Jumat, 27 Desember 2013

Regenerasi Dinasty Atut di Fasilitasi Golkar

Jurnalis Independen: Setelah dinasti Ratu Atut Chosiyah di ambang kejatuhan, akankah benih-benih kebangkitan itu kembali dimunculkan oleh garis keturunan atau sanak saudara dari Gubernur Banten tersebut? Sepertinya Partai Golkar menjadi fasilitator bangkitny akembali dinasty Ratu Atut Chosiyah di Banten, sebab Aburizal Bakrie (ARB) sebagai calon presiden takut partainya tak memenuhi treshold presidensial.


Ratu Tatu Chasanah adik dari Ratu Atut, kini resmi menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Banten. Setelah Ketua DPD Partai Golkar Banten sekaligus suami Ratu Atut, Hikmat Tomet meninggal pada 9 November 2013.

Seperti sistem atau puzzle yang tengah disusun kembali, Ratu Tatu saat itu tak ingin aroma pencalonan untuk mengisi Ketua DPD Banten ini dengan bebasnya menyeruak. Ratu Tatu lebih memilih menunggu momentum, dan melihat kondisi di tubuh Golkar.

Saat itu ia mengatakan. "Gimana nanti saja, gimana aturannya saja, kalau memang secara aturan boleh ya ikut, kalau aturan tidak boleh, ya enggak masalah, tak apa-apa," kata Ratu Tatu di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 25 Desember 2013.

Ratu Tatu tak mau gegabah dalam bertindak jika maju sebagai calon Ketua DPD. Dia lebih memilih untuk menunggu Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub). "Itu nanti ada proses Musdalub, itu nanti saja," imbuhnya.

Tak hanya Ratu Tatu, regenerasi rezim Atut di Banten bisa dirintis kembali dari Andika Harzumy, anak sulung Ratu Atut. Andika digadang-gadang bisa menggantikan posisi Ratu Atut dan diharapkan bisa menyatukan kembali dinasti Atut yang tengah tercabik.

"Saya bicara internal reform bukan dalam kerangka keluarga Atut menjadi gubernur. Saya rasa karena semua sudah berpengalaman kedua putra dan menantunya punya pengalaman dalam mengikuti perkembangan ini. Mungkin yang paling tua Andika (Andika Harzumy)," kata Juru Bicara (Jubir) Atut, Fitron Nur Ikhsan di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 21 Desember 2013 lalu.

Fitron menyampaikan, anak-anak Atut telah dewasa sehingga mereka bisa menjadi tulang punggung. "Saya pikir mereka harus mampu melakukan recovery internal reform di keluarga karena persoalan ini bertubi-bertubi dilakukan," terangnya.

Diakui Fitron, awal mula kejatuhan dinasti Atut, dimulai dari tertangkapnya Tubagus Chaeri Wardana (TCW) alias Wawan, adik dari Ratu Atut, setelah Ratu Tatu. "Mulai saat TCW ditangkap kemudian Ibu ditahan ini suatu hal berat bagi keluarga. Namun, ini persoalan yang harus dihadapi," sambungnya.

Ia pun meyakini anak-anak Atut tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan persoalan yang belakangan dihadapinya. "Persolan ini tak diibaratkan menginjak duri terlalu lama, mereka pasti beranjak. Internal reform mereka akan bangkit," pungkasnya.

Aneh bin ajaib memang jika memperhatikan Golkar di satu sisi dan Dinasty Atut di Banten ini. Partai Golkar tak mempersoalkan siapa saja yang ingin memimpin DPD 1 Banten, termasuk Wakil Bupati Serang, Ratu Tatu Chasanah yang juga merupakan adik Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Ini membuktikan jika Golkar masih memupuk Jorgan lamanya yaitu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang selama ini hendak diberangus oleh masyarakat bangsa ini.   

Lebih jauh Partai Golkar melalui Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen), Tantowi Yahya menyampaikan, siapa saja boleh mencalonkan diri selama yang bersangkutan memiliki dukungan.

"Setiap kader boleh dan berhak mencalonkan atau dicalonkan jadi Ketua DPD 1. Yang pentingkan ada yang dukung," katanya, Rabu (25/12/2013).

Kata dia, mekanisme pemilihan itu bisa dilakukan melalui Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) yang akan digelar dalam waktu dekat.

Lanjut Tantowi, kegiatan itu dilakukan hanya untuk mencari pengganti almarhum Hikmat Tomet yang sebelumnya menduduki kursi Ketua DPD I Banten. "Hanya memilih pengganti almarhum Hikmat Tomet," terangnya Tantowi ketika itu.

Anggota Komisi I DPR ini juga menginformasikan, pertemuan itu rencananya akan dibuka oleh Ketua Pemenangan Jawa I Partai Golkar, Ade Komarudin.

Lain bagi Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam menilai, terpilihnya Ratu Tatu Chasanah sebagai Ketua DPD I Golkar Banten, menunjukkan bahwa rezim dan kekuatan Ratu Atut Chosiyah di wilayah Banten masih sangat kuat.

Pasalnya, Ratu Tatu adalah adik kandung dari Gubernur Banten Ratu Atut, yang saat ini telah ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Ini menunjukkan rezim dan kekuatan Atut masih sangat kuat, ini masih harus menjadi perhatian serius. Masyarakat Banten harus mengawal proses transisi perubahan itu," tegas aktivis ICW, Abdullah Dahlan di Kantor ICW, Jalan Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2013).

ICW menegaskan, saat ini harus ada kekuatan yang cepat untuk memutus klan Ratu Atut di Banten, agar setiap jabatan strategis di Banten tidak selalu dikuasai oleh keluarga Ratu Atut.

"Harus ada pertarungan kekuatan percepatan, apakah klan lama, atau ada klan perubahan yang memang juga lebih cepat dan serius dan ini juga harapannya idealisme desakan agenda perubahan di Banten," papar Abdullah.

Abdullah menambahkan, jika tidak ada transisi pemerintahan di wilayah Banten, maka tidak menutup kemungkinan keluarga Ratu Atut akan terus menduduki kursi pemerintahan di daerah Banten.

"Kalau tidak transisi semacam ini, akan memberi ruang berkuasanya kekuatan-kekuatan lama di Banten," pungkas Abdullah.

Terpilihnya Ratu Tatu Chasanah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Banten menggantikan Hikmat Tomet, membuka peluang Dinasti Atut susun puzzle kebangkitan, demikian yang dikatakan Mohammad Atik Fajardin dengan rasa cemas, terkait perkembangan kepemimpinan Partai Golkar di Banten.

Untuk diketahui, hari ini Ratu Tatu Chasanah secara resmi terpilih menjadi Ketua DPD I Golkar Banten. Setelah terpilih, Tatu yakin bisa mengantar Golkar membuat Banten jadi kuning di Pemilu 2014. (*)


Tidak ada komentar: