Jumat, 06 Desember 2013

Jejak Bunda Putri di Kasus Megah Korupsi Hambalang

Jurnalis Independen: Sylvia Sholehah atau Bunda Putri alias Bu Pur berkirim SMS ke Ani Yudhoyono usai mendapat proyek mebel. Bahkan perempuan paruh baya itu juga pernah turut pencairan dana proyek ke Kemenkeu, hanya lewat SMS, hebat bukan?


Sylvia Sholehah, Bunda Putri atau yang biasa disapa Ibu Pur usai diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2013) lalu.

Nama Bunda Putri, Ny Sylvia Sholehah alias Ibu Pur (60) mencuat dalam persidangan kasus korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga Hambalang, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.

Ia pernah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai saksi tersangka Deddy Kusdinar, pejabat Kemenpora  yang kini bertatus terdakwa di pengadilan. Apa pengakuan Ibu Pur kepada penyidik, berikut petikannya.

Saya hanya ibu rumah tangga biasa. Suami saya, Drs Purnomo, merupakan mantan anggota Polri  yang pensiun pada 2006. Suami saya  lulusan Akabri 1973. Kebetulan suami saya dulu pernah satu kompi dengan Susilo Bambang Yudhoyono saat di Akabri.

Pada awal 2010 saya menghubungi Iim, sekretaris Andi Alfian Mallarangeng, di ruang sekretariat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Sebenarnya saya ingin mengucapkan selamat kepada Menpora, namun karena beliau tidak ada, saya pamit pulang.

Beberapa hari kemudian saya menelepon Iim, menanyakan apakah ada pekerjaan (proyek) di Kemenpora buat teman saya. "Belum tahu Bunda, tapi akan saya tanyakan kepada Pak Ses (Sekretaris Menpora Wafid Muharam)," ujar Iim.

Selang beberapa hari kemudian, masih di awal 2010, Wafid Muharam menghubungi saya melalui telepon. "Bunda ada proyek mebel yang akan dilelang, tapi harus siapkan dulu proposal untuk lelang," kata Wafid.

Lalu saya menginformasikan kepada teman adik ipar saya, bernama Steve, seorang pengusaha mebel. Setelah proposal dan dokumen yang diperlukan beres, saya serahkan kepada Wafid Muharam, sekaligus berkenalan dengan beliau.

Sekitar pertengahan 2010, Steve memberitahu perusahaannya menang tender pengadaan mebel untuk Rumah Sakit Cidera Atlet di Cibubur. Saat ada acara partai Demokrat di JCC (Jakarta Convention Centre), 2010, Pak Andi Mallarangeng mau pulang, saya menghampiri dan mengatakan, "Dik, terima kasih sudah dibantu. Perusahaan teman adik ipar saya sudah dapat proyek mebel."

Saat itu Andi Mallarangeng mengatakan, "Ibu kok tidak bilang saya." Kemudian saya jawab, "Saya sudah bilang Mas Iim."  Keesokan harinya  saya mengirim SMS kepada Ny Ani Yudhoyono.

"Ibu Negara, saya merasa tidak enak, niat saya mau melapor ke Andi Mallarangeng kalau teman adik ipar saya dapat proyek di Kemenpora. Tapi kayaknya dia marah." Ibu Ani kemudian menjawab, "Bu Pur, jangan main-main dengan pejabat nanti diplintir." Saya balas SMS itu, " Saya hanya bantu adik-adik ini."

Temui Sutarman
Pada 2010, Widodo Wisnu menghubungi saya. Widodo Wisnu Sayoko itu sepupu Susilo Bambang Yudhoyono. Ibu Widodo itu adik kandung Eyang Habibah, ibu  kandung Susilo Bambang Yudhoyono.

Saya mengenal Widodo pada 2006 ketika saya mengunjungi Eyang Habibah yang tengah sakit dan tinggal di sebelah kediaman pribadi Susilo Bambang Yudhoyono.

Widodo minta tolong agar saya membantu seorang pejabat di Kemenpora yang menerima ancaman berupa surat dari sebuah LSM. Saya diminta menghubungi Kapolda Metro Jaya Pak Sutarman (Irjen Pol  Sutarman, sekarang Kapolri Jenderal Pol Sutarman).

Lalu saya menghubungi istri Kapolda yang bernama Dik Elly. "Dik saya mau minta tolong, ada orang Kemenpora yang dapat masalah, bisa nggak disampaikan ke Dik Tarman." "Bisa Mbak, nanti saya samapikan Mas (Sutarman)," jawab istri Kapolda.

Di ruang tunggu Kapolda, saya diperkenalkan kepada Deddy Kusdinar. Saya kesal dan sedikit marah kepada ajudan Kapolda karena harus menunggu lama di ruang tunggu padahal Sutarman sudah ada di kantor setelah mengantar Presiden ke Bandara Halim Perdanakusuma.

"Mengapa kok saya tidak disuruh masuk-masuk, kan sudah menunggu lama. Saya sudah janjian sama Pak Kapolda Tarman Lho," ujar saya kepada ajudan.

Di akhir pertemuan, saya mendengar Pak Tarman memerintahkan anggotanya segera ke kantor Kemenpora. Lalu kami pamit pulang.

Selain tersebut diatas, Ny Sylvia Sholehah, Bunda Putri atau Ibu Pur (60), orang dekat Cikeas, mengakui pernah ikut mengurus pencairan anggaran tahun jamak proyek Hambalang di Kementerian Keuangan.

Ia mengaku ikut campur setelah dimintai bantuan oleh Wafid Muharam, saat itu Sekretaris Menpora Andi Mallarangeng. Apa pengakuan Bunda Putri atau Ibu Pur kepada penyidik, berikut petikannya.

Saya pernah membantu Pak Wafid Muharam (saat itu Sekretaris Menpora Andi Alfian Mallarangeng) untuk mengurus izin multi years (anggaran tahun jamak proyek Hambalang) yang tak pernah kunjung selesai. Sekitar akhir 2010, Sesmenpora pernah minta bantuan saya untuk menghubungi orang Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Informasi dari Pak Wafid dan Arief Botak (alm Arief Gunawan, pimpinan perusahaan tempat Widodo Wisnu bekerja), yang mengurus (anggaran tahun jamak proyek Hambalang) di Kemenkeu adalah Pak Sudarto. Saya kemudian mencoba melakukan pendekatan lewat SMS kepada Pak Sudarto dan Pak Malik (staf Sudarto).

Saya pernah beberapa kali mengirim SMS ke handphone Sudarto, menanyakan bagaimana perkembangan izin multi years dan mohon bantuannya. Saya juga pernah menginformasikan surat dari PU (Kementerian Pekerjaan Umum) telah diserahkan kepada Pak Malik.

Ada lagi beberapa SMS yang saya kirim kepada Pak Sudarto, menanyakan apakah surat dari Ibu Wamen (Wakil Menteri Keuangan Dr Ir Anny Ratnawati) sudah turun. Saya hanya SMS-an dengan Pak Sudarto tapi belum pernah bertemu langsung.

Benar saya pernah mengirim SMS kepada Pak Sudarto, sekittar November 2010, seperti diperlihatkan penyidik Komisi Pemberantasan koruspi (KPK). "Pak Sudarto yang baik yang selalu membantu kami. Saya informasikan bahwa surat dari PU, semalam jam 21.00 sudah diserahkan kepada Malik (staf Pak Sudarto). Mohon dibantu. Saya mendengar dari beberapa pejabat teras Depkeu kalau Bapak adalah jaminan mutu."

Suami saya, Drs Purnomo, purnawirawan Polri, sejak sekitar Januari 2010 sampai sekarang menjadi staf khusus Menteri Koperasi dan UKM, Pak Syarief Hasan. Pada 26 Mei 2013 saya pernah menelepon suami saya untuk minta petunjuk.

Saya bertanya kepada Bapak (Purnomo), bagaimana kalau saya ditanya tentang proyek Kemenpora berupa mebel di rumah sakit. Apa tidak membahayakan Andi Mallarangeng?

Saya juga pernah memperkenalkan Arief Botak Kepada Wafid Muharam, bertempat direstoran masakan China yang terkenal menunya sop burung dara, di Mall Senayan City. Namun saya tidak tahu apa yang kemudian mereka bicarakan.

Arief Botak juga pernah bercerita kepada saya tentang Pak Deddy Kusdinar (Pejabat Pembuat Komitmen Proyek Hambalang Kemenpora) yang menjadi sapi perahan si Coel Mallarangeng (adik kandung Menpora Andi Mallarangeng). Namun sekarang Arief sudah meninggal dunia.

Sebelumnya memperkenalkan Arief Botak kepada Wafid Muharam, pada Lebaran 2010 saya mengirim kue ke rumah Pak Wafid. Setelah kue Lebaran diterima, Pak Wafis SMS saya yang isinya menyampaikan ucapan terima kasih.

Saya balas SMS itu dan diakhir kalimat saya katakan akan memperkenalkan seseorang kepada Pak Wafid. Orang yang saya maksud ya Arief Botak itu. Bersambung


Tidak ada komentar: