Minggu, 29 Desember 2013

Pencitraan Geng Demokrat Lewat Konvensi Hasilkan DI dan GW

Jurnalis Independen: Perang pencitraan yang dilakukan oleh Partai Demokrat yang dilabeli dengan "KONVENSI" menjaring dua nama terpopuler dari sebelas nama, nama Dahlan Iskan menjadi lebih rendah dibanding Gita Wirjawan dimungkinkan lantaran isu korupsinya yang menggila, sementara Gita lebih piawai menggunakan skill musisi dan jabatannya. 
Persaingan antar Capres Konvensi Partai Demokrat semakin seru, terutama antara Dahlan Iskan dan Gita Wirjawan . Dalam monitoring dan analisis sosial media yang dilakukan Politicawave, elektabilitas mereka beda-beda tipis. Hal disampaikan oleh Yose Rizal, analis sekaligusfounderlembaga tersebut.

Saya perhatikan persaingan peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat seru. Terutama antara Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan . Hanya dua orang ini yang menonjol, diikuti oleh Anies Baswedan di posisi tiga tapi masih jauh jaraknya. Sedangkan peserta lain, tidak tampak pergerakannya di sosial media, kata Yose Rizal seperti dalam rilis yang diterima merdeka.com.

Seperti diketahui, ada 11 kandidat capres peserta konvensi yang digelar Partai Demokrat. Antara lain Gita Wirjawan , Dahlan Iskan , Anies Baswedan, Sinyo H Sarundajang, Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Hayono Isman, Marzuki Alie, Irman Gusman, dan Pramono Edhie Wibowo.

Yose mengatakan bahwa pihaknya memonitor percakapan media sosial Twitter, Facebook, blog, beritaonline, video YouTube, dan forum online. Ada empat kategori yang jadi perhatian, yaitu kecenderungan tingkat pengenalan (trend of awareness), elektabilitas capres (candidat electability), pembagian tingkat pengenalan antar capres (share of awareness), dan pembagian pengguna sosial media (share of citizen).

Dari empat kategori tersebut, hasil semuanya senada: didominasi Gita dan Dahlan. Merujuk hasil monitoring tanggal 22 - 28 Desember,trend of awareness Gita cenderung menanjak yakni terakhir 1357 poin, sedang Dahlan anjlok dan hanya mendapat 702 poin, diikuti Marzuki Alie 290.

Untukshare of awarenessyang diambil dari jumlah percakapan media sosial,Gita 25,5%, Dahlan 39,7%. Sedangkanshare of citizenyang dihitung dari jumlah unit pemilik akun (unique account), rasionya Gita 25%, Dahlan 40,5%.

Paling jadi perhatian adalah tentang indeks elektabilitas, yang mengacu pada 4 hal:Sentiment index, EMSS,net reputation, danunique user.

Sentiment index, yaituindeks yang mengukur margin perbandingan antara sentimen tiap kandidat dibandingkan dengan keseluruhan kandidat.EMSS (earned media share of voice by sentiment) adalah perbandingan antaramention positif atau negatif dengan jumlahuser.Net reputation(NR) adalah nilah bersih dari bilangan reputasibrand(kandidat) di dalam media sosial. Sedangkanuniqueuseradalah jumlah unit pemilik/pengguna akun.

Mengacu pada 4 hal di atas, perbandingan antara kedua kandidat pada Sabtu petang (28/12/13) adalah sebagai berikut.Sentimentindex Dahlan 2,19 vs Gita 5,84; EMSS 36,32 vs 31,72;Netreputation 83,68 vs 86,98, dan akun unik 8.570 pengguna vs 5.294 pengguna.

Kalau baca hasil indeks elektabilitas ini, Gita lebih efektif dari Dahlan. Sebab, dengan jumlah akun yang lebih sedikit tapi menghasilkan dampak yang positif dan hasilnya signifikan.Value dari pembicaraan di media sosial yang dilakukan Gita, trendnya bagus, kata Yose. Yang menarik, Gita dan timnya melakukan ini dalam waktu singkat, hanya 2 bulan terakhir, tambah Yose yang rajin mengamati hal ini.

Topik pilihan: Capres 2014 | partai demokrat

Indeks elektabilitas ini berubah dari waktu ke waktu. Pada dua bulan lalu, Gita posisinya di bawah. Bahkan di minggu pertama Desember, Gita sempat turun reputasinya karena ada kesalahan admin tim sukses dan iklanbanner yang terasa berlebihan. Tapi kelemahan itu, menurut Yose terlihat sudah diperbaiki, sehingga dampaknya positif.

Hasil monitoring dan analisis ini sudah dipraktikkan di 10 pilkada, dan 8 diantaranya tepat. Perlu diketahui, bahwa analisis kami lebih banyak mempresentasikan kelas menengah dan pemilih pemula (swing voter), kata Yose. Artinya, kalau mekanisme keputusan konvensi juga melalui survei yang menangkap suara masyarakat, sebenarnya identik dengan pemilihan langsung. Sehingga dia yakin hasilnya takkan beda jauh.

Gita yang sebelumnya aktif sebagai profesional kemudian jadi pengusaha, namanya mulai diperhitungkan setelah diangkat sebagai menteri perdagangan. Namanya makin dikenal setelah ikut terjun sebagai peserta konvensi. Gita tampak serius dan tidak asal-asalan mewujudkan niatnya sebagai capres. Dia pun membuat tim kampanye yang solid dengan fokus di media sosial, mediaonline, dan bertemu langsung dengan masyarakat berbagai komunitas di banyak kesempatan.

Dalam hal media sosial, lembaga survei Katapedia Indonesia juga sempat memuji gerakan tim sukses Gita Wirjawan . Strategibuzzeryang baik sehingga memiliki pengaruh dalam mendongkrak popularitas Gita. "Jadi partai politik bisa belajar dari Gita Wirjawan bagaimana meningkatkan popularitas disocial media,"ujar CEO Katapedia Indonesia, Deddy Rahman, dalam pemaparan hasil surveinya di Jakarta, Senin (2/12/2013)

Mengenai media online, relawan dan pendukung Gita juga membuat situs www.ayogitabisa.com yang berisi tentang kegiatan Gita, visi-misinya, dan aktivitasnya di berbagai organisasi. Dalam waktu dua bulan, web ayogitabisa.com ini sudah menduduki ranking 92 Alexa sebagai situs capres paling banyak dikunjungi di Indonesia. Bahkan dibanding situs berita sekalipun, Ayogitabisa.com mengungguli JPNN.com (213), TheJakartaPost.com (614), SindoNews.com (229),dan MetroTVNews.com (132).

Konvensi Capres Partai Demokrat selanjutnya pada Januari nanti memasuki putaran kedua. Adapun putaran kedua nanti agendanya adalah pada tanggal 6-9 Januari para kandidat akan dipertemukan dengan media massa (meet the press). Mereka akan orasi sekitar 30 menit dengan tema Membangun Negara di depan media dan panitia konvensi, dilanjutkan dengan tanya jawab.

Setelah itu, para capres akan melakukan program Debat Kandidat yang berlangsung antara 21 Januari - 2 April 2014. Para capres akan roadshow ke beberapa kota di Indonesia, antara lain Medan, Palembang, Semarang, Balikpapan, Bandung, Surabaya, Bali, Jayapura, dan terakhir di Jakarta. ***



Tidak ada komentar: