Jurnalis Independen: Sylvia Sholehah atau Bunda Putri
alias Bu Pur berkirim SMS ke Ani Yudhoyono usai mendapat proyek mebel. Bahkan perempuan
paruh baya itu juga pernah turut pencairan dana proyek ke Kemenkeu, hanya lewat SMS, hebat
bukan?
Sylvia Sholehah, Bunda Putri atau
yang biasa disapa Ibu Pur usai diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK), di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2013) lalu.
Nama Bunda Putri, Ny Sylvia
Sholehah alias Ibu Pur (60) mencuat dalam persidangan kasus korupsi proyek
pembangunan kompleks olahraga Hambalang, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,
Jakarta.
Ia pernah diperiksa oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagai saksi tersangka Deddy Kusdinar, pejabat
Kemenpora yang kini bertatus terdakwa di
pengadilan. Apa pengakuan Ibu Pur kepada penyidik, berikut petikannya.
Saya hanya ibu rumah tangga
biasa. Suami saya, Drs Purnomo, merupakan mantan anggota Polri yang pensiun pada 2006. Suami saya lulusan Akabri 1973. Kebetulan suami saya
dulu pernah satu kompi dengan Susilo Bambang Yudhoyono saat di Akabri.
Pada awal 2010 saya menghubungi
Iim, sekretaris Andi Alfian Mallarangeng, di ruang sekretariat Menteri Pemuda
dan Olahraga (Menpora). Sebenarnya saya ingin mengucapkan selamat kepada
Menpora, namun karena beliau tidak ada, saya pamit pulang.
Beberapa hari kemudian saya
menelepon Iim, menanyakan apakah ada pekerjaan (proyek) di Kemenpora buat teman
saya. "Belum tahu Bunda, tapi akan saya tanyakan kepada Pak Ses
(Sekretaris Menpora Wafid Muharam)," ujar Iim.
Selang beberapa hari kemudian,
masih di awal 2010, Wafid Muharam menghubungi saya melalui telepon. "Bunda
ada proyek mebel yang akan dilelang, tapi harus siapkan dulu proposal untuk
lelang," kata Wafid.
Lalu saya menginformasikan kepada
teman adik ipar saya, bernama Steve, seorang pengusaha mebel. Setelah proposal
dan dokumen yang diperlukan beres, saya serahkan kepada Wafid Muharam,
sekaligus berkenalan dengan beliau.
Sekitar pertengahan 2010, Steve
memberitahu perusahaannya menang tender pengadaan mebel untuk Rumah Sakit
Cidera Atlet di Cibubur. Saat ada acara partai Demokrat di JCC (Jakarta
Convention Centre), 2010, Pak Andi Mallarangeng mau pulang, saya menghampiri
dan mengatakan, "Dik, terima kasih sudah dibantu. Perusahaan teman adik
ipar saya sudah dapat proyek mebel."
Saat itu Andi Mallarangeng
mengatakan, "Ibu kok tidak bilang saya." Kemudian saya jawab,
"Saya sudah bilang Mas Iim."
Keesokan harinya saya mengirim
SMS kepada Ny Ani Yudhoyono.
"Ibu Negara, saya merasa
tidak enak, niat saya mau melapor ke Andi Mallarangeng kalau teman adik ipar
saya dapat proyek di Kemenpora. Tapi kayaknya dia marah." Ibu Ani kemudian
menjawab, "Bu Pur, jangan main-main dengan pejabat nanti diplintir."
Saya balas SMS itu, " Saya hanya bantu adik-adik ini."
Temui Sutarman
Pada 2010, Widodo Wisnu
menghubungi saya. Widodo Wisnu Sayoko itu sepupu Susilo Bambang Yudhoyono. Ibu
Widodo itu adik kandung Eyang Habibah, ibu
kandung Susilo Bambang Yudhoyono.
Saya mengenal Widodo pada 2006
ketika saya mengunjungi Eyang Habibah yang tengah sakit dan tinggal di sebelah
kediaman pribadi Susilo Bambang Yudhoyono.
Widodo minta tolong agar saya
membantu seorang pejabat di Kemenpora yang menerima ancaman berupa surat dari
sebuah LSM. Saya diminta menghubungi Kapolda Metro Jaya Pak Sutarman (Irjen
Pol Sutarman, sekarang Kapolri Jenderal
Pol Sutarman).
Lalu saya menghubungi istri
Kapolda yang bernama Dik Elly. "Dik saya mau minta tolong, ada orang
Kemenpora yang dapat masalah, bisa nggak disampaikan ke Dik Tarman."
"Bisa Mbak, nanti saya samapikan Mas (Sutarman)," jawab istri
Kapolda.
Di ruang tunggu Kapolda, saya
diperkenalkan kepada Deddy Kusdinar. Saya kesal dan sedikit marah kepada ajudan
Kapolda karena harus menunggu lama di ruang tunggu padahal Sutarman sudah ada
di kantor setelah mengantar Presiden ke Bandara Halim Perdanakusuma.
"Mengapa kok saya tidak
disuruh masuk-masuk, kan sudah menunggu lama. Saya sudah janjian sama Pak
Kapolda Tarman Lho," ujar saya kepada ajudan.
Di akhir pertemuan, saya
mendengar Pak Tarman memerintahkan anggotanya segera ke kantor Kemenpora. Lalu
kami pamit pulang.
Selain tersebut diatas, Ny Sylvia
Sholehah, Bunda Putri atau Ibu Pur (60), orang dekat Cikeas, mengakui pernah
ikut mengurus pencairan anggaran tahun jamak proyek Hambalang di Kementerian
Keuangan.
Ia mengaku ikut campur setelah
dimintai bantuan oleh Wafid Muharam, saat itu Sekretaris Menpora Andi
Mallarangeng. Apa pengakuan Bunda Putri atau Ibu Pur kepada penyidik, berikut
petikannya.
Saya pernah membantu Pak Wafid
Muharam (saat itu Sekretaris Menpora Andi Alfian Mallarangeng) untuk mengurus izin
multi years (anggaran tahun jamak proyek Hambalang) yang tak pernah kunjung
selesai. Sekitar akhir 2010, Sesmenpora pernah minta bantuan saya untuk
menghubungi orang Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Informasi dari Pak Wafid dan
Arief Botak (alm Arief Gunawan, pimpinan perusahaan tempat Widodo Wisnu
bekerja), yang mengurus (anggaran tahun jamak proyek Hambalang) di Kemenkeu
adalah Pak Sudarto. Saya kemudian mencoba melakukan pendekatan lewat SMS kepada
Pak Sudarto dan Pak Malik (staf Sudarto).
Saya pernah beberapa kali
mengirim SMS ke handphone Sudarto, menanyakan bagaimana perkembangan izin multi
years dan mohon bantuannya. Saya juga pernah menginformasikan surat dari PU
(Kementerian Pekerjaan Umum) telah diserahkan kepada Pak Malik.
Ada lagi beberapa SMS yang saya
kirim kepada Pak Sudarto, menanyakan apakah surat dari Ibu Wamen (Wakil Menteri
Keuangan Dr Ir Anny Ratnawati) sudah turun. Saya hanya SMS-an dengan Pak
Sudarto tapi belum pernah bertemu langsung.
Benar saya pernah mengirim SMS
kepada Pak Sudarto, sekittar November 2010, seperti diperlihatkan penyidik
Komisi Pemberantasan koruspi (KPK). "Pak Sudarto yang baik yang selalu
membantu kami. Saya informasikan bahwa surat dari PU, semalam jam 21.00 sudah
diserahkan kepada Malik (staf Pak Sudarto). Mohon dibantu. Saya mendengar dari
beberapa pejabat teras Depkeu kalau Bapak adalah jaminan mutu."
Suami saya, Drs Purnomo,
purnawirawan Polri, sejak sekitar Januari 2010 sampai sekarang menjadi staf
khusus Menteri Koperasi dan UKM, Pak Syarief Hasan. Pada 26 Mei 2013 saya
pernah menelepon suami saya untuk minta petunjuk.
Saya bertanya kepada Bapak
(Purnomo), bagaimana kalau saya ditanya tentang proyek Kemenpora berupa mebel
di rumah sakit. Apa tidak membahayakan Andi Mallarangeng?
Saya juga pernah memperkenalkan
Arief Botak Kepada Wafid Muharam, bertempat direstoran masakan China yang
terkenal menunya sop burung dara, di Mall Senayan City. Namun saya tidak tahu
apa yang kemudian mereka bicarakan.
Arief Botak juga pernah bercerita
kepada saya tentang Pak Deddy Kusdinar (Pejabat Pembuat Komitmen Proyek
Hambalang Kemenpora) yang menjadi sapi perahan si Coel Mallarangeng (adik
kandung Menpora Andi Mallarangeng). Namun sekarang Arief sudah meninggal dunia.
Sebelumnya memperkenalkan Arief
Botak kepada Wafid Muharam, pada Lebaran 2010 saya mengirim kue ke rumah Pak
Wafid. Setelah kue Lebaran diterima, Pak Wafis SMS saya yang isinya
menyampaikan ucapan terima kasih.
Saya balas SMS itu dan diakhir
kalimat saya katakan akan memperkenalkan seseorang kepada Pak Wafid. Orang yang
saya maksud ya Arief Botak itu. Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar