Sabtu, 28 Januari 2012

Bacot AS Tak Berniat Miliki Pangkalan Militer di Asia-Pasifik tapi Hanya Ingin Melindungi Kekayaannya di Luar Negeri Termasuk Indonesia!

Jurnalis Independen: Amerika Serikat, seringkali berkoar tentang suatu hal, tetapi apa yang dikatakan biasanya berbanding terbalik dengan kenyataan yang dijalankan. Yang jelas, dimana pasukan AS datang, disitu akan terjadi perang! Dan hal ini selalu terbukti dan menjadi kenyataan perbedaan janji dan perbuatan akan sepak terjang AS.
Kali ini AS memprioritaskan Pasukannya berporos ke Asia-Pasifik, katanya, negara ini tidak memiliki kepentingan dalam membangun pangkalan baru di kawasan ini, melainkan akan merotasi pasukan di sana.

"Tidak ada keinginan atau pandangan sampai sekarang bahwa AS mencari alternatif pangkalan di mana saja di kawasan Asia-Pasifik," kata komandan Komando Pasifik AS, Robert Willard, kepada wartawan Jumat (27/1).

Willard mengatakan AS akan menyambut negoisasi dengan Filipina di sepanjang garis itu, tetapi tidak ada aspirasi untuk membuka pangkalan di Asia Tenggara.

Beberapa pejabat Filipina berada di Washington pekan ini untuk membahas lagi kerja sama militer dengan para pejabat AS.

"Kami tertarik di Filipina dalam arti maritimnya menjadi semakin mandiri, dan kami akan membantu Filipina semampu kami," kata Willard, dan mencatat itu sangat tidak mungkin  bagi AS untuk membangun kembali pangkalan permanennya di Subic Bay, yang pernah menjadi pangkalan angkatan laut utama Amerika Serikat.

Pangkalan, yang pernah menjadi instalasi Angkatan Laut AS terbesar di Pasifik itu ditutup pada awal 1990-an.

Willard mengatakan tawaran-tawaran oleh Australia dan Singapura kepada AS untuk merotasi pasukan Komando Pasifiknya adalah guna mempertahankan kehadiran lebih dekat dan lebih nyaman untuk kontinjensi potensial di kawasan, yang lebih mudah dan berbiaya efektif.

AS dan Australia mengumumkan pada November lalu bahwa rotasi marinir AS akan mulai menyebar di dekat Darwin di Northern Territory Australia selama enam bulan lamanya. Kehadirannya akan diperluas dengan kekuatan 2.500 selama beberapa tahun mendatang.

Singapura juga telah mengundang AS untuk menggelar kapal-kapal tempurnya di negara itu. Menurut panduan strategis baru yang disiarkan pada awal bulan ini, AS menempatkan penekanan pada kehadirannya di kawasan Asia-Pasifik. Ada agenda, kehadiran militer AS di dua kawasan itu untuk mengkonter pengaruh Global dari China di kawasan Asia-Pasifik.

Sementara itu di Filipina sendiri, keberadaan militer AS mendapat tantangan dari para aktivis. Para aktivis Filipina sempat mengepung kedutaan besar Amerika Serikat, Sabtu (28/1) dan membakar satu bendera AS. Mereka berikrar akan melancarkan kampanye menentang sebuah rencana yang mengizinkan kehadiran lebih banyak pasukan AS di negara tersebut.

Filipina merupakan satu-satunya negara Asia Tengggara yang mengijinkan AS membentuk pangkalan militernya di negara tersebut.

Sekitar 50 anggota Aliansi Nasionalis Baru (Bayan) yang berhaluan kiri juga mengusung satu patung Paman Sam serta Presiden Filipina Benigno Aquino mencap dia sebagai "anjingnya", sementara polisi anti-huru hara melarang mereka mendekati misi itu.

"Jika kita mengizinkan lebih banyak pasukan AS memasuki negara kita, seluruh kepulauan ini akan berubah menjadi satu pos depan bagi kepentingan kekuasaan AS," kata Bayan dalam satu pernyataan yang diberikan dalam unjuk rasa itu.

Para pejabat Filipina menyambut baik rencana bagi kehadiran lebih banyak militer bekas penguasa kolonialnya, menganggapnya sebagai satu usaha untuk mengimbangi sikap agresif China di Laut China Selatan belakangan ini.

China dan Filipina terlibat sengketa wilayah di Laut China Selatan dan Manila menuduh Beijing melakukan intimidasi untuk memperkuat klaimnya.

Filipina sebelumnya menjadi pangkalan-pangkalan militer AS sampai Senat Filipina, yang dipicu oleh penentangan dari kelompok-kelompok nasionalis seperti Bayan, berikrar menutup fasilitas-fasilitas itu tahun 1992.

Para pejabat AS dan Filipina mengatakan mereka menginginkan pangkalan-pangkalan baru AS tetapi hanya untuk melakukan latihan bersama yang lebih sering dan pasukan AS yang lebih banyak digilir di seluruh negara itu.

Kendatipun Filipina sebagian besar pro-Amerika, kelompok-kelompok kecil tetapi keras di media dan gereja Katolik Roma yang berpengaruh menentang keras kehadiran tentara AS yang lebih banyak mudarotnya itu.(rep/mnt)

Tidak ada komentar: