"Email itu berisi satu ayat dan ditujukan sebagai komentar pemilu mengenai hari-hari presiden berkuasa. Saya meminta maaf," ujar O’Neil, Kamis (19/1).
Ia mengirimkan email itu pada teman dan rekan kerjanya. Penggalan ayat yang tertera dalam email itu adalah Pasal 109:8 yang berisi ‘Biarkan harinya tinggal sedikit. Biarkan yang lainnya menggantinya’. Ayat selanjutnya berbunyi, ‘Biarkan anaknya menjadi yatim dan istrinya janda’.
Atas email itu, dua pastur mengirimkan petisi yang ditandatangani 30 ribu orang. “Ia menggunakan kitab suci untuk menyarankan orang agar mendoakan kematian presiden,” ujar juru bicara Faithful Amerika, Michael Sherrard. Mereka meminta O’Neil mengundurkan diri. Namun humasnya mengatakan ia tak akan mengundurkan diri.(rep/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar