Jurnalis Independen-Jakarta: Dari awal merebaknya kasus korupsi Wisma Atlet terlihat indikasi yang sangat kuat keterlibatan Ketua hingga kader-kader Partai Demokrat, bahkan anak pejabat tinggi negara. Namun banyak monyong selalu membela dengan membabi buta. Jika saja KPK yang sekarang di pimpin oleh Abraham Samad bisa "mengungkapkan" dan tidak loyo oleh "petunjuk" presiden yang memang sebagai pembina partai terkorup itu dan menyeret pula corong-corong Partai Demokrat yang asal cuap seperti Ruhut maupun Marzuki yang hanya membebankan kepada tersangka Nazaruddin atas kasus Mega Korupsi yang terindikasi di dalangi Anas Urbaningrum dan konco-konconya.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menyatakan, Komisi yang dipimpinnya adalah lembaga independen dan tak ada urusannya dengan Istana. Hal ini dijelaskan Abraham, Kamis (26/1), menjawab pertanyaan wartawan soal kemungkinan KPK menetapkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games.
Sudah menjadi rahasia umum Retorika pejabat selalu berkata bahwa hukum tidak akan tumpul menghadapi pejabat sekalipun. Termasuk sepertuii apa yang dikatakan oleh Abraham, bahwa penetapan seseorang untuk dijadikan tersangka berdasarkan alat bukti yang cukup. Dan di negeri ini tak seorang pun yang kebal hukum, sekalipun ketua umum partai.
"Jadi kita tak perlu menunggu "wangsit atau petunjuk" walau dari Istana," katanya. " Semua berdasarkan alat bukti," imbuhnya.
Pada bagian lain Abraham menjelaskan, KPK saat ini masih mendalami kasus-kasus yang melibatkan Anas dan Angelina Sondakh.
Sebelumnya bekas anak buah Muhammad Nazaruddin di Grup Permai, Yulianis, mengaku pernah membawa duit senilai Rp 30 miliar ke Kongres Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat, tahun lalu. Selain itu, kata Yulianis, saat itu ia juga membawa uang US$ 5 juta ke hajatan akbar Partai Demokrat.
Dari kesaksian Yulianis, sudah selayaknya seluruh anggota Partai Demokrat yang mengikuti kongres dikenakan sebagai tersangka dalam kasus korupsi yang kini "ditekel" oleh Muhammad Nazaruddin.
Yulianis memerinci, sebagian duit itu diambil melalui rekening perusahaan Grup Permai milik bosnya, Nazaruddin. Dengan iring-iringan lima mobil, kata bekas Wakil Direktur Keuangan Grup Permai itu, uang dibawa ke Bandung.
"Diantar dengan mobil boks, CRV, X-Trail, Fortuner, dan mobil polisi," kata Yulianis saat memberi kesaksian untuk terdakwa perkara suap Wisma Atlet, Nazaruddin, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2012.
Sebagian uang tersebut diambil melalui rekening perusahaan Grup Permai milik bos Yulianis, M. Nazaruddin. Sisanya, kata Yulianis, US$ 3 juta dari uang yang dibawa ke Bandung merupakan hasil dari sumbangan pihak lain.
Dari uang tersebut, Yulianis mengaku ada bagian yang secara khusus akan diberikan kepada dua kandidat Ketua Umum Partai Demokrat, yakni Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng. Yulianis menyebut Anas dijatah dapat Rp 100 juta dan Andi dapat Rp 150 juta.
Uang Haram tersebut, menurut dia, diberikan melalui Rosa. Dalam kesempatan itu, Rosa mengaku sebagai pengusaha yang tertarik menyumbang dana untuk dua kandidat tersebut. Namun, menurut Yulianis, jatah untuk Anas tidak jadi diberikan karena belakangan ada instruksi dari Nazar. "Anas biar ditangani oleh Grup Permai," kata Yulianis menirukan ucapan bosnya itu.
Masih menurut Wakil Direktur Keuangan Permai Group, Yulianis bahwa dirinya memberikan gaji ke Anas Urbaningrum melalui Aziz keponakan Anas yang bekerja di Permai Group sejak Januari hingga April 2009. Nilai gaji yang diberikan pada Anas adalah 20 juta rupiah sama dengan yang diberikan kepada Nazaruddin.
"Sejak bulan Januari sampai April 2009 saya berikan melalui Aziz, keponakan Pak Anas yang bekerja juga disitu," tutur Yulianis.
Saat ditanya kembali mengenai gaji berikutnya, Yulianis mengatakan bahwa sejak Aziz mengembalikan uang yang diberikan sebagai gaji bulanan untuk Anas maka gaji Anas diberikan melalui Nazaruddin. "Saya berikan dalam dua amplop dititipkan ke Pak Nazaruddin," ungkap Yulianis.
Dalam pemaparan sebelumnya Yulianis juga mengaku bahwa ada aliran uang ke DPR dari Nazaruddin. Aliran tersebut diketahuinya diterima oleh Angelina Sondakh, Mirwan Amir dan Staf Menpora. (ser/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar