Jurnalis Independen: Polisi menangkap seorang demonstran 'Occupy' di kota Oakland, California. Setidaknya 200 demonstran ditangkap setelah bentrok dengan polisi setempat (28/1).Polisi di kota Oakland, California, menangkap kira-kira 200 demonstran anti Wall Street, yang berusaha menduduki sebuah bangunan yang tidak dihuni. Demontrasi itu dipicu oleh kesenjanghan sosial yang terjadi di Amerika Serikat antara penghasilan buruh dan pegawai lainnya dengan Pimpinan eksekutif mereka.
Bentrokan dimulai hari Sabtu ketika para demonstran membakar bendera Amerika di muka gedung balai kota, sebelum masuk ke dalam gedung itu dan merusak barang-barang pajangan di dalamnya.
Demonstran itu kemudian berbaris ke sebuah bangunan balai sidang yang kosong dan berusaha untuk mengubahnya menjadi semacam pusat kegiatan masyarakat
Kata polisi, para demonstran itu melempari mereka dengan batu, botol dan benda-benda lain. Polisi membalas dengan tembakan gas air mata dan peluru karet. Kata polisi, tiga orang anggota mereka dan seorang demonstran cedera.
Kemarin, Walikota Oakland, Jean Quan menyerukan kepada para demonstran kelompok Occupy itu supaya jangan lagi menggunakan Oakland sebagai lapangan bermain mereka. Kata Jean Quan, aksi pengrusakan itu dilakukan oleh kelompok Occupy sempalan yang berusaha membuat kerusuhan.
Aksi pendudukan yang dimulai di Wall Street, New York bulan September tahun lalu telah meluas ke banyak negara bagian Amerika. Pesertanya mengatakan mereka mewakili 99 persen penduduk Amerika yang merasa dirugikan oleh kekayaan satu persen penduduk lainnya.
Di kota Washington DC, polisi sedang bersiap-siap untuk mengusir ratusan demonstran yang menduduki dua taman umum di tengah kota sejak bulan Oktober.
Sebelumnya para ekonom, guru besar, mantan pimpinan eksekutif perusahaan swasta (CEO), dan seorang anggota Kongres mengadakan pertemuan di Washington belum lama ini membahas gaji CEO di Amerika.
Sebuah kelompok yang mendesakkan perubahan dalam sektor keuangan Amerika, mengangkat isu itu belum lama ini pada perundingan meja bundar di Washington.
Haruskah para pemegang saham sebuah perusahaan punya hak suara menyangkut gaji pimpinan eksekutif perusahaan mereka? Americans for Financial Reform atau AFR, sebuah kelompok yang mendesakkan perubahan dalam sektor keuangan Amerika, mengangkat isu itu belum lama ini pada perundingan meja bundar di Washington.
Ann Sheehan, Direktur Kantor Urusan Pensiunan Guru Sekolah Negeri California, mengatakan, “Alasan utama kami prihatin dengan gaji CEO yang berlebihan adalah lunturnya kesesuaian kepentingan antara para pemegang saham dengan pimpinan eksekutif.”
Ia juga mengatakan para pemegang saham berhak punya suara menyangkut gaji pimpinan eksekutif. “Tujuan kami mengawasi gaji pimpinan eksekutif adalah untuk mengingatkan perusahaan-perusahaan bahwa kami sebagai pemilik saham, harus tahu manfaat yang kami peroleh sementara pasar saham naik turun dan gaji pimpinan eksekutif terus naik,” ujarnya.
Tetapi, banyak pihak lainnya mengatakan gaji pimpinan eksekutif perusahaan swasta harus ditentukan oleh pasar.
Analis ekonomi Don Watkins yang bekerja pada Badan Ayn Rand untuk Hak-hak Individu, mengatakan, “Ada jalan lain yang bisa ditempuh bila kita merasa seorang CEO digaji terlalu tinggi. Kita bisa jual saham.”
Watkins yang berbicara melalui videoconferencing, mengatakan pemerintah tidak punya peran untuk campur tangan dalam menentukan gaji pimpinan eksekutif. Ia mengatakan perusahaan-perusahaan harus dibiarkan bangkrut dan tidak ditalangi oleh pemerintah Amerika.
“Masalahnya bukan para CEO ini bertambah kaya, tetapi mereka mendapat uang bukan melalui pilihan sukarela para individu, tetapi karena mereka punya hubungan dengan Washington, sehingga mereka bisa menggunakan kekuasaan politik untuk meraih dompet pembayar pajak,” katanya.
Dalam beberapa tahun belakangan publik Amerika mengecam keras gaji tinggi para CEO selagi para pembayar pajak Amerika membayar untuk menyelematkan perusahaan-perusahaan mereka. Rasa sentimen itu juga disuarakan para demonstran 'Occupy Wall Street' yang melancarkan demonstrasi di seluruh Amerika.
Robert Brown dari Universitas Denver mengatakan gerakan ‘hak suara mengenai gaji tinggi CEO’ bisa dilancarkan juga terhadap gaji para direktur perusahaan.
“Itu adalah bidang lainnya di mana kita melihat angka-angka yang membelalakkan mata. Perusahaan komputer Apple tahun 2010 punya lima direktur yang gajinya lebih dari 800.000 dolar, dua di antaranya lebih dari sejuta dolar,” ujar Brown.
Tahun 1980 gaji seorang CEO di Amerika 40 kali lebih besar daripada gaji rata-rata pegawai biasa. Tetapi sekarang, kesenjangan pendapatan itu menjadi sekitar 300 banding satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar