Jurnalis Independen: Berlimpahnya sumber
dana dan prasarana yang dimiliki pasangan capres cawapres yang diusung Partai Hanura
Wiranto-Hary Tanoesoedibjo perlu dicermati, terutama pihak Komisi Pemilihan
Umum (KPU), pasalnya apa yang diperlihatkan pasangan tersebut rawan politik
uang, termasuk survey yang dilakukan lembaga-lembaga yang ada.
Duet capres cawapres yang diusung
Hanura Wiranto-Hary Tanoesoedibjo diprediksi bisa membuat kejutan di pemilu
tahun 2014 mendatang.
"Akan ada kejutan di 2014 yang
akan datang. Pasangan yang selama ini tidak begitu diperbincangkan apalagi
diperhitungkan yaitu duet Wiranto-HT, jangan-jangan justru akan menjadi pasangan
yang mendapatkan tiket pencalonan mengingat kenaikan Hanura yang signifikan
pada beberapa survei terakhir,"ujar Board of Advisors CSIS, Jeffrie
Geovanie kepada Tribunnews, Kamis(12/12/2013).
Hanya saja kata Jeffrie kejutan
tersebut akan terealisasi jika partai Hanura memperoleh 10 persen suara saat
pemilihan umum legislatif. Dengan syarat tersebut menurut Jeffrie Hanura akan
dengan mudah menggandeng partai seperti PPP dan PKS.
Apalagi lanjut Jeffrie jika berbicara
peluang pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo memang menunjukkan kemajuan. Dalam
tiga bulan terakhir, terjadi kenaikan yang mengagetkan pada duet Win-HT ini.
"Saya tidak dalam posisi
membicarakan siapa pemenangnya, tetapi lebih pada kemungkinan-kemungkinan
calon-calon yang mampu lolos tahap pencalonan,"ujar Jeffrie.
Untuk diketahui, kepindahan Hary
Tanoesoedibjo dari Partai Nasdem ke Partai Hanura membuat partai besutan
Jenderal TNI Purn Wiranto itu melejit di peringkat 5 versi Lembaga Survei
Jakarta (LSJ). Apalagi hasil survei elektabilitas Hanura di atas Partai Nasdem.
LSJ merilis hasil survei yang
menunjukkan elektabilitas Partai Hanura 5,8%, atau berada di atas Partai Nasdem
yang memperoleh suara 4,5 persen.
Survei LSJ itu dilakukan di 33
provinsi, dengan mengambil sampel sebanyak 1225 dengan margin of error 2,8
persen. Padahal kalimat-kalimat seperti sangat menyesatkan, sebab terindikasi adanya faktor setingan.
Dari Pengguna media sosial, termasuk
Twitter dan Kaskus, ramai membicarakan kuis kebangsaan Win-HT, Selasa
(10/12/2013). Kuis ini diduga telah diatur
atau diseting, setelah beberapa peserta melontarkan jawaban sebelum
pembawa acara mengajukan pertanyaan.
Kuis yang ditayangkan secara langsung
di RCTI ini dikatakan bertujuan untuk menguji wawasan dan pengetahuan warga
tentang Indonesia, baik sejarah, geografi, Pancasila, pengetahuan umum, dan
informasi terkini lainnya. Kuis ini disponsori oleh pasangan kandidat calon
presiden-calon wakil presiden Wiranto-Hary Tanoesudibjo yang diusung oleh
Partai Hanura.
Setiap peserta diminta mengucapkan kata
kunci (password) kuis, yaitu "Bersih, Peduli, Tegas". Kata kunci ini
merupakan salah satu jargon yang diusung Wiranto-Hary Tanoe. Setiap peserta
yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar mendapat hadiah, seperti kamera,
dispenser, dan lainnya.
Dalam sebuah video yang diunggah di
Twitter dan Kaskus, seorang warga bernama Syaifudin dari Trenggalek, Jawa
Timur, melontarkan jawaban, "A. Istana Maimun." Padahal, Syaifuddin
belum memilih pertanyaan yang diajukan.
"Huruf apa pak? Bukan, pak. Ini
dia nih. Bapak boleh pilih dulu huruf (W, I, N, H, T) yang ada di sebelah saya.
Silakan," kata Tifanny, pembawa acara, seraya menunjukkan pilihan huruf
yang dapat dipilih Syaifudin.
Syaifudin pun terdengar kebingungan,
dan sempat berujar, "Ooh..."
Setelah berpikir sejenak, Syaifudin pun
akhirnya memilih pertanyaan yang berada di balik huruf "H". Setelah
itu, Syaifudin pun diajukan pertanyaan sebagai berikut: "Istana yang
menjadi salah satu ikon Kota Medan dan dibangun pada tahun 1888 adalah?"
Di bawah pertanyaan, ada tiga pilihan, yaitu: A. Istana Maimun; B. Gedung Sate;
C. Museum Gajah.
Syaifudin pun kembali mengulang
jawaban: "A. Istana Maimun", dan dinyatakan benar.
Ada lagi kejadian lucu lainnya. Seorang
warga dari Medan bernama Yoel pun sempat kebingungan mengikuti kuis ini.
Sebelum mendapatkan pertanyaan, Yoel langsung melontarkan jawaban, "A. MT
Haryono."
Akhirnya, pembawa acara pun
mengingatkan Yoel untuk memilih pertanyaan terlebih dahulu. Yoel pun sempat
memilih huruf "A". Padahal, di layar kaca, tak ada huruf A. Huruf
yang tersedia adalah W, I, N, H, T.
Akhirnya, Yoel memilih huruf
"W". Pertanyaan pun diajukan: "Selain Ahmad Yani, siapa yang
termasuk dalam 7 pahlawan revolusi?" Selanjutnya, terpampang tiga pilihan,
yaitu: A. MT Haryono; B. Gatot Subroto; C. Selamet Riyadi.
Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi
pun sempat mengomentari kuis tersebut melalui akun Twitter-nya, @BurhanMuhtadi.
"HaHaHa lucu banget :)" kicaunya.
Begitu pula Leksa, melalui akun
Twitter-nya, @leksa. "Haha. udh kampanye pake kuis, setingan pula. Eh
ketahuan lagi :))"
Tak hanya Twitter, acara ini juga
dibicarakan di situs Kaskus. Seorang kaskuser dengan akun momod.palsu pun
melontarkan kritik terhadap kuis ini. "Baru bakal calon aja kampanye
pembohongan publik lagian ngebet amat sih mau jadi pemimpin negara mana yang
punya tuh tipi gonta-ganti partai lagi percuma ngabis-nagbisin duit buat
kampanye ga bakal kepilih loh."
Kaskuser lainnya, valach, pun
menimpalinya. "Dari awal ane udah tau klo orientasi acara ini memang bukan
kuis tp kampanye! awalnya aja udah tipu2 apalagi ntar klo udah jadi."
Begitu pula kaskuser berakun
SaintBuster. "Belum jadi presiden aja dah bikin acara yang nipu rakyat.
Gimana kalo dah jadi?"
Saat ini, video Kuis Kebangsaan terkait
telah dihapus di Youtube.
Selain itu beberapa lomba yang diadakan
oleh MNCTV, hampir seluruhnya bermuatan kampanye terselubung.
Lebih miris lagi setelah mengetahui
jika, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) yang juga calon wakil presiden
dari Partai Hanura, Hary Tanoesodibjo bersama Ketua Umum yang juga Calon
Presiden Hanura, Wiranto, menghadiri pemberian pinjaman kepada usaha kecil dan
menengah di DKI Jakarta, di GOR Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur, Senin
(25/11/2013). Pinjaman bergulir selama enam bulan dengan bunga 0 persen ini
untuk membantu usaha kecil dan menengah yang kesulitan modal sehingga dapat
berkembang. Tahap pertama, pinjaman ini diberikan kepada 250 kelompok yang
sudah mengajukan permohonan.
Cara-cara seperti ini menunjukkan
adanya rekayasa, sabotase pada pemilih dari orang awam, merupakan tebar pesona
dan mencuri start kampanye dengan mengandalkan modal besar.
Sehingga tidak mengherankan kalau Sekretaris
Kabinet Dipo Alam soal sejumlah petinggi partai menyindir mereka, para kandidat
calon presiden yang memiliki media televisi.
Seperti diketahui, calon wakil presiden
yang diusung Hanura, Hary Tanoesoedibjo merupakan pimpinan Media Nusantara
Citra (MNC).
"Saya kira sah-sah saja Dipo
mengomentari apapun, itu hak yang bersangkutan," kata Saleh Husin, Ketua
DPP Hanura, Selasa (10/12/2013).
Saleh mengatakan, stasiun televisi
mengerti dengan aturan yang ada sehingga ia yakin grup MNC tidak melanggarnya.
"Yang dituju Dipo siapa? Hanura enggak ada masalah," kata anggota
Komisi V DPR itu.
Saleh juga menyebut iklan Wiranto-Hary
Tanoe di televisi masih wajar dan dalam batas koridor yang ada.
Apalagi setiap
calon presiden memiliki strategi sendiri dalam meningkatkan elektabilitasnya di
masyarakat.
"Kalau iklan semua partai memiliki
hak yang sama. Tapi ini peringatan agar jangan keluar dari jalur siapapun dia
agar tidak jatuh dari atas rel," ungkapnya.
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Dipo
Alam menyindir beberapa stasiun TV yang dipakai sebagai alat kampanye
terselubung oleh pemiliknya atau partainya.
"Pemiliknya (pemilik TV)
ditampilkan sebagai pahlawan dan yang lain diliput bak black campaign,"
kata
Dipo Alam dalam akun twitter-nya, Senin (9/12/2013).
Keluhan yang sama dikutip
Tribunnews.com dari situs Setkab. Bahkan dituliskan 6 stasiun TV yang
sebelumnya mendapat teguran KPI karena tidak proporsional dalam menyiarkan
berita politik yakni RCTI, MNCTV, Global TV, ANTV, TV One, dan Metro TV.
Terang-terangan ditulis pemilik ke-6 TV
itu milik para politisi dan Calon Presiden (Capres). RCTI, MNCTV, dan Global TV
milik Calon Wakil Presiden Partai Hanura, Hary Tanoesoedibjo; ANTV dan TV One
milik Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, dan Metro TV milik Ketua
Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar