Jurnalis Independen: Dari kuasa hukum akun
Twitter anonim @TrioMacan2000, Irwandi Lubis, Sekretaris Kabinet Indonesia
Bersatu II, Dipo Alam, menerima setumpuk dokumen berisi laporan dugaan korupsi
yang dilakukan Menteri BUMN yang juga CEO media terkenal Jawa Pos.
Akun twitter anonim @Triomacan2000
dalam twitnya, banyak membeber kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabat yang
nongkrong di kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Salah satu
koruptor kelas kakap adalah CEO Jawa Pos yang juga menjabat sebagai menteri
BUMN. Tak tanggung-tanggung, korupsi yang dilakukan Dahlan di 3 tempat berbeda
bernilai ratusan miliar rupiah.
Dari Irwandi selaku kuasa hukum
akun @Triomacan2000, mengatakan.
"Kapasitas kami selaku kuasa
hukum @TrioMacan2000. Kami memberikan laporan tertulis dan fakta (dugaan
korupsi Dahlan Iskan)," kata Irwandi Lubis di Gedung Sekretariat Kabinet,
Jakarta, Senin (30/12/2013).
Masih dari Irwandi, ada tiga
laporan yang menyebutkan dugaan Dahlan Iskan terlibat korupsi. Menurutnya,
dugaan korupsi pertama adalah di PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sedangkan
dugaan korupsi kedua adalah penggelapan dalam kasus dana bencana Nusa Tenggara
Timur (NTT).
"Dugaan kasus korupsi
selanjutnya adalah PLTU Embalut di Kaltim," tuturnya.
Irwandi mengatakan, pihaknya juga
telah melaporkan kasus dugaan korupsi yang terjadi di PLN ke Mabes Polri.
Laporan tersebut dibuat pada 2009. "Kami juga sudah lapor KPK. Penelusuran
kami di tiga kasus itu ada nama Menteri BUMN Dahlan Iskan," ucapnya.
Jaringan Advokasi
Publik atau JAP rupanya prihatin juga membaca berita tentang dugaan korupsi
yang dilakukan oleh mantan Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
sekarang menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan.
“Seperti yang dilaporkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan, BPK, kerugian PLN sewaktu dipimpin Dahlan Iskan
mencapai Rp 37,6 triliun. Itu jumlah yang sangat luar biasa, karena itu harus
diusut oleh aparat hukum,” kata Irwand Lubis, aktivis JAP.
Menurut dia, tidak ada alasan
bagi lembaga hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Republik
Indonesia, Kejaksaan Agung, dan DPR untuk mendiamkan saja temuan BPK itu. “BPK
itu kan lembaga negara, jadi mestinya lembaga-lembaga yudikatif di negeri ini
tanpa perlu ada laporan dari masyarakat segera menindaklanjuti temuan BPK
tersebut,” tutur Irwandi lagi.
Karena itulah, Irwandi dan
kawan-kawannya di JAP akan melaporkan kasus ini ke Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia besok, Selasa (8/10). “Kami ingin tahu juga bagaimana
Kepolisian Republik Indonesia menanggapi laporan BPK itu dan bagaimana cara
mereka akan menanganinya. Selama ini kan kasus-kasus besar selalu ditangani
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan menurut kami Komisi
Pemberantasan Korupsi
sekarang ini sedang begitu banyak pekerjaan,”
ungkapnya.
Jumat lalu (4/10), Gerakan
Mahasiswa Peduli Rakyat (Gempur) juga melakukan aksi demonstrasi di depan
kantor Komisi Pemberantasan Korupsi. Mereka menuntut hal yang sama, yaitu agar
Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Dahlan Iskan, karena diduga melakukan korupsi
yang merugikan keuangan negara Rp 37,6 triliuan.
Bahkan, Ketua DPR Marzuki Alie
pada Selasa lalu (1/10) di Jakarta juga menyatakan kemarahannya kepada Dahlan
Iskan, terkait krisis listrik di Riau dan Sumatera Utara. "Tanya Dahlan
Iskan, dulu berjanji 2012 bebas padam. Kita sudah mengeluarkan puluhan triliun
bayar sewa genset. Rupanya jadi proyek sewa genset saja, bukan ditindaklanjuti
bangun power plant yang murah," ujar Marzuki.
Dahlan Iskan sendiri ketika
menjadi Direktur Utama PLN memang pernah berjanji kepada rakyat Indonesia bahwa
krisis listrik akan selesai paling lambat Juli 2011. Ia juga menargetkan akan
membuat satu juta sambungan listrik baru di Indonesia. Pemberitahuan soal ini
dilakukan secara massif lewat berbagai media..
PLN pun langsung kebanjiran
tambahan permintaan listrik baru. Padahal, masalah krisis listrik belum bisa
ditangani.
Untuk mengatasi dua masalah besar
itu pun Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama PLN menyewa genset besar-besaran
kepada pihak swasta.
Dahlan diduga bersama-sama dengan
temannya yang bernama William Taylor serta istri dan anak kandung Dahlan
mendatangkan genset bekas dari Cina senilai Rp 700 miliar. Genset-genset bekas
itulah kemudian disewakan ke PLN untuk mengatasi krisis listrik. Anehnya,
genset-genset untuk pembangkit listrik bertenaga diesel itu disewakan ke PLN
tanpa prosedur lelang.
Badan Pemeriksa Keuangan
melaporkan, selain melanggar Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang
Pengadaan Barang dan Jasa, penggunaan genset sewa eks Cina ini juga boros bahan
bakar dan bertarif mahal. Pemakaian bahan bakarnya tiga kali lipat lebih mahal
dibandingkan jika menggunakan batubara atau gas.
Namanya, barang bekas,
genset-genset itu juga gampang rusak dan tak ada pula layanan purna-jualnya.
Akibatnya, sampai detik ini, banyak daerah di berbagai provinsi masih mengalami
krisis listrik, seperti di Riau dan Sumatera Utara.
Apalagi, akibat menyewa genset
yang boros dan gampang rusak itu, seperti tertera dalam hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan, negara dan rakyat dirugikan Rp 37,6 triliun.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar