Jurnalis Independen: Natal tahun
ini memang berbeda dengan Natal tahun-tahun sebelumnya, sebab tahun ini Negara terjajah
Palestina dan Israel saling memberikan pengakuan asal muasal Yesus. Yesus Orang
Pelestina atau Israel?
Pejabat Israel bereaksi terhadap
pesan Natal disampaikan Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas. Ini lantaran
Abbas menyebut Yesus adalah orang Palestina dan Israel harus disalahkan atas
banyak perginya warga Kristen dari Tanah Suci.
Abbas kemarin menyampaikan ucapan
Natal menyebut Yesus adalah utusan Tuhan dari Palestina yang akan menjadi
cahaya penuntun bagi jutaan umat manusia di seluruh dunia. Meskipun Abbas
mengungkapkan komitmennya untuk melakukan negosiasi damai dengan Israel, namun
dia mengkritik keras kebijakan Israel, termasuk menuduh Negara itu bertanggung
jawab atas penderitaan orang-orang Kristen di Tanah Suci, seperti dilansir
situs the Times of Israel, Selasa (24/12).
"Kita merayakan Natal di
Betlehem di bawah pendudukan," tulis Abbas. "Malam Natal kali ini,
hati dan doa kami akan bersama dengan jutaan orang yang telah ditolak
hak-haknya untuk beribadah di tanah air mereka."
Abbas menyebut penghalang
keamanan sebagai sebuah dinding pencaplokan, yang mencuri tanah Palestina dan
menghancurkan masa depan mereka.
"Pernyataan agak tidak ramah
ini sama sekali tidak mencerminkan semangat Natal," ujar Juru bicara
Kementerian Luar Negeri Israel, Palmor, dengan nada sinis. "Mungkin dia
butuh pelukan dari Santa?"
Abbas juga mengatakan warga
Palestina terjebak di bawah pengepungan di Gaza, dan ter menyembah di Betlehem.
"Hati dan doa kami bersama dengan orang-orang di Kamp Pengungsi Al Dbayeh
di Ibu Kota Beirut, bersama dengan semua pengungsi rakyat Palestina baik itu
Kristen dan muslim yang terusir dari kampung halamannya pada 1948 dan yang,
sejak saat itu, telah mengalami pengasingan secara paksa."
Abbas mengatakan banyak warga
Palestina akan merayakan Natal di kota-kota di Barat ketimbang melakukannya di
kota tempat kelahiran Yesus. "Untuk mereka kita mengatakan bahwa Betlehem
adalah kota mereka dan Palestina adalah negara mereka. Kami akan terus bekerja
tanpa lelah untuk memberi mereka kebebasan untuk memutuskan di mana mereka akan
menghabiskan Natal."
Seorang pejabat pemerintah Israel
tersinggung dengan usulan bahwa Israel telah menyebabkan orang Kristen
meninggalkan Tanah Suci. "Pindahnya orang Kristen secara besar-besaran
dari Betlehem menjadi sebuah banjir saat Otoritas Palestina mengambil
kendali."
Namun, begitulah watak pejabat Israel, selalu memilih kata-kata pedas dalam menanggapi pesan Natal Abbas. MK
Hanna Swaid (dari Partai Hadash), seorang Arab Kristen dari Kota Eilaboun di
Galilea, mendukung pesan Abbas.
"Apa yang Presiden Mahmud
Abbas katakan menggambarkan kondisi sebenarnya bagi rakyat Palestina, termasuk
warga Kristen, yang merayakan Natal dan malam Tahun Baru di bawah pendudukan
Israel. Itu fakta," ujar dia.
Pesan Natal Abbas tampaknya ingin
menuliskan fakta bahwa warga Kristen di Otoritas Palestina hanyalah sebagian
kecil dari orang-orang muslim yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza.
"Orang Kristen tidak menjadi
minoritas di sini. Mereka adalah bagian integral dari rakyat Palestina,"
tulis Abbas dalam pesan Natalnya. "Ortodoks, Katolik, Armenia, orang
Assyria, Lutheran, Anglikan, orang-orang Koptik, Melkites, Protestan, dan
lainnya adalah bagian dari kekayaan mosaik atas kebebasan, berdaulat,
demokratis dan pluralistik dari Palestina yang kami cita-citakan untuk
memiliki."
Menurut CIA World Factbook, warga
Kristen hanya delapan persen dari populasi di Tepi Barat, dan hanya 0,7 persen
di Gaza.
Swaid, 58 tahun, mengakui bahwa
pada kenyataannya orang Kristen adalah minoritas di antara warga Palestina.
Tapi dia menyatakan dirinya mengapresiasi komentar Abbas. Dia menjelaskan bahwa
Abbas bermaksud untuk menekankan bahwa orang Kristen adalah bagian integral
dari masyarakat Palestina.
Swaid mengatakan dirinya puas
bahwa Abbas memilih untuk menyoroti fakta bahwa masyarakat Palestina terdiri
dari kaum muslim dan Nasrani. "Saya senang bahwa Presiden Abbas berbicara
tentang perbedaan dan pluralisme rakyat Palestina."@JI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar