Jurnalis Independen: Rakyat model apa yang melakukan sujud
syukur bahkan melakukan potong ayam sebagai luapan kegembiraan atas musibah tertangkapnya
kepala pemerintahan di propinsinya? Kalau bukan rakyat tak tahu diri, tak
bermoral, pasti justru sebaliknya, si kepala pemerintahannya, “Awewek” Ratu
Atut Chosiyah Chasan lah yang melanggar hukum dan berlaku sewena-wena kepada
rakyatnya, anehnya Partai Golkar asal Tersangka korupsi Gubernur Banten, justru
melakukan pembelaan, Partai seperti ini harusnya ditinggalkan jika perlu
dihapuskan dari negeri ini.
Sujud syukur dilakukan Puluhan
mahasiswa dari berbagai elemen di tengah perempatan Ciceri, Serang, Banten,
Selasa (17/12/2013). Kaum muda yang sering demo mengeritik kebijakanaan pempro
Banten ini selain sujud syukur menghadap Empat penjuru mata angin, juga
melakukan penggundulan rambut kepala dan pemotongan ayam sebagai luapan
kegembiraan Gubernurnya ditangkap KPK lantaran penyuapan dalam kasus sengketa
pilkada lebak dan korupsi proyek pengadaan alat kesehatan di Kota Tangerang
Selatan.
Tidak banyak dalam sejarah negeri
ini, rakyat bergembira saat pemimpinnya terkena musibah. Namun warga Serang,
Banten menyambut gembira keputusan KPK mengenakan status tersangka kepada
Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah Chasan. Mereka meluapkan sukacita dengan
cara mencukur rambut hingga botak secara bersama-sama, memotong ayam di depan
gerbang kediaman gubernur, dan meneriakkan ucapan syukur.
Ungkapan kegembiraan mereka
tumpahkan lewat berbagai ekspresi dan aksi di beberapa tempat di Kota Serang,
Selasa (17/12/2013) setelah KPK menetapkan Atut sebagai dalam kasus suap
sengketa Pilkada Lebak, dan dugaan.
Aksi ekspresif ditunjukkan
sejumlah mahasiswa, para aktivis Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Banten. Mereka beraksi dengan potong
rambut bersama-sama sampai gundul. Kemudian salat ghaib, sujud syukur, hingga
menyembelih ayam tepat di depan gerbang kediaman keluarga Ratu Atut.
Meskipun sempat disambut bentakan
dari arah dalam kediaman Ratu Atut, mahasiswa tetap melanjutkan aksi ungkapan
syukur mereka, Gubernur yang berkuasa memasuki periode ketiga akhirnya diseret
KPK. "Kami selama ini kecewa atas rezim pemerintahan Atut," ujar
Mukhtar Anshori dari PKC PMII Banten, Selasa (17/12/2013).
Ia berharap dijadikannya Atut
tersangka akan mengakhiri rezim dinasti keluarga yang korup di Banten. Ia juga
berharap KPK dapat menjerat semua kasus korupsi yang melibatkan
petinggi-petinggi Provinsi Banten.
Sementara itu, di tengah Kota
Serang, sekumpulan mahasiswa dari Gerakan Banten Untuk Rakyat (Gebrak) yang
berasal dari berbagai universitas seperti Institut Agama Islam Negeri Sunan
Maulana Hasanuddin (IAIN SHM) Banten, dan Universitas Sultan Agung Tirtayasa
beraksi menyambut ditetapkannya Atut sebagai tersangka.
Mereka berjalan jauh (longmarch)
dari kampus menuju perempatan Jalan Sudirman, Serang dan untuk sujud syukur di
perempatan jalan. Massa sengaja menghadap ke-4 penjuru jalan sebagai bentuk
rasa syukur mereka.
"Kami sudah sejak lama
meminta KPK mengusut kasus yang melibatkan dinasti Atut dan sekarang mulai
dilakukan, kami sangat apresiasi KPK," ujar Nedi Suryadi, salah seorang
aktivis Komunitas Sudirman di tengah kerumunan massa yang hiruk pikuk.
Tak hanya aksi seremonial
dilakukan warga dan mahasiswa menyambut status tersangka yang kini resmi
disandang Atut. Berbagai spanduk dan coretan dinding yang menyatakan
kegembiraan atas ditetapkannya Atut sebagai tersangka juga terlihat di
sekitaran Serang, khususnya di lokasi yang dekat dengan kampus.
Beberapa spanduk berisi tulisan
"Alhamdulillah Atut Tersangka, Banten Merdeka!" atau
"Anti-Dinasti Korup" terlihat menghiasi sudut kota Serang tak jauh
dari Kampus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Apa yang dilakukan warga Banten
bertolak belakang dengan yang dilakukan rekan separti tersangka korupsi Ratu Atut
Chosiyah Chasan. Melalui juru bicaranya, Partai Golkar, Hajriyanto Y Thohari, meminta
KPK untuk tidak melakukan penahanan kepada tersangka selama penyidikan. Hajriyanto
Y Thohari menjamin, Gubernur Banten yang juga Ketua DPP Golkar Ratu Atut
Chosiyah tidak akan kabur bepergian ke luar negeri.
"Saya rasa itu dijamin tidak
kabur," kata Hajriyanto di gedung DPR RI Jakarta, Rabu (18/12/2013).
Menurut Ketua DPP Golkar ini
kader Golkar dari dulu kesatria dan jantan dalam menghadapi permasalahan hukum.
"Tidak ada sejarahnya orang Golkar lari dan bersembunyi di luar
negeri," kata Hajriyanto.
Dikatakan kader Golkar itu ibarat
priyai yang tidak akan kabur dalam peperangan.
Seperti diberitakan, keberadaan
Ratu Atut masih misterius sejak ditetapkan tersangka oleh KPK dalam dugaan korupsi
proyek Alkes dan suap pilkada Lebak Banten kemarin.
Hari ini jadwalnya Ratu Atut akan
melantik Wali Kota Tangerang yang baru namun informasinya dia berhalangan
hadir.
Anehnya, saat Hajriyanto dikonfirmasi,
justru mengatakan tidak tahu. Begitu kok mau njamin tersangka Atut yang juga
Ketua DPP Golkar tidak lari keluar negeri….
Sementara seorang warga Serang,
Banten menyambut gembira keputusan KPK mengenakan status tersangka kepada
Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah Chasan, dengan menyebut kebesaran Asma Allah
SWT, Allahu Akbar.
Warga tersebut bahkan
menyempatkan diri lewat di depan kediaman Atut di Jalan Bhayangkara 51, Serang.
Ia mengendarai sepeda motor, Selasa (17/12/2013) sore. Ia sengaja bertanya
kepada wartawan untuk memastikan apakah betul Atut sudah resmi dijadikan
tersangka di KPK, karena ia belum melihat pengumuman resmi dari KPK di
televisi.
"Sudah tersangka? Alhamdulillah,
Allahu Akbar," ujarnya spontan sambil tersenyum dan langsung meneruskan
perjalanannya saat mendengar jawaban seorang wartawan.
Beginilah jadinya jika seorang
pemimpin kerjanya hanya mendzolimi rakyat, mengeruk harta kekayaan yang
mestinya digunakan untuk mensejahterakan rakyat, namun dikemplang habis-habisan
hanya untuk diri dan keluarganya saja, maka sumpah serapah rakyat akan
membuahkan petaka dan bencana bagi diri sang pemimpin durjana seperti Ratu Atut
Chosiyah, semoga banyak pemimpin daerah lain belajar dengan kasus Gubernur Banten
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar