Jumat, 27 Desember 2013

Indonesia Sekarat, Lantaran Dilanda Badai Korupsi Berbasis Teologi

Jurnalis Independen: Indonesia sekarat dan kian hari kian tak bertenaga hingga semakin layu, demikian gambaran negeri ini.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. Abdul Munir Mulkan, menyatakan bahwa Indonesia juga tengah dilanda badai korupsi berbasis teologi (keagamaan). “Pelaku tindak korupsi di negeri ini mulai merambah pada segala bidang dan kalangan elite negara, bahkan juga ada yang berlatar belakang gerakan keagamaan,” papar Munir Mulkan dalam seminar nasional bertajuk Kepemimpinan Nasional di Tengah Negeri yang Tungganglanggang, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Ironisnya, jelas Munir Mulkan, gerakan atau komunitas keagamaan itu melihat Indonesia melalui dua sudut pandang berbeda. Kelompok pertama memandang negeri ini sebagai rahmat dan berkah Tuhan, sehingga harus disyukuri dengan memakmurkan rakyat dengan mengelola alamnya secara profesional.

“Sementara kelompok lain menempatkan negeri ini sebagai jembatan untuk melintas memasuki kawasan dan era yang dicitakan. Akibatnya, demokrasi dan pemilu atau pilkada menjadi media dan sarana mencapai tujuan ideal kekuasaan berbasis syariah yang mereka pahami secara harfiah,” paparnya.

Namun dalam perkembangannya kedua kelompok tersebut, jelas Munir Mulkan,  mulai bersinergi dengan jalan yang berbeda. “Inilah yang kemudian memunculkan gejala keberagamaan baru, yang pada akhirnya bisa menggerogoti keberadaan bangsa. Ketika mereka menempatkan harta negara bukan barang haram untuk dikorup, hanya semata-mata beralasan bahwa negeri ini tidak disusun berdasar syariat,” ungkapnya.

Karena itu, jelasnya, Indonesia sebagai bangsa dan Republik memang berada dalam kondisi “gawat-darurat”, bahkan bisa mengantarkannya pada tabir jurang kehancuran. Dalam situasi korupsi yang semakin hari semakin melibatkan elite negeri yang berlatar belakang gerakan keagamaan, negeri ini bisa berada pada tebing jurang kehancuran.

“Namun saya termasuk orang yang kurang yakin tindak korupsi di negeri ini bisa diberantas dengan tuntas tanpa revolusi teologis. Akan tetapi, sikap teologi umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk negeri inilah yang akan menentukan ke arah mana bangsa ini akan menuju,” pungkasnya.@JI


Tidak ada komentar: