Jurnalis Independen: Orang Chino warga negara indonesia bernama Rudy Kurniawan ini sukses menipu warga Amerika Serikat dengan cara memalsu produksi anggur Wine Burgundy Domaine Ponsot Laurent Ponsot yangterkenal berharga mahal milik warga Perancis.
Lima tahun lalu Rudy Kurniawan
pernah dijuluki satu di antara penjual wine langka paling berpengaruh di dunia.
Dari Indonesia, dia bekerja keras dan meraih sukses sebagai seorang superstar
di kalangan bisnis anggur kelas atas
Bergabung dalam lingkaran yang
sebotol anggur merah harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah, Rudy di usia
yang tergolong muda, 36 tahun, pernah mendapatkan julukan "Dr Conti"
dan "Mr 47". Bukan hanya wine, laki-laki berwajah oriental tersebut
juga dikenal sebagai kolektor karya seni kontemporer mahal dan arloji Patek
Philippe serta memiliki deretan mobil mewah, termasuk Lamborghini.
Sayang, kesuksesan luar biasa itu
ternyata dibangun di atas buih kebohongan demi kebohongan. Rudy melakukan
penipuan dan pemalsuan canggih kepada orang lain lewat cara yang sebetulnya
sederhana.
Lewat gaya bicaranya yang penuh
rayuan, dibumbui pengetahuan tentang anggur yang luar biasa, kolektor kaya
memercayai reputasinya untuk keahlian yang tidak tertandingi. Padahal, yang
dilakukan Rudy hanyalah mencetak label palsu dan mengisi botol asli yang sudah
kosong dengan anggur murah berharga puluhan ribu rupiah yang dibeli di toko
minuman pinggir jalan.
Dari sana yang Rudy butuhkan
hanyalah kemampuan persuasif sebagai seorang salesman. Menipu miliarder Amerika
seperti Bill Koch, yang menggugat Rudy dalam kasus penipuan anggur terpisah di
pengadilan yang sama.
Tapi, seperti akhir cerita
petualangan semua pembohong, aksi tipu-tipu oplosan anggur ala Rudy akhirnya
terbongkar juga. Pada April 2008 dengan percaya diri Rudy melelang 97 botol
anggur yang diklaimnya berasal dari pabrik Burgundy Domaine Ponsot Prancis di
sebuah balai lelang New York. Botol-botol anggur milik Rudy itu mengundang
kecurigaan kolektor anggur asli karena wine tersebut diberi label produksi
tahun 1929, sedangkan Domaine Ponsot baru mulai menjual anggur itu pada 1934.
Karena Rudy menjadi buah bibir di
antara penikmat anggur langka, pakar wine asal Prancis sekaligus pemilik
minuman anggur Domaine Ponsot Laurent Ponsot langsung terbang ke New York untuk
memastikan keaslian wine produksinya. Dan terbukti, 84 di antara 97 botol
Domaine Ponsot itu palsu.
Rudy kemudian dilaporkan. Namun,
proses untuk meringkus sang superstar wine tersebut tidak bisa berlangsung
singkat. Aparat kepolisian New York kemudian menemukan bahwa Rudy mengubah
rumahnya di California menjadi sebuah "laboratorium" anggur palsu.
Dia tinggal bersama ibunya di
Arcadia, pinggiran Kota Los Angeles. Ribuan wine mahal berlabel Burgundy dan
Bordeaux ditemukan di rumah Rudy. Masih banyak botol yang isinya penuh, tinggal
menunggu dilabeli. Para penyelidik juga menemukan rumus rumit untuk meracik
"wine" bercita rasa tua yang dibuat dari campuran wine murah.
"Rudy Kurniawan mencampur
dan menyatukan wine dengan harga yang lebih murah sehingga rasanya mirip dengan
karakter anggur langka yang harganya jauh lebih mahal," ungkap jaksa di
Pengadilan Federal New York Rabu lalu (18/12).
Di antara anggur palsu yang
dijual Rudy adalah Chateau Petrus 1947 yang dilegonya per botol seharga hampir
Rp 300 juta pada 2005 dan Domaine de la Romanee-Conti 1934 (Rp 130 juta per
botol pada tahun berikutnya). Setelah semua bukti itu terkumpul, Rudy akhirnya
ditangkap sesudah diduga berusaha menjual wine palsu lagi dalam acara lelang di
London pada Maret 2012.
Kini laki-laki bertubuh kurus,
tidak begitu tinggi, dan memiliki wajah kekanakan tersebut harus meringkuk di
bui kejaksaan New York dengan memakai seragam tahanan. Penampilan dia kini jauh
dari gaya hidupnya sebelumnya.
Pengadilan di Manhattan, New
York, memutuskan bahwa Rudy Kurniawan bersalah atas pemalsuan wine klasik.
Keputusan itu sekaligus bisa membuat Rudy harus meringkuk 40 tahun di penjara.
Kurang dari dua jam, juri menetapkan keputusan bersalah atas dua dakwaan
pemalsuan. Sesuai dengan aturan pengadilan di New York, pembacaan vonis
direncanakan baru dilakukan pada 24 April 2014. Nyt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar