Senin, 16 Desember 2013

Capres 2014 Jokowi Kartu Liar Indonesia

Jurnalis Independen: Popularitas Joko 'Jokow' Widodo mencuat cukup tinggi di berbagai survei nasional. Terakhir sebuah survei menunjukkan adanya ketidakrasionalan masyarakat terhadap Gubernur Jakarta yang terkenal merakyat itu.


Ada yang menyebutnya 'Ratu Adil', 'Manusia Setengah Dewa' bahkan 'Nabi', semuanya pakai tanda petik. Berbagai sebutan itu tentu bernada positif dan negatif terhadap sosok yang terkenal ramah ke masyarakat kecil dengan aktivitas blusukannya dan mudah tersenyum itu.

Pro dan kontra itu pula yang telihat dalam sebuah artikel The Australian, 24 September lalu dalam 'Jokowi a wild card for Indonesia' atau Jokowi Kartu Liar untuk Indonesia.

Artikel tersebut kira-kira membahas, apakah sosok Jokowi, yang diprediksi bakal menang mudah, bila dizinkan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai Calon Presiden di Pemilu 2014, seorang pro ekonomi rakyat atau bukan.

"Jika Gubernur Reformis Joko 'Jokowi' Widodo muncul tahun depan sebagai presiden baru Indonesia, tidak akan memperlemah dorongan proteksionisme (pada ekonomi) di Indonesia," tulis The Australian mengutip pernyataan pengamat ekonomi Moekti Soejachmoen.

Jokowi dinilai merupakan sosok pemimpin yang lahir dari sebuah partai yang mendukung self-sufficiency ekonomi dan membantu pedagang kecil.

"Lalu, bagaimana mungkin dia kurang nasionalis di kebijakan (ekonomi)," lanjutnya.

Namun, media ini juga mengutip pernyataan yang ambigu dari pengamat Lowy Institute Dr MacRae.

"Jika dia terpilih, yang tetap masih tidak bisa diketahui kuantitas kebijakannya, mungkin akan mengecewakan rakyat Indonesia yang telah memberinya terlalu banyak harapan untuk perubahan dan reformasi," tulis media itu mengutip pernyataan McRae.

Media ini tidak secara langsung menjelaskan maksud kalimat 'kartu liar' di judul artikelnya.

Terkait pemberitaan mengenai dirinya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menanggapi isi pemberitaan Cyrus Network yang mengatakan bahwa dirinya adalah calon presiden setengah dewa.

"Saya ini masih makan nasi. Saya hanya manusia biasa," ujar Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Senin (16/12/2013).

Jokowi juga kembali menegaskan, bahwa dirinya enggan menanggapi pemberitaan tentang dirinya yang bersentuhan dengan persoalan politik atau masalah calon presiden.

"Saya itu tidak pernah mau menanggapi soal surva survei," tutur pria yang juga politisi dari PDI Perjuangan ini.

Dalam survei yang dilakukan Cyrus Network, Jokowi diperkirakan bakal mudah memenangkan Pilpres 2014. Bahkan, partai yang mencalonkan Jokowi juga akan kena efeknya.

"Jokowi bisa mengangkat suara PDIP ke titik tertinggi yaitu 60 persen. Golkar ke angka potensial tertinggi 53 persen dan Gerindra 48 persen, jika jauh-jauh hari menyatakan diri sebagai satu-satunya partai yang mengusung Jokowi sebagai capres," ujar Direktur Riset Cyrus Network Eko David Dafianto.

Menurut Eko, Jokowi tidak hanya mengangkat citra PDIP sebagai partai pengusungnya. Setiap partai politik yang menggandeng Jokowi bakal ketiban rezeki. Yakni citra partai tersebut akan makin baik.

Karena itu, Jokowi tak perlu risau jika ingin menjadi calon presiden. "Jokowi bisa bergabung ke partai manapun, dan penggabungan diri Jokowi bisa menjadikan partai tersebut sebagai pemenang pemilu," katanya.
  
Sementara kader PDIP di bursa calon presiden yang akan diusung PDI Perjuangan terus mengalami dinamika. Calon yang menguat adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

"Pengalaman Bu Mega sebagai ketum, sebagai presiden, dalam situasi bangsa kayak begini perlu pengalaman. Wacana ini muncul," kata Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/12/2013).

Menurut Olly, keinginan untuk mengusung Megawati sebagai calon presiden merupakan hasil dari kader internal. Namun, ia menjelaskan Megawati sangat mengetahui situasi yang berkembang. "Semua diserahkan kepada Bu Mega," ujarnya.

Ketua Komisi XI itu mengakui memiliki pengalaman panjang mengenai survei yang berkembang di publik. Bila mengacu pada survei saat Pilkada, maka Jokowi tidak akan terpilih sebagai gubernur.

"Survei sebagai salah satu alat ukur. Kemampuan selama 2,5 tahun menjadi presiden bisa mempersiapkan landasan ke depan," tuturnya.

Olly mengatakan adapula kader yang menganggap Megawati memiliki pengalaman sehingga layak diajukan kembali menjadi calon presiden.

"Dia punya intuisi politik yang tajam. Ada yang menyampaikan Megawati Jokowi, Jokowi Puan, itu disampaikan dalam diskusi. Ini menunggu momentum," imbuh Olly.


Tidak ada komentar: