Jurnalis Independen: Tidak banyak wanita kelas menengah yang berani mengkritisi sepak terjang Ibu Negara Ani Yudhoyono, namun dimata Ellen Maringka, Ibu negara Ani, istri Presiden dua periode Susilo Bambang Yudhoyono mendapat kesan tersendiri di hatinya, sehingga menurunkan tulisan ini untuk sekedar membandingkan serta mengingatkan, posisi Christiani Sarwo Edhi Wibowo.
Beberapa kali berganti Presiden,
secara tidak langsung kita sudah merasa familiar dengan para wanita yang
menjadi ibu negara. Bagi saya pribadi yang cukup mengesankan adalah Ibu Tien
Soeharto (mungkin karena saya terlahirkan di era Orde baru).
Samar samar ingatan saya kembali
kepada gaya kepemimpinan Soeharto, dimana mana selalu didampingi oleh Ibu Tien.
Sosok Ibu Negara yang cukup mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia,
terlepas dari segala kekurangan Soeharto sebagai Presiden.
Belakangan ini kita cukup
dihebohkan dengan pemberitaan berbagai media massa mengenai ibu Negara, Ani
Yudhoyono. Pihak Australia ternyata ikut menyadap Ibu Negara karena dirasa
pengaruhnya terhadap keputusan dan kebijakan Presiden SBY terlalu besar.
Ibu Negara Tidak Sama Dengan
Pengatur Negara
Saya sering dipanggil Ibu dokter.
Bagi saya panggilan Bu Dokter oleh
masyarakat, karena menghormati suami saya yang berprofesi sebagai dokter.
Dipanggil Ibu dokter tidak semerta merta membuat saya menjadi atau berlagak
sebagai dokter.
Syukurlah suami saya juga seorang
dokter profesional. Sejak awal menikah
dia selalu tegas menjaga kode etik dan wibawanya sebagai dokter. Kalaupun ada
kasus yang kemudian menjadi bahan pembicaraan kami dirumah, misalnya dia pernah
menangani seorang wanita korban KDRT, maka tidak pernah nama pasien itu
muncul. Sebaliknya, jika pasiennya
adalah orang yang saya kenal, maka suami saya tidak pernah mendiskusikan
penyakit orang tersebut dengan saya.
Ibu negara (Ani Yudhoyono) adalah
istri dari Presiden SBY. Inilah yang
terpenting dan terutama yang harus disadari oleh Ibu Ani. Tugas utama beliau adalah menjadi istri yang
baik bagi seorang pria yang kebetulan adalah juga seorang Presiden. Selepas SBY
menjabat, sebutan ibu negara akan berpindah kepada wanita lain yang suaminya
kelak terpilih sebagai Presiden RI yang baru, namun peran Ibu Ani Yudhoyono
sebagai istri pendamping SBY tidak berakhir disitu. Maafkan saya bu Ani, kalau saya lancang
memberi saran kepada ibu untuk lebih fokus dalam peran ibu sebagai istri bagi
suami dan eyang putri dari cucu cucu yang sedang lucu lucunya.
Jangankan oleh negara lain, saya
sendiri sebagai warga negara Indonesia, yang dulu memilih suami ibu Ani untuk
menjadi Presiden saya, jujur menilai bahwa peran ibu Ani sebagai Ibu negara
tidak cukup terlihat manfaatnya kepada bangsa dan negara yang hampir dua
periode dipimpin oleh suami ibu.
Kalau saya membandingkan dengan
Ibu Tien Soeharto yang menggagas pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, Rumah
sakit Kanker Dharmais dan Jantung
Harapan kita, maka menurut saya Ibu Ani belum melakukan sesuatu yang cukup
signifikan dapat dikenang sebagai
peninggalan yang baik dari mantan seorang ibu negara. Padahal menurut hemat
saya, bu Ani tidak kalah cakap dan smart
dibandingkan ibu negara manapun.
Peran ibu Negara yang terutama
adalah mendampingi suami dan mengurusi keperluan pribadi sang suami, agar dalam
bertugas sebagai kepala negara , beliau dapat melaksanakan amanah yang diterima
dari rakyat dengan baik dan penuh tanggung jawab. Kalau urusan negara, Presdien
khan sudah mengangkat para Menteri bahkan Wamen untuk membantu beliau
melaksanakan pekerjaannya sekaligus memberi masukan dalam mengambil kebijakan
yang dirasa perlu.
Saran Untuk Ibu Ani Yudhoyono
Bu Ani, tugas dan kepemimpinan
suami ibu tidak lama lagi berakhir. Kalau boleh saya menyarankan agar ibu yang
senang memotret dan cukup lihai menangani kamera, agar dapat menjepret sisi
lain kehidupan rakyat biasa di luar istana negara.
Alangkah baiknya kalau sekali
kali dalam mendampingi suami ke daerah
terpencil, ibu bukan hanya memotret yang indah indah tapi juga yang faktual.
Ada jutaan anak miskin yang kurus kering tidak sekolah. Mungkin sekali kali
mereka akan sangat bahagia bisa menjadi fokus lensa kamera ibu yang canggih dan
mahal itu.
Ada banyak warga negara yang
tidak memperoleh pendidikan dan kesempatan bekerja, sehingga hidup dibawah
garis kemiskinan. Alangkah baiknya kalau hobby ibu memotret bisa membawa
sedikit kebahagiaan bagi mereka yang miskin untuk sejenak tersenyum dibidik
kamera ibu.
Ketika memotret cucu cucu ibu
yang lucu dan menggemaskan, sebagai ibu negara, pernahkah terlintas di benak
ibu Ani bahwa jutaan anak kecil lainnya tidak seberuntung cucu cucu ibu ?.
Jutaan anak lainnya harus bekerja membanting tulang meski masih dibawah umur,
karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah mereka.
Mereka makan dengan rakus dan
tidak memiliki etiket yang baik di meja makan, bukan semata mata karena tidak
diajari caranya bersopan santun, tapi karena melihat nasi putih yang sangat
biasa di mata ibu dan saya, bagi mereka seperti melihat harta karun yang turun
dari langit.
Kalau boleh saya ketuk hatinya
bu….memotretlah dengan hati. Salurkanlah hobby memotret dengan menjepret potret
nasib anak bangsa, yang tidak semuanya indah berbalut senyuman manis.
Barangkali ketika hasil jepretan
ibu Ani diperlihatkan kepada sang suami, maka disitulah peran bu Ani sebagai
ibu negara lebih terasa positifnya bagi kami. Mudah mudahan dengan
memperlihatkan foto kemiskinan ditengah negara kaya ini, suami ibu dapat
mempergunakan sisa waktu yang ada untuk bekerja lebih baik lagi, dan hasil
karya ibu kami kenang dan hargai sepanjang masa.
Selamat memotret Ibu Ani… doaku
menyertaimu.
*foto diambil dari
http://www.itoday.co.id/wp-content/uploads/2012/06/ANI-YUDHOYONO1.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar