Jurnalis Independen: Kayaknya nggak sama tuh dengan di film, pantes keluarganya marah! Dulunya
bernama Koesno Sosrodihardjo. Tubuhnya kurus dan sering sakit-sakitan. Oleh
bapaknya 'Raden Soekemi Sosrodihardjo ' nama tersebut diganti dengan 'karno',
nama Karno diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu
Karna.
Diatas kereta kuda, Haji Oemar
Said (HOS) Cokroaminoto berwejang kepada Karno, "Manusia itu sama
misteriusnya dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan
mengikutimu".
Besar harapan sang bapak setelah
mengganti nama 'Karno', untuk menjelma menjadi kesatria layaknya tokoh
pewayangan - Adipati Karno. Alhasil harapan bapaknya terwujud, ketika 'Karno'
berusia 24 tahun, ia berhasil mengguncang podium , dan berteriak : "KITA
HARUS MERDEKA SEKARANG"
Akibat pidatonya tersebut, ia
harus masuk penjara di Yogyakarta dan dipindahkan ke Bandung. Dituduh menghasut
dan memberontak. Tapi keberanian
Soekarno tidak pernah padam.
Setelah keluar dari penjara
Soekarno pun bersama istri 'Inggit Garnasih' dan beserta anak angkatnya, mereka
dipindahkan ke pembuangan di Ende, lalu ke Bengkulu.
Di Bengkulu, Soekarno istirahat
sejenak dari politik. Namun hatinya tertambat pada gadis muda bernama
Fatmawati. Ketika itu Soekarno masih menjadi suami 'Inggit Garnasih', perempuan
yang usainya lebih tua 12 tahun dari Soekarno dan selalu menjadi 'perisai'
baginya ketika dipenjara maupun dalam pengasingan. Inggit pun harus rela
melihat sang suami jatuh cinta dengan Fatmawati. Ditengah kemelut
gonjang-ganjing rumah tangganya, Jepang pun datang mengobarkan perang Asia
Timur Raya, dan Soekarno pun kembali ke dunia politik.
Pada awal masa penjajahan Jepang
(1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan
Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia.
Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang
kurang begitu populer.
Mohahmmad Hatta dan Sutan
Syahrir, rival politik Soekarno, mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah
bengisnya dibanding Belanda. pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan
sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta,
dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga untuk
menarik hati penduduk Indonesia.
Dalam berbagai organisasi seperti
Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh
seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya
disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional
bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia, Namun Soekarno punya keyakinan, "jika kita cerdik, kita bisa
memanfaatkan Jepang untuk meraih kemerdekaan," meski ada pula yang melakukan
gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena
menganggap Jepang adalah yang berbahaya. Bahkan Kelompok pemuda pengikut Sutan
Syahrir mencemooh Soekarno dan Hatta sebagai kolaborator, namun Soekarna tak
goyah.
Ketika tahun 1943, Perdana Mentri
Jepang 'Hideki Tojo' mengundang tokoh Indonesia ke Jepang, tokoh tersebut yakni
Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo dan diterima langsung oleh
kaisar Hirohito. Bahkan kaisar
memberikan Bintang kekaisaran kepada tiga tokoh Indonesia tersebut.
Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut,
karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga
Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal
Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang
kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat
Indonesia sendiri.
Setelah menemui Marsekal Terauchi
di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus
1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke
asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok.
Tokoh pemuda yang membujuk antara
lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar
Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia,
karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang
sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para
tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Alasan lain yang berkembang
adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia
yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan
Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu
pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18
Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden
dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945
pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar