Jurnalis Independen: Perempuan ini dikenal sebagai
seorang jurnalis berpena tajam. Namanya Trimurti, kerap harus merasakan siksa
di balik jeruji penjara akibat tulisannya. Bahkan, anak pertamanya pun lahir di
dalam penjara.
Lantaran aksinya tersebut,
Trimurti mendapat tawaran menjadi Menteri Tenaga Kerja untuk era 1947-1948, 18
bulan setelah Indonesia merdeka. Tawaran itu dijawabnya spontan dengan
penolakan.
"Saya merasa tidak mampu,
saya belum pernah menjadi menteri," ujar Trimurti tegas, dikutip dari buku
SK Trimurti, Wanita Pengabdi Bangsa karya Soebagijo IN.
Setiajid menjawab, "Bung
Karno juga belum pernah menjadi presiden." dan membuat Trimurti terdiam.
Semalaman dia memikirkan tawaran tersebut, sebelum akhirnya menerima.
Setelah era kabinet itu selesai,
Trimurti kembali menempuh pendidikan di bangku kuliah. Pada 1959, Soekarno
menawarinya posisi Menteri Sosial. Tak ingin dianggap haus kekuasaan, Trimurti
menolak lagi, kembali menjadi mahasiswi ekonomi Universitas Indonesia.
Yang layak dicatat lebih dari
Trimurti, wanita ini selalu menolak segala pemberian dan fasilitas negara, yang
mana sebenarnya adalah haknya. Dia pun selalu menegaskan tidak pernah setuju
untuk menghalalkan setiap cara. Menurutnya, pemikiran itu bisa berarti menyiksa
dan menyakiti orang lain.
Kesederhanaan dan kebersahajaan
tetap dijalani Trimurti hingga akhir hidup. Tutup usia di 96 tahun, Trimurti
tinggal di sebuah rumah kontrakan di Bekasi. Di dinding rumah itu, terpampang
sebuah lukisan bergambar Bung Karno sedang menyematkan Bintang Mahaputra
tingkat V padanya.
Suka duka kehidupan telah
dicicipi seorang Trimurti. Pengalaman keluar-masuk penjara, bersembunyi dari
kejaran musuh yang memaksa berpisah dari keluarga, makin meneguhkan pengabdian
wanita luar biasa ini kepada Indonesia.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar