Sabtu, 28 Januari 2012

Tuhan Maha Jahat?


Di pojokan rumah cukup sederhana. Terlihat seorang anak kecil yang tampak merana. “Ayah jahat, ayah jahat” begitulah ia memprotes sang Bapak tercinta. Usut punya usut ternyata sang Ayah tak “berhasil” memenuhi apa yang ia minta. Lain lagi dengan seorang manusia sok suci di sebuah ruangan. Berhujatlah ia “Ya Allah Engkau jahat, dosa apa yang telah aku lakukan”. Hanya karna Allah sedang menegur atau memberikan ia sedikit cobaan. Tak sadarkah ia bahwa sekelumit kata yang telah ia lontarkan. Adalah sebuah dosa baru yang dicatat oleh malaikat di kiri dan disaksikan pula yang di kanan.

Allah didakwa dengan dakwaan yang begitu keji. Dikatakan bahwa Allah adalah oknum yang tak terpuji. Si iblis si laknat saja tak pernah mengucap kalam kotor serta mengerikan ini. Maha suci Allah dari apa-apa yang ia sifati.

Seekor babi saja tahu apa itu terimakasih. Bukankah segala sesuatu temasuk babi, mereka selalu dan senantiasa bertasbih. Memuji Allah Tuhan mereka atas segala rahmatNya yang tak pernah pilih kasih. Maka apakah ia, jika hewan saja tak mau mengumpat Allah dengan ungkapan yang sedemikian pedih.

Bagaimana mungkin dzat Yang Maha Baik bisa disandingkan dengan Yang Maha Jahat. Sebagaimana tak akan bercampur antara air yang jernih dengan minyak yang pekat. Dimanakah si Iman ketika Allah ia gugat. Ataukah si Iman telah ia kubur dalam-dalam di liang lahat.

Dengan mulut yang diberikan padanya Ia mendakwa bahwa Allah Jahat. Sama saja ia mengiyakan ucapan-ucapan Barat. Bukankah mereka bercuap bahwa Islam adalah agama orang-orang bangsat. Agama barbar yang tak tahu tentang nilai-nilai harkat dan martabat.

Dan telah ia gagahi nilai-nilai keluhuran Muhammad SAW sang Nabi. Jika Tuhan saja jahat, maka Nabi yang diutus pun mendadak menjadi orang yang tak tahu apa itu budi pekerti. Toh, apa yang bakal terjadi terhadap agama yang seperti ini. Tentu saja ia akan hanya menjadi sarang caci dan maki.

Pun ia telah merenggut kesucian Al Quran. Bukankah Al Quran itu seluruhnya firman Tuhan. Tapi tidak, bagi ia yang telah menuduh bahwa Allah tak berperikemanusiaan. Seakan ia menuduh bahwa Allah telah berkolaborasi dengan setan. Dalam hal menurunkan Quran sebagai petunjuk serta sumber kebenaran.

Betapa keji lidahnya ia jadikan Allah sebagai sasaran kemarahannya. Seolah Allah itu seorang budak sedang ia orang yang merdeka. Ia katakan Allah-lah sumber segala kerusakan di seluruh penjuru dunia. Maka dari itu ia menyalahkan Allah bahkan mencoba membunuhNya dengan kata-kata.

Memang lidah tak bertulang. Tapi tak lantas menjadikannya lancang. Dosa apa Allah ia sebut sosok yang jalang. Akalnya sudah jauh melebihi dari binatang. Kemanakah si malu, apakah sudah ia buang.

Ia sandingkan Allah dengan sifat insan. Ia katakan dengan kejam bahwa Allah itu bajingan. Maka tertawalah Iblis teramat kegirangan. Dikarenakan telah ia dapat seorang teman. Maha suci Allah terhadap apa-apa yang ia sangkakan.

Apakah tak memperhatikan ia. Terhadap apa-apa yang ia baca dalam kalam Tuhannya. Disebutkan dengan jelas Allah dengan sifat rohman serta rohimNya. Dan apakah tak memperhatikan ia. Bahwa nanti setiap orang yang masuk surga. Adalah karna RahmatNya.

Apakah tak pernah ia mendengar. Bahwa bumi ini sedemikian luas dihampar. Bahkan menyemburat sampai ke angkasa luar. Dan apakah tak pernah ia mendengar. Bahwa rahmat Allah itu bak matahari yang sinarnya selalu terpancar.


Apakah tak pernah ia merasa. Bahkan dirinya adalah bukti rahmatNya. Walau sering kali ia mendusta. Dan apakah tak pernah ia merasa. Bahwa rahmat Allah itu memenuhi apa-apa yang ada di dunia.
“maka ada pun manusia, apabila Tuhan mengujinya dan membatasi rizkinya, maka dia berkata Tuhanku telah menghinakanku” (QS 89 : 16).

“dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan, dan sesungguhnya dugaan itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran”. (QS 53 : 28).
Oleh Dinar Zul Akbar

Tidak ada komentar: