Jurnalis Independen: Ketidak efektifan embargo yang dijalankan AS-Israel, membuat negara Yahudi dan Paman Sam kebakaran jenggot dan merencanakan planning-planning selanjutnya, seperti sangsi moneter dan keuangan dan jika ini mash belum bisa menghentikan , menghancurkan Iran, maka "Plan C" penyerangan secara langsung secara militer akan menjadi kenyataan.
Seperti diungkapkan Anggota parlemen Amerika Serikat pada Komite Senat Perbankan berencana melakukan voting pada putaran baru sanksi energi Iran. Komite pada Senin (30/1) merilis 61 halaman berisi langkah-langkah yang akan dilakukan terhadap kelanjutan sanksi tersebut. Keputusan akan diambil pada Kamis mendatang.
"Iran secara terus menerus menyangkal kewajiban hukum internasional dan menolak menghentikan program nuklirnya. Kami akan lebih mengisolasi Iran dan para pemimpinnya,”kata Ketua Komite dari Partai Demokrat, Tim Johnson.
Rencana ini datang karena pemerintah Obama sudah menandatangani undang-undang pada 31 Desember lalu atas embargo baru yang dilakukan negara-negara Uni Eropa. Johnson mengaku sanksi dan embargo yang telah dilancarkan belum cukup memaksa Iran untuk menghentikan program nuklir. Oleh karenya, beberapa peraturan baru akan digulirkan.
Peraturan baru yang diusulkan adalah mengidentifikasi pejabat, afiliasi dan agen I Korps Pengawal Revolusi Iran dalam waktu 90 hari. Setelah teridentifikasi, mereka akan diberi sanksi.RUU yang diusulkan akan memberi sanksi terhadap perusahaan-perusahaan AS yang melakukan bisnis dengan Iran, sanksi energi dan usaha patungan penambangan uranium yang dilakukan dengan Teheran di bagian lain dunia.
Perusahaan yang diperdagangkan di bursa saham AS harus mengungkapkan aktivitas di Iran kepada US Securities and Exchange Commission. RUU ini juga akan memberi sanksi kepada perusahaan yang memasok peralatan Iran, termasuk peralatan telekomunikasi.
Sementara pemimpin Mossad Tamir Pardo beberapa hari lalu berada di Amerika Serikat untuk berbicara dengan para petinggi negara itu. Kunjungan diam-diam ini terungkap dalam dengar pendapat antara senat dan Direktur CIA David Petraeus dan Direktur National Intelligence James Clapper, Selasa 31 Januari 2012. Adapun senat diwakili oleh Ketua Komite Khusus Bidang Intelijen Dianne Feinstein.
Dalam hearing tersebut Feinstein bertanya kepada Clapper, apakah Israel bermaksud menggempur fasilitas nuklir AS. Clapper mengatakan lebih suka membicarakan hal itu secara tertutup.
Yang pasti, kata Clapper, rencana Iran pada 2011 untuk membunuh utusan Saudi ke AS menunjukkan bahwa pemimpin negara itu "telah mengubah taktik, dan kini mereka mungkin akan melakukan serangan di AS sebagai balasan atas aksi AS yang dianggap mengancam kawasan itu."
Dalam pertemuan yang disiarkan langsung televisi AS itu Feinstein dan Petraeus juga mengakui ditemui oleh Tamir Pardo awal pekan ini. Petaeus mengatakan Israel semakin khawatir atas ambisi nuklir Iran.
Berita soal kunjungan rahasia pimpinan Mossad ke AS untuk membicarakan persoalan nuklir Iran ini muncul bersamaan dengan pernyataan Presiden Shimon Peres bahwa Iran tak boleh dibiarkan memiliki senjata nuklir. "Tugas masyakarat internasional-lah untuk mencegahnya," kata dia agar negaranya tetap menjadi negara adidaya di Timur Tengah dan bersama AS menjadikan Israel Raya seperti yang direncanakannya.(rep/tem/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar