaku penembakan.

Sebelumnya, orang tak dikenal menembaki mobil yang dikemudikan anggota TNI saat melintasi areal PT Freeport di Timika, Minggu siang (8/12) lalu sekitar pukul 13.00 WIT.

Kabid Humas Polda Papua AKB Pudjo saat itu mengatakan, kasus penembakan dialami Praka Warsidi anggota Brigif Timika saat melintasi kawasan operasional PT Freeport. Korban mengemudikan kendaraan dengan nomor polisi S 730 WG dari mile 50.

Menurut Pudjo, berdasarkan keterangan korban, penembakan tersebut dilakukan dari samping kiri dan kanan kawasan yang masih termasuk wilayah operasional PT Freeport. "Penembakan itu mengenai kaca bagian kiri," ujarnya.

Pudjo menambahkan korban dalam kondisi selamat dan tidak mengalami luka tembak. "Kendaraannya saat ini masih diamankan di Mapolres Mimika di Timika," pungkasnya.

Seringnya terjadi kerusuhan dan terror di Papua Propinsi paling timur Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi pihak keamanan. Akhir bulan November kemarin, tepatnya hari Jumat (29/11), Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian melalui anak buahnya, melakukan penyergapan di kampung Yongsu, Distrik Raverara, Kabupaten Jayapura.

Saat penyergapan tembak menembak terjadi antara anggota polisi dengan kelompok bersenjata yang berada di rumah salah satu penduduk yang dijadikan lokasi pembuatan senjata rakitan. Namun saat kawasan itu berhasil dikuasai tidak ditemukan korban yang tertembak.

Mungkin saja ada anggota kelompok itu yang tertembak dan kemudian dalam pelariannya meninggal, kata Kapolda Papua. Ia mengakui terjadi peningkatan rencana penyerangan karena selama ini kelompok bersenjata selain menggunakan senjata rakitan juga menggunakan bom molotov, di lokasi ditemukan pipa yang diduga akan dijadikan bom pipa.

Saat itu Kapolda Papua mengatakan "Itu pola baru, karena baru saat ini ditemukan pipa yang diduga nantinya akan digunakan sebagai bom," kata Tito.

Ia juga mengatakan "Hingga kini belum ada laporan tentang adanya warga sipil yang tewas saat penyergapan berlangsung," tegas Irjen Pol Tito.


Menurut Tito, tiga unit rumah yang dibakar itu bukan dibakar anggotanya karena setelah penyergapan yang diakhiri tembak-menembak semua anggota ditarik ke Polsek Depapre.

Namun keesokan harinya, Sabtu (30/11), saat anggota kembali melakukan pengejaran ternyata ditemukan tiga rumah dibakar, jelas Irjen Pol Tito. Ditambahkan, saat ini pihaknya masih melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut yang diduga masih berada di sekitar Kabupaten Jayapura.

Saat itu Tito juga mengabarkan jika pihaknya juga sudah mengantongi sejumlah nama khususnya pemilik rumah yang dijadikan lokasi pembuatan senjata rakitan.

Terkait kasus tembak menembak di Yongsu, Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kol Inf Lismet Lumban Siantar menegaskan TNI AD tidak terlibat dalam penyergapan terhadap lokasi pembuatan senjata rakitan di kampung Yongsu, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, yang terjadi pada Jumat (29/11).

"Tidak ada anggota TNI AD yang terlibat, apalagi sampai membakar rumah warga di kawasan kampung Yongsu Depapare," tegas Kapendam XVII Cenderawasih, tiga hari setelah peristiwa. Sementara itu, banyak pertanyaan yang mengaitkan anak buahnya terlibat penyergapan yang dilakukan pihal kepolisian Jayapura. Ia mengatakan tuduhan adanya keterlibatan TNI dalam peristiwa itu sangat tidak beralasan.

Kabid Humas Polda Papua AKBP Pudjo secara terpisah  mengatakan pihaknya menduga tiga rumah milik warga itu dibakar kelompok sipil bersenjata (KSB) yang mengaku dari kelompok "raja sykloop".

"Kemungkinan besar mereka sendiri (KSB) yang membakar rumah warga sesaat setelah penggerebekan, karena anggota juga sempat kontak senjata dengan kelompok tersebut," kata AKBP Pudjo.

Diduga, ada kelompok teroris Papua yang sedang merencanakan, bermain dalam setiap kerusuhan yang mereka ciptakan sendiri. Semua itu dilakukan oleh kelompok teroris Papua untuk mengambil simpati masyarakat Papua agar mendukung kegiatan maker mereka.(*)


Tidak ada komentar: