Selasa, 24 Desember 2013

Dibalik Sukses Perang Teluk

Jurnalis Independen: Siapapun harus mengakui, jika Amerika Serikat (AS), Israel dan sekutunya memenangi Perang Teluk dan berhasil menguasai Irak dan membunuh Presiden Saddam Husain. Namun walau Negeri Seribu Malam itu telah mengganti wajahnya dengan Negeri Seribu Mortir, bagi sosok Ray Allen Sang Veteran Perang Teluk asal AS adalah Sebuah Negeri Seribu Berkah.
Seorang Cowboy asal AS ,  Ray Allen , kini menetap di Irak dan menjadi seorang penduduk biasa di area pegunungan yang tertutup salju di Sulaymaniyah , ibukota Kurdistan di Irak .

” Tak seorang pun di Irak percaya ketika saya mengatakan bahwa  saya seorang Muslim , ” ujar Allen , seorang koboi urban dari Texas yang beragama Islam  , mengatakan kepada buletin Islam pada hari Senin, 9 Desember 2013.

” Biasanya mereka ingin bukti (bahwa saya Muslim) , maka  saya biasanya menunjukkan kepada mereka bahwa saya bisa melafalkan Surah Fatihah , ” tambahnya.

Di Texas , dahulu dia hanya tinggal sendirian di sebuah rumah bergaya country berhalaman luas , ia hidup hanya dengan anjingnya , beberapa  alat berkebun dan sebuah kitab al Qur’an .

Dia menjelaskan bagaimana dia berjuang untuk menjadi Muslim , pada saat semua masjid kala itu hanya memberikan khotbah  dalam bahasa Arab, dan ia sangat sulit untuk mengerti .

” Saya akan pergi ke masjid lokal dan mencoba untuk belajar bahasa Arab , ” katanya .

Pertemuan pertamanya dengan Islam adalah sekitar dua puluh tahun yang lalu di Arab Saudi di mana ia bertugas di militer AS selama Perang Teluk pertama .

” Ketika itu saya berusia sembilan belas tahun dan berdinas  di Thaif , ” kenangnya .

Di Thaif -lah , dia mendengar adzan  untuk pertama kalinya ‘ .

Dilahirkan sebagai seorang Katolik yang fanatik , Allen berasal dari keluarga besar dan hingga saat ini hanya ia  satu-satunya yang beragama Islam di keluarga besarnya.

” Saya belum  sanggup  mendeklarasikan kemuslimannya ketika kedua orang tua saya masih hidup . Saya pikir itu pengakuan itu akan menyakiti mereka terlalu banyak, ” dia mengakui kelemahannya .

Tetapi dalam usia empat puluhan , Allen bersemangat untuk belajar tentang Islam dan iman dan ia mendapatkan kembali kekuatannya setelah ujian  pernikahannya yang  gagal dan wafatnya kedua orang tuanya akibat kanker .

Namun demikian , Allen memiliki darah seorang  koboi ,  bersikap sopan , belajar dari orang tua  , lakukan apa yang benar , tidak pernah berbohong kepada orang lain dan ringan tangan.

” Saya belajar semua ini dari orang tua saya , dan kemudian menemukan prinsip-prinsip yang sama dan lebih dijelaskan dalam Islam , ” katanya .

Walaupun ia menetap ribuan mil jauhnya dari rumah asalnya , di Irak Allen menemukan lebih mudah untuk menerapkan Islam .

” Saya pikir saya akan memiliki lebih banyak waktu untuk belajar  Islam walau melelahkan , ” katanya .

” Aku selalu dibuat senang bila menggunakan kata-kata seperti Alhamdulilah dan Mashallah dalam percakapan sehari-hari . Aku tidak bisa melakukan ini di Amerika dengan semua orang , ” katanya.@


Tidak ada komentar: