Jurnalis Independen: Haul ke 4 Tokoh
Bapak Bangsa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), rencana nya akan dipusatkan di Ponpes
Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur pada Minggu malam 3/1/2014. Peringatan 4 tahun
meninggalnya Gus Dur juga akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kepastian hadirnya Presiden SBY,
dilontarkan pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid alias Gus Solah yang
juga merupakan adik kandung tokoh yang sedang diperingati.
"Haul ke-4 Gus Dur yang
digelar tanggal 3 Januari mendatang akan dihadiri sejumlah tokoh, salah satunya
adalah Presiden SBY. Insya Allah Pak SBY bisa hadir. Panitia sudah melakukan
komunikasi dengan pihak istana," kata Gus Solah ketika dihubungi lewat
ponselnya, Rabu (18/12/2013).
Ketua panitia Haul ke-4 Gus Dur,
Lukman Hakim melontarkan pernyataan
serupa. Ia menegaskan bahwa orang
nomor satu Indonesia tersebut akan hadir dalam peringatan 4 tahun meninggalnya
Gus Dur.
"Puncak peringatannya 3
Januri dan dihadiri Pak Presdien SBY," ungkap Lukman.
Lukman menjelaskan, selain
ceramah yang akan disampaikan SBY, acara puncak itu juga digelar tahlil akbar
di makam Gus Dur, usai salat Isya. Bukan itu saja, sebelumnya peringatan empat
tahun meninggalnya mantan presiden ini diisi dengan beberapa kegiatan.
Diantaranya, pagelaran seni barongsai dan liang-liong oleh komunitas Tionghoa,
kemudian penampilan seribu rebana.
"Penampilan budaya Tionghoa
ini sekaligus menjadi cerminan dekatnya Gus Dur
saat masih hidup dengan komunitas tersebut. Ada juga atraksi pesawat
aeromodeling dari TNI AU. Saat ini persiapan masih terus di lakukan,"
katanya menambahkan.
Lukman menambahkan, paket acara
peringatan itu sendiri dimulai 22 Desember. Yakni diawali dengan pertemuan
mejelis pengasuh pondok pesantren se-Indonesia. Selain dialog budaya yang
menghadirkan budayawan Emha Ainun Najib, dalam pertemuan itu peserta akan
diajak nobar (nonton bareng) film 'Sang Kiai'.
Sebelumnya bagi sementara orang,
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah tokoh pluralisme. Sayangnya pandangan
yang santer diperdengarkan banyak orang ini, ditentang oleh Inayah Wahid. Putri
Gus Dur ini menolak sebutan Bapaknya sebagai tokoh pluralism. Inayah justru menyebut
bapaknya adalah tokoh humanisme atau kemanusiaan.
"Jadi saya sendiri tidak
sepakat jika Gus Dur disebut tokoh pluralisme. Bapak saya tidak pernah membela
pluralisme, tapi beliau membela kemanusiaan. Jadi lebih tepat kalau Gus Dur
disebut Bapak Humanisme," kata Inayah saat menjadi pembicara sarasehan
peringatan empat tahun meninggalnya Gus Dur di Klenteng Hong San Kiong, Gudo,
Jombang, Sabtu (7/12/2013).
Inayah melanjutkan, selama hidup
Gus Dur memang getol membela kelompok minoritas, salah satunya adalah golongan
Tionghoa. Namun menurutnya yang dibela cucu pendiri NU tersebut bukan
pluralismenya, melainkan kemanusiaan. "Gus Dur membela Etnis Tionghoa dan
kelompok minoritas lainnya, karena mereka adalah manusia," katanya
menambahkan.
Inayah masih ingat, saat bapaknya
masih hidup pernah berpesan, jika meninggal kelak Gus Dur meminta makamnya
ditulisi tokoh humanisme. Hanya saja, hingga saat ini pesan itu belum
terlaksana. "Jadi sekali lagi, yang dibela Gus Dur itu manusianya,"
ujar putri bungsu Gus Dur ini.
Di hadapan forum, Inayah juga
bercerita panjang lebar tentang metode Gus Dur dalam mendidik anak-anaknya. Menurutnya,
seluruh anak Gus Dur diperlakukan sama. Gus Dur juga tidak pernah memaksakan
keinginannya kepada sang buah hati.
"Demokrasi sudah diajarkan
Gus Dur sejak dalam keluarga. Beliau tidak pernah memaksa anaknya harus ini dan
itu. Kami hanya dikasih gambaran umum, setelah itu anaknya sendiri yang akan
memilih," katanya berkisah.
Sementara itu, Joaquin F.
Monseratte, Konjen Amerika Serikat yang juga menjadi pembicara dalam sarasehan
itu menyamakan Gus Dur dengan tokoh kemanusian asal Afrika Selatan yang baru
saja meninggal dunia, Nelson Mandela. "Kami sangat kehilangan meninggalnya
dua tokoh tersebut. Gus Dur dan Nelson Mandela sama-sama pejuang
kemanusiaan," ujarnya.
Saat itu, selain Inayah dan
Joaquin F. Monseratte, tiga pembicara lain yang tampil adalah KH Salahuddin
Wahid (Pengasuh Ponpes Tebuireng), Putu Sutawijaya (Seniman), serta Bingky
Irawan (tokoh pluralis). Usai saresehan seluruh tokoh lintas agama dan hadirin
menggelar doa bersama di depan Klenteng Hong San Kiong. Doa tersebut ditujukan
khusus untuk Gus Dur.
Digelarnya peringatan empat tahun
meninggalnya Gus Dur di Kleteng Gudo mendapat sambutan positif dari masyarakat
setempat. Salah satunya adalah Ketua IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul
Ulama) Kecamatan Gudo, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas. Dia berharap acara
serupa bisa digelar rutin tiap tahun. Dengan begitu, nilai-nilai perjuangan Gus
Dur semakin membumi di Indonesia.
"Karena Gus Dur bukan hanya
milik warga nahdliyin. Gus Dur sudah menjadi bapak bangsa, sehingga seluruh komponen
bangsa turut memiliki. Kami juga sepakat kalau bulan Desember dijadikan bulan
Gus Dur," tutup Gus Dimas.@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar