Jumat, 06 Desember 2013

Nelson Mandela, Soekarno dan Guru Dunia dari Afrika

Jurnalis Independen: Meninggalnya Sosok Nelson Rolihlahla Mandela, pemimpin anti Apartheid Afrika Selatan, layak dimaknai masyarakat dunia sebagai kehilangan mutiara. Bagi tokoh sekaliber Mahfud MD, sosok Mandela disetarakan dengan sosok Presiden Pertama NKRI Ir. Soekarno, sementara Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta memaknai sebagai Guru Dunia pada Nelson Mandela.


Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD ikut berduka atas wafatnya presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Mahfud menilai sosok Mandela sama seperti presiden Indonesia pertama Soekarno, sama-sama pejuang kesetaraaan umat manusia.

"Kita tentu berduka atas kepergian Nelson Mandela. Peran Nelson Mandela hampir sama dengan peran Bung Karno. Keduanya adalah pejuang kesetaraan umat manusia. Mandela telah berhasil melawan dan melenyapkan diskriminasi yang bertahun-tahun menguasai bangsanya, Afrika Selatan. Bung Karno berhasil memimpin bangsanya melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan untuk kemudian membakar semangat bangsa-bangsa di Asia dan Afrika agar bangkit melawan ketidakadilan imperialisme," ujar Mahfud Mantan Ketua MK itu.

Mahfud mengatakan, saat dirinya pada pertengahan tahun 2012 berpidato di depan Perhimpunan MK dari negara-negara bekas jajahan Perancis, Ketua MK Maroko memuji-muji Bung Karno sebagai pahlawan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

Mereka juga menyebut-nyebut Mandela yang berhasil memerangi rasialisme.

"Kita bangga punya Bung Karno dan bangsa Afrika bangga punya Mandela. Keduanya pejuang kemanusiaan. Meskipun tidak sampai 'tuntas' Indonesia pernah belajar dari Afrika Selatan tentang resep Nelson Mandela membangun negaranya. Yakni resep rekonsiliasi nasional dengan memaafkan masa lalu. 

Belajar dari Mandela, Indonesia pernah mempunyai UU tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Nasional. Meskipun UU itu akhirnya dibatalkan oleh MK tapi kita mencatat bahwa sebagai bangsa kita sudah pernah belajar kebijakan memimpin dari seorang Nelson Mandela. Maka layaklah kita mengheningkan cipta dan berdoa untuk Bapak Kemanusiaan Nelson Mandela,"ujar Mahfud.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta mengungkapkan dunia kehilangan guru dunia atas wafatnya Nelson Mandela.

Anis menuturkan, pembelajaran luar biasa telah ditunjukkan Mandela, setelah mendekam dalam penjara bertahun-tahun. Nelson Mandela memenangkan pemilu dan menjadi Presiden negara itu, serta memaafkan semua musuh-musuhnya dalam suatu rekonsiliasi.

Anis menegaskan, dunia kehilangan jembatan yang menghubungkan banyak dunia. Generasi lama yang penuh kebencian dan kekerasan, dijembatani menuju generasi baru yang demokratis dan cinta damai.

"Dari Afrika yang identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan, diantarkan menjadi simbol kemajuan dan setara dengan pusat-pusat kemajuan dunia. Lihat kesuksesan Piala Dunia 2010. Itulah Mandela,” ujar Anis Matta.

Anis mengatakan, Indonesia punya keterkaitan sejarah dan budaya yang panjang. Literatur sejarah mencatat Islam datang ke Afrika Selatan dibawa oleh Syekh Yusuf dari Bugis yang diasingkan oleh penjajah Belanda pada 1693. Syekh Yusuf kemudian dianggap sebagai Bapak komunitas muslim dan budaya melayu dari Indonesia di semenanjung selatan benua Afrika itu.

“Kaitan budaya itu dilanjutkan oleh Mandela dengan kegemarannya memakai batik. Saya tidak tahu ide dari mana. Kalau tidak salah, ketika Mandela bertemu Pak Harto. Tapi dari situ kita bisa lihat kejeniusan Mandela menempatkan dirinya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan Afrika Selatan lewat batik,” ucap Anis.

Menurut Anis, figur Mandela mirip dengan para pendiri bangsa Indonesia. Sebagai anak kepala suku, Mandela bisa saja berkompromi dan menikmati priviledge dari status sosialnya. Tapi Mandela memilih untuk berjuang memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan diskriminasi rasial. Ia dipenjara dan hidup sengsara. Sama seperti para pencetus Sumpah Pemuda.

“Sebagai kalangan terdidik, para pencetus Sumpah Pemuda 1928 itu bisa saja menjadi birokrat dalam pemerintahan kolonial Belanda dan hidup makmur. Tapi mereka memilih untuk berjuang, memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Ini pelajaran sejarah universal yang kita pelajari dari Mandela,” katanya.


Tidak ada komentar: