Jurnalis Independen: Meninggalnya Sosok Nelson
Rolihlahla Mandela, pemimpin anti Apartheid Afrika Selatan, layak dimaknai masyarakat
dunia sebagai kehilangan mutiara. Bagi tokoh sekaliber Mahfud MD, sosok Mandela
disetarakan dengan sosok Presiden Pertama NKRI Ir. Soekarno, sementara Presiden
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta memaknai sebagai Guru Dunia pada
Nelson Mandela.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Mahfud MD ikut berduka atas wafatnya presiden Afrika Selatan Nelson
Mandela. Mahfud menilai sosok Mandela sama seperti presiden Indonesia pertama
Soekarno, sama-sama pejuang kesetaraaan umat manusia.
"Kita tentu berduka atas
kepergian Nelson Mandela. Peran Nelson Mandela hampir sama dengan peran Bung
Karno. Keduanya adalah pejuang kesetaraan umat manusia. Mandela telah berhasil
melawan dan melenyapkan diskriminasi yang bertahun-tahun menguasai bangsanya,
Afrika Selatan. Bung Karno berhasil memimpin bangsanya melawan penjajahan dan
meraih kemerdekaan untuk kemudian membakar semangat bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika agar bangkit melawan ketidakadilan imperialisme," ujar Mahfud Mantan Ketua MK itu.
Mahfud mengatakan, saat dirinya
pada pertengahan tahun 2012 berpidato di depan Perhimpunan MK dari
negara-negara bekas jajahan Perancis, Ketua MK Maroko memuji-muji Bung Karno
sebagai pahlawan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Mereka juga menyebut-nyebut
Mandela yang berhasil memerangi rasialisme.
"Kita bangga punya Bung
Karno dan bangsa Afrika bangga punya Mandela. Keduanya pejuang kemanusiaan.
Meskipun tidak sampai 'tuntas' Indonesia pernah belajar dari Afrika Selatan
tentang resep Nelson Mandela membangun negaranya. Yakni resep rekonsiliasi
nasional dengan memaafkan masa lalu.
Belajar dari Mandela, Indonesia pernah
mempunyai UU tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional. Meskipun UU
itu akhirnya dibatalkan oleh MK tapi kita mencatat bahwa sebagai bangsa kita
sudah pernah belajar kebijakan memimpin dari seorang Nelson Mandela. Maka
layaklah kita mengheningkan cipta dan berdoa untuk Bapak Kemanusiaan Nelson
Mandela,"ujar Mahfud.
Presiden Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Anis Matta mengungkapkan dunia kehilangan guru dunia atas
wafatnya Nelson Mandela.
Anis menuturkan, pembelajaran luar
biasa telah ditunjukkan Mandela, setelah mendekam dalam penjara bertahun-tahun.
Nelson Mandela memenangkan pemilu dan menjadi Presiden negara itu, serta
memaafkan semua musuh-musuhnya dalam suatu rekonsiliasi.
Anis menegaskan, dunia kehilangan
jembatan yang menghubungkan banyak dunia. Generasi lama yang penuh kebencian
dan kekerasan, dijembatani menuju generasi baru yang demokratis dan cinta
damai.
"Dari Afrika yang identik
dengan kemiskinan dan keterbelakangan, diantarkan menjadi simbol kemajuan dan
setara dengan pusat-pusat kemajuan dunia. Lihat kesuksesan Piala Dunia 2010.
Itulah Mandela,” ujar Anis Matta.
Anis mengatakan, Indonesia punya
keterkaitan sejarah dan budaya yang panjang. Literatur sejarah mencatat Islam
datang ke Afrika Selatan dibawa oleh Syekh Yusuf dari Bugis yang diasingkan
oleh penjajah Belanda pada 1693. Syekh Yusuf kemudian dianggap sebagai Bapak
komunitas muslim dan budaya melayu dari Indonesia di semenanjung selatan benua
Afrika itu.
“Kaitan budaya itu dilanjutkan
oleh Mandela dengan kegemarannya memakai batik. Saya tidak tahu ide dari mana.
Kalau tidak salah, ketika Mandela bertemu Pak Harto. Tapi dari situ kita bisa
lihat kejeniusan Mandela menempatkan dirinya sebagai jembatan budaya antara
Indonesia dan Afrika Selatan lewat batik,” ucap Anis.
Menurut Anis, figur Mandela mirip
dengan para pendiri bangsa Indonesia. Sebagai anak kepala suku, Mandela bisa
saja berkompromi dan menikmati priviledge dari status sosialnya. Tapi Mandela
memilih untuk berjuang memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan diskriminasi
rasial. Ia dipenjara dan hidup sengsara. Sama seperti para pencetus Sumpah
Pemuda.
“Sebagai kalangan terdidik, para
pencetus Sumpah Pemuda 1928 itu bisa saja menjadi birokrat dalam pemerintahan
kolonial Belanda dan hidup makmur. Tapi mereka memilih untuk berjuang,
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Ini pelajaran sejarah universal
yang kita pelajari dari Mandela,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar