Jurnalis Independen: Bagi “analis
politik” seperti mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum tidak
sulit membaca alur pikiran “induk semangnya” yang kini menduduki “bekas
kursinya” sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang juga menjabat Presiden RI,
yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait pertemuannya dengan Ketua Dewan
Pembina Partai Gerindra Prabowo dan Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang
(PBB) Yusril Ihza Mahendra di Kantor Presiden beberapa waktu lalu.
Selain sebelumnya, Anas sangat
dekat dengan SBY bahkan bisa dibilang sebagai anak emas khususnya dikalangan
PD, karakter Anas dan SBY selatif sama dalam menapaki dunia politik, mereka
berdua ibarat orang Jawa bilang “Tumbuh ketemu Tutup”.
Berikut cuplikan kata-kata Anas
Urbaningrum yang kini menjadi orang nomor wahid dalam daftar musuh politik SBY.
Karenanya, mesin politik SBY yang bernama KPK, terus didesak mengerangkeng Anas
dengan berbagai upaya.
"Jelang 2014 tentu Pak SBY
butuh membangun kerjasama politik baru. Untuk kelanjutan programnya serta
keselamatan diri dan keluarganya. Dengan angka elektabilitas Demokrat yang sekarang,
koalisi untuk bisa maju menjadi capres-cawapres adalah keniscayaan. Tidak bisa
tidak. #cawapressby," kicau Anas di twitternya, @anasurbaningrum, Kamis
(26/12/2013) malam.
"Demikian halnya degan Pak
Prabowo. Butuh kawan berkoalisi. Gerindra tidak mudah menembus ambang batas
presidensial. Dari berbagai survei, yang relatif bisa tembus treshold
presidensial adalah PDIP. Mungkin juga Golkar jika tidak ada masalah.
#cawapressby," imbuhnya.
Anas menjelaskan, sebenarnya
antara SBY, Prabowo dan Yusril sama-sama punya kepentingan di Pemilihan Umum
(Pemilu) 2014 mendatang. "Jadi Pak SBY dan Pak Prabowo, PD dan Gerindra,
sama-sama mempunyai hajat untuk membuka rintisan kerjasama. Hal yang wajar dalam
politik. #cawapressby," ungkapnya.
"Bagi partai-partai yang
tidak bisa menembus treshold presidensial, koalisi adalah jalan sat – satunya guna
memiliki tiket menuju pilpres. Jika Gerindra dan Demokrat berjodoh nanti pada
2014, maka pasangan Prabowo-SBY layak dipertimbangkan. Bisa kuat.
#cawapressby," tambahnya.
Pendiri Organisasi Masyarakat
(Ormas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) ini menduga, jika di Pemilihan
Presiden (Pilpres) 2014 mendatang, akan terjadi duet Prabowo-SBY dan
Megawati-Jokowi.
"Saya menduga jika nanti
2014 Prabowo-SBY bertanding dengan Megawati-Jokowi akan dimenangkan
Prabowo-SBY. Apa Pak SBY mau berpasangan dengan Pak Prabowo atau sebaliknya dengan
pola Prabowo-SBY, saya tidak tahu. Yang pasti pasangan menjadi kuat.
#cawapressby," tuturnya.
Dia menilai, jika SBY mau menjadi
calon wakil presiden (cawapres), menurutnya, akan mengubah peta politik dan cukup
mencengangkan nanti hasilnya.
"Sebagai kemungkinan
politik, jangan apriori diterima dan ditolak. Ada baiknya disurvei, sambil menunggu
hasil pileg April 2014. Yang saya yakin adalah kalau Pak SBY mau jadi cawapres,
akan jadi yang paling favorit dan jadi rebutan para capres. #cawapressby,"
tandasnya.
"Lalu, harap diingat bahwa sekarang
Bang Yusril sedang mengajukan judicial review UU Pilpres. Yang diuji adalah
ambang batas presidensial. Di luar PDIP dan (mungkin) Golkar, semua partai lebih
aman tiketnya jika uji materi Bang Yusril dikabulkan oleh MK.
#cawapressby," pungkasnya.
"Fakta elektabilitas
Demokrat, Gerindra dan partai-partai lain, belum aman tiketnya oleh treshold
presidensial yang sekarang menjadi acuan pencapresan. Artinya, jika uji materi
Bang Yusril sukses, secara politik tidak hanya menguntungkan PBB. Demokrat dan
partai-partai lain juga menerima manfaat. #cawapressby," tuntasnya.
Kicau Anas menyinggung soal
pertemuan antara Presiden SBY, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo
Subianto, dan Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza
Mahendra, sebagai momen paling penting di penghujung tahun 2013 ini.
Lebih jauh Ketua PPI itu dalam
ocehannya. "Tentu saja setelah pertemuan, baik Pak Prabowo maupun Bang
Yusril menyampaikan hasil pertemuan kepada media. #cawapressby," imbuhnya.
Menurutnya, apa yang dibicarakan
ketiga tokoh partai tersebut, pasti hal yang penting dan kemudian disampaikan
kepada media adalah hal yang penting, tidak sembarangan.
"Juga bisa dipastikan bahwa
tdk semua hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan disampaikan kepada
media. #cawapressby," ujarnya.
"Pertemuan Pak SBY dan Pak
Prabowo mudah dipahami sebagai upaya untuk mencetak kartu politik baru jelang
2014. #cawapressby," tambah Anas.
Memang sebelumnya telah diketahui
akan kedatangan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo bertemu dengan Presiden
SBY memunculkan sinyal kuat akan terbentuknya koalisi antara kedua partai
menjelang Pemilu 2014 mendatang.
Sinyal ini menguat ketika Prabowo
memberikan pernyataannya kepada media usai menemui SBY yang juga merupakan
Ketua Umum Partai Demokrat.
"Saya kira tadi saya
sampaikan bahwa Gerindra ingin menjalin kerja sama dengan semua pihak. Yang
penting bagi kita kepentingan bangsa dan negara. Dan beliau (SBY) juga welcome
dengan sikap saya," kata Prabowo saat itu di Kantor Presiden, Jalan Medan
Merdeka Utara, Jakarta (24/12/2013).
Prabowo pun memuji kinerja
pemerintahan yang dipimpin oleh SBY selama sembilan tahun.
"Bagi kita yang penting
kepentingan bangsa dan negara, dan saya sudah katakan Gerindra apreciate
kepemimpinan SBY, memimpin dan mengendalikan negara yang begini besar, multi
etnis multi agama dengan segala persoalannya, tidak ringan," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Prabowo dan
Partai Gerindra, memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap SBY.
"Saya kira kita harus mengapresiasi, di tengah gejolak dunia. Indonesia
masih dikendalikan dengan baik itu yang saya sampaikan ke beliau,"
pungkasnya.
Padahal, jika kita mencermati iklan pencitraan yang
dilakukan oleh Prabowo dan Gerindra (yang sekarang masih bisa kita lihat di
tayangan televisi walaupun tidak sesering beberapa bulan lalu), terkesan
menyudutkan kinerja Pemerintahan SBY. Namun, begitulah namanya politik,
sebentar jadi musuh, sebentar jadi teman, tetapi perlu diingat, politik yang
didemontrasikan oleh kebanyakan politikus khususnya yang tersebut diatas,
adalah politik busuk yang jika memegang tampuk kepemimpinan akan selalu
bersikap sewenang-wenang seperti sikap penjajah yang hanya memberangus rakyat
jelata, rakyat bumi putra. Masih maukah kita dipimpin oleh pemimpin seperti
mereka?
Yang jelas apa yang dikicaukan oleh Anas Urbaningrum
terkait strategi SBY dan Demokrat, penulis nilai Anas sebagai “Duplikat SBY”,
dalam kasus pertemuan SBY dengan Prabowo (Gerindra) dan Yusril (PBB), merupakan
pembongkaran isi hatinya sendiri. Sebab SBY, sama cerdik dan licinnya dengan
diri Anas Urbaningrum. Dan jauh hari sebelumnya, Anas telah mengatakan juga
dalam twiternya jika Cikeas ingin menyelamatkan “Dinastinya”, maka SBY harus
rela menjadi cawapres pada pemilu 2014 mendatang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar