Rabu, 18 Desember 2013

SBY Datang, Inayah Wahid Tolak Sebutan Gus Dur Tokoh Pluralisme

Jurnalis Independen:  Haul ke 4 Tokoh Bapak Bangsa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), rencana nya akan dipusatkan di Ponpes Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur pada Minggu malam 3/1/2014. Peringatan 4 tahun meninggalnya Gus Dur juga akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kepastian hadirnya Presiden SBY, dilontarkan pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid alias Gus Solah yang juga merupakan adik kandung tokoh yang sedang diperingati.

"Haul ke-4 Gus Dur yang digelar tanggal 3 Januari mendatang akan dihadiri sejumlah tokoh, salah satunya adalah Presiden SBY. Insya Allah Pak SBY bisa hadir. Panitia sudah melakukan komunikasi dengan pihak istana," kata Gus Solah ketika dihubungi lewat ponselnya, Rabu (18/12/2013).

Ketua panitia Haul ke-4 Gus Dur, Lukman Hakim melontarkan pernyataan
serupa. Ia menegaskan bahwa orang nomor satu Indonesia tersebut akan hadir dalam peringatan 4 tahun meninggalnya Gus Dur.

"Puncak peringatannya 3 Januri dan dihadiri Pak Presdien SBY," ungkap Lukman.

Lukman menjelaskan, selain ceramah yang akan disampaikan SBY, acara puncak itu juga digelar tahlil akbar di makam Gus Dur, usai salat Isya. Bukan itu saja, sebelumnya peringatan empat tahun meninggalnya mantan presiden ini diisi dengan beberapa kegiatan. Diantaranya, pagelaran seni barongsai dan liang-liong oleh komunitas Tionghoa, kemudian penampilan seribu rebana.

"Penampilan budaya Tionghoa ini sekaligus menjadi cerminan dekatnya Gus Dur  saat masih hidup dengan komunitas tersebut. Ada juga atraksi pesawat aeromodeling dari TNI AU. Saat ini persiapan masih terus di lakukan," katanya menambahkan.

Lukman menambahkan, paket acara peringatan itu sendiri dimulai 22 Desember. Yakni diawali dengan pertemuan mejelis pengasuh pondok pesantren se-Indonesia. Selain dialog budaya yang menghadirkan budayawan Emha Ainun Najib, dalam pertemuan itu peserta akan diajak nobar (nonton bareng) film 'Sang Kiai'.

Sebelumnya bagi sementara orang, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah tokoh pluralisme. Sayangnya pandangan yang santer diperdengarkan banyak orang ini, ditentang oleh Inayah Wahid. Putri Gus Dur ini menolak sebutan Bapaknya sebagai tokoh pluralism. Inayah justru menyebut bapaknya adalah tokoh humanisme atau kemanusiaan.

"Jadi saya sendiri tidak sepakat jika Gus Dur disebut tokoh pluralisme. Bapak saya tidak pernah membela pluralisme, tapi beliau membela kemanusiaan. Jadi lebih tepat kalau Gus Dur disebut Bapak Humanisme," kata Inayah saat menjadi pembicara sarasehan peringatan empat tahun meninggalnya Gus Dur di Klenteng Hong San Kiong, Gudo, Jombang, Sabtu (7/12/2013).

Inayah melanjutkan, selama hidup Gus Dur memang getol membela kelompok minoritas, salah satunya adalah golongan Tionghoa. Namun menurutnya yang dibela cucu pendiri NU tersebut bukan pluralismenya, melainkan kemanusiaan. "Gus Dur membela Etnis Tionghoa dan kelompok minoritas lainnya, karena mereka adalah manusia," katanya menambahkan.

Inayah masih ingat, saat bapaknya masih hidup pernah berpesan, jika meninggal kelak Gus Dur meminta makamnya ditulisi tokoh humanisme. Hanya saja, hingga saat ini pesan itu belum terlaksana. "Jadi sekali lagi, yang dibela Gus Dur itu manusianya," ujar putri bungsu Gus Dur ini.

Di hadapan forum, Inayah juga bercerita panjang lebar tentang metode Gus Dur dalam mendidik anak-anaknya. Menurutnya, seluruh anak Gus Dur diperlakukan sama. Gus Dur juga tidak pernah memaksakan keinginannya kepada sang buah hati.

"Demokrasi sudah diajarkan Gus Dur sejak dalam keluarga. Beliau tidak pernah memaksa anaknya harus ini dan itu. Kami hanya dikasih gambaran umum, setelah itu anaknya sendiri yang akan memilih," katanya berkisah.

Sementara itu, Joaquin F. Monseratte, Konjen Amerika Serikat yang juga menjadi pembicara dalam sarasehan itu menyamakan Gus Dur dengan tokoh kemanusian asal Afrika Selatan yang baru saja meninggal dunia, Nelson Mandela. "Kami sangat kehilangan meninggalnya dua tokoh tersebut. Gus Dur dan Nelson Mandela sama-sama pejuang kemanusiaan," ujarnya.

Saat itu, selain Inayah dan Joaquin F. Monseratte, tiga pembicara lain yang tampil adalah KH Salahuddin Wahid (Pengasuh Ponpes Tebuireng), Putu Sutawijaya (Seniman), serta Bingky Irawan (tokoh pluralis). Usai saresehan seluruh tokoh lintas agama dan hadirin menggelar doa bersama di depan Klenteng Hong San Kiong. Doa tersebut ditujukan khusus untuk Gus Dur.

Digelarnya peringatan empat tahun meninggalnya Gus Dur di Kleteng Gudo mendapat sambutan positif dari masyarakat setempat. Salah satunya adalah Ketua IPSNU (Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama) Kecamatan Gudo, Dimas Cokro Pamungkas atau Gus Dimas. Dia berharap acara serupa bisa digelar rutin tiap tahun. Dengan begitu, nilai-nilai perjuangan Gus Dur semakin membumi di Indonesia.

"Karena Gus Dur bukan hanya milik warga nahdliyin. Gus Dur sudah menjadi bapak bangsa, sehingga seluruh komponen bangsa turut memiliki. Kami juga sepakat kalau bulan Desember dijadikan bulan Gus Dur," tutup Gus Dimas.@JI


Tidak ada komentar: