Selasa, 17 Januari 2012

Mantan Petinggi Militer Israel-AS Akui Mossad dan CIA Aktor Pembunuh Ilmuwan Nuklir Iran


Koran Basler Zeitung, cetakan Swiss mengutip mantan pejabat keamanan Israel menulis, operasi rahasia ini bagian dari strategi Tel Aviv karena rezim ini takut berhadapan langsung dengan Iran.

Koran ini juga mengutip keterangan Patrick Clawson, pengamat soal Iran menulis, dapat dipastikan bahwa Israel dengan bantuan AS sejak lama memprogam untuk membunuh teknisi dan ilmuwan nuklir Iran dengan tujuan merusak program nuklir negara ini.

Basler Zeitung juga mengisyaratkan pembunuhan terhadap tiga ilmuwan nuklir Iran dalam dua tahun lalu. Pengamat militer meyakini bahwa teror terhadap ilmuwan nuklir Iran serta upaya memasukkan virus komputer stuxnet ke jaringan komputer nuklir Iran menunjukkan operasi ini digalang oleh sebuah lembaga ahli.

Kamis lalu Koran Tagesanzeiger, cetakan Swiss mengutip pernyataan Theodore Karasik, pengamat Timur Tengah menulis, Barat memilih perang terselubung melawan Iran ketimbang perang terang-terangan. Strategi ini dimaksudkan untuk merusak kemajuan Iran di bidang nuklir.

Koran ini mengutip pengamat militer di the Institute for Near East & Gulf Military Analysis (INEGMA) yang bermarkas di Dubai menambahkan, penggunaan bom magnet dengan jelas menunjukkan operasi rahasia. Sementara itu, Teheran masih tetap maju di bidang teknologi nuklir, ungkap Koran Tagesanzeiger.

Selain media Barat yang menguatkan peran Mossad dan CIA dalam aksi pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran, mayoritas petinggi militer baik mantan maupun yang masih aktif membenarkan peran dua dinas rahasia ini dalam berbagai aksi pembunuhan ilmuwan, termasuk ahli nuklir Irak, Iran dan negara-negara TIMTENG lainnya.

Sedangkan versi terutama pejabat resmi Israel, alibi-alibi yang meraka lontarkan hanyalah untuk konsumsi media. Media sendiripun terlarang menggunakan kata-kata yang jelas dan tegas dalam pemberitaannya, seperti kalimat: Mossad dan CIA terlibat "teror" terhadap ilmuwan nuklir Iran, bila mereka berani menggunakan kalimat: Mossad dan CIA "Pelaku Pembunuhan" ilmuwan nuklir Iran, bila media berani melanggar, bisa dipastikan medianya ambruk, penulisnya hilang tak tentu rimbanya, seperti banyak terjadi pada aktivis Indonesia Era Soeharto?

Menurut anda, samakah kalimat melakukan teror dengan pembunuhan? Padahal ilmuwannya mati? Sadarlah ada bahaya laten di negeri ini.....(rep/mnt).

Tidak ada komentar: