Jumat, 27 Januari 2012

Miranda Goeltom dan "Kekuatan Misterius" di Belakangnya

Jurnalis Independen: Sepak terjang Miranda Swara Goeltom begitu jenius sekaligus misterius. Kemisteriusan juga kejeniusannya itu tampak kentara ketika dirinya ingin menduduki kursi empuk Deputi Senior Bank Indonesia.
Wanita yang selalu tampak modis, mengesankan wanita bangsawan Yahudi ini, dalam segala hal menampakkan kesan kemewahan yang tidak lazim bagi bangsa dan negeri ini. Kasus "pembelian jabatannya", hingga kini sulit, lama dibongkar, dan dibuktikan oleh penegak hukum Indonesia.

Dugaan kuat menggambarkan bahwa Miranda Goeltom memiliki misi untuk mengacaukan, mengeruk keuntungan bagi pihak lain selama menduduki jabatan yang berhasil dibelinya dari anggota dewan lewat peranan simpatisan kelompoknya yaitu Nunun Nurbaeti.

Aparat penegak hukum yang ada di negeri ini selalu tumbang ditengah jalan sebelum berhasil menuntaskan perkara yang kemudian terkenal dengan nama Kasus Cek Pelawat. Ironisnya, oknum-oknum tersuap telah "dikandangkan", namun si penyuap sendiri belum berhasil ditangkap. Jangankan untuk menangkapnya, penegak hukum memperlihatkan batang hidungnya saja tak mampu. Ini mengisyarakan bahwa ada kekuatan terselubung, menggerakkan, mendudukkan dan akhirnya membebaskan Miranda dari segala tuntutan dan hukuman.
  
Walau Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang memiliki bentuk tubuh langsing itu telah dinyatakan sebagai tersangka, tapi bukan berarti kasusnya telah usai. Masih banyak rongga hitam yang tidak terjangkau oleh aparat dan hukum yang berkeadilan di negeri ini.

Wanita Modis yang tak gemar menyantap daging Babi dan Bebek ini, terlihat begitu tenang menghadapi semua kemungkinan hukum di negeri ini. Seolah dalam dirinya telah tertanam keyakinan bahwa "Sang Tuan" yang diuntungkan atas jabatan yang selama ini diembannya akan "datang membebaskan dirinya" dari segala ancaman hukum negara Indonesia.  

Miranda yang suka makan, bahkan kala dia tertimpa masalah seperti kasus dugaan suap cek pelawat, Miranda tetap tidak kehilangan nafsu makannya. "Dia punya motto hidup, tiap hari sebelum tidur harus lupakan masalah hari itu, karena besok akan datang masalah baru lagi," kata Winda putri Miranda Goeltom.

Memang saat ini Miranda tengah dililit kasus yang melibatkan 26 anggota DPR karena diduga menjadi biang keladi kasus cek pelawat. Menurut penyidik KPK, penyuapan itu sendiri bertujuan untuk meloloskan Miranda sebagai Deputi Gubernur Senior bank Indonesia.

Kini Miranda telah ditetapkan sebagai tersangka. Penetapan itu dilakukan setelah penyidik KPK menangkap Nunun Nurbaeti dan memeriksanya. Meski pengumuman status tersangka sudah menyebar, Miranda sendiri belum mendapat surat resmi penetapan itu. "Belum ada surat atau telepon dari penyidik, kita tunggu saja," ujar Miranda.

Sementara, mantan Ketua Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus Husein menuding sponsor atau cukong yang mendanai cek pelawat Pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004 berasal dari bank bermasalah.

"Logikanya sudah mengarah ke bank bermasalah tapi hukum membutuhkan bukti," kata Yunus Husein saat memaparkan hasil eksaminasi kasus cek pelawat dengan terpidana Dudhie Makmun Murod di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jumat 27 Januari 2012.

Meski begitu, Yunus menolak membeberkan bank bermasalah yang dimaksud. Saat ditanyai, ia hanya menceritakan kesaksian Budi Santoso, Direktur Keuangan PT Firs Mujur Plantation & Industri yang tertera dalam dokumen pemeriksaan.

Budi, kata dia, mengaku mendapatkan kredit Rp 24 miliar berupa cek pelawat dari Bank Artha Graha. Cek itu berasal dari Bank Internasional Indonesia yang dibeli oleh Artha Graha.
"Jadi anda simpulkan saja (cerita) itu," kata Yunus.

Kasus cek pelawat menjerat Miranda Swaray Goeltom sebagai tersangka. Kasus ini terjadi saat Miranda menang telak dalam pemilihan deputi gubernur senior di DPR 2004 silam.

Dibalik kemenangan itu, Miranda diduga berperan menyuap politikus dengan cek pelawat. Asal cek tersebut berasal dari Bank Arta Graha yang dipesan oleh PT Firsh Mujur untuk membeli lahan di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Cek itu kemudian melayang ke politikus melalu perantara Ari Malangjudo, Direktur Wahana Esa Sejati.

Menurut Yunus, dugaan bahwa cukong cek pelawat ini berasal dari bank bermasalah diperkuat oleh salah seorang deputi gubernur yang dimintai keterangan saat dirinya masih menjabat Ketua PPATK.

Bahkan menurut isu yang berkembang di kalangan ahli ekonomi dan perbankkan, yang mengetahui sejarah perbankan dunia, di duga kuat ada kelompok "perbankkan hitam Internasional" yang bermain. Kelompok itu memiliki hubungan kuat dengan Raja perbankkan Mayer Amschel Rothschild. Mayer Amschel Rothschild yang sebelumnya bernama Mayer Amschel Bauer adalah orang Yahudi yang keturunannya kini menguasai keuangan dunia di semua Bank Central negara-negara Eropa dan AS. (Baca: Sejarah & Bahaya Bank Central www.suaratuhan.blogspot.com).

Deputi gubernur yang dirahasiakan identitasnya itu, mengatakan bank bermasalah itu memerlukan orang yang menduduki jabatan strategis di Bank Indonesia untuk memuluskan kepentingannya. "Baik mencari keuntungan di pasar modal, mencegah kerugian dalam mengambil kebijakan, serta memberi keringanan sanksi," ujar dia.

Yunus pun mendorong agar Komisi Pemberantasan Korupsi bisa mengusut tuntas keberadaan bank bermasalah itu. "Kami sangat mendukung KPK dalam mengusut kasus ini," ujar dia.

Sekretaris Jenderal Transparancy International Indonesia (TII), Teten Mazduki yang juga pembicara dalam eksaminasi kasus ini mendesak KPK mengungkap bank bermasalah itu. Termasuk dampak yang ditimbulkan setelah mereka berhasil memenangkan Miranda Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior. "KPK harus menumpas habis kasus ini," ujar dia.

Tidak bermaksud memandulkan dan mengecilkan arti KPK, tetapi dalam sejarah munculnya Bank Central di dunia oleh kelompok Yahudi Internasional yang menguasai keuangan di seluruh dunia, setiap pejabat, atau pemimpin maupun lembaga yang hendak membongkar perampokan uang suatu negara dan rakyatnya sekaligus, oleh kelompok ini, selalu ditemukan mati oleh pembunuhan kelas tinggi, hingga pihak penyidik susah melacak, membongkar dan melanjutkan proses hukum kasusnya.(tem/mnt) 

Tidak ada komentar: