Selasa, 21 Oktober 2014

Ubedillah B Kritisi Kabinet Jokowi-JK Neolib, Buktinya Kehadiran John Kerry, AS

Jurnalis Independen: Kelambatan pengumuman Kabinet Trisakti Pemerintah Joko Widodo - Jusuf Kalla (Jokowi-JK), membuat Analis politik Puspol Indonesia, Ubedillah Badrun memberikan beberapa penilaian.
Ia mengatakan, jika Jokowi-JK bergandengtangan dengan kelompok Neoliberal khussnya dalam mengelola perekonomian nasional. Salah satu bukti adalah kehadiran John Kerry Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS).

Usai pelantikan dan menjadi Presiden, Jokowi langsung menggelar pertemuan dengan Menteri Luar negeri Amerika Serikat John Kerry. Pertemuan ini digelar di Istana Merdeka, Jakarta, Senin malam (20/10). Presiden Jokowidalam pertemuan itu mempersilahkan AS menamkan investasi di Indonesia.

John Kerry sendiri adalah salah satu dari beberapa perwakilan negara yang ikut menghadiri pelantikan Jokowi di Komplek Parlemen.

Dari berbagai sumber, di dapat informasi, dalam pertemuan tersebut membahas berbagai isu. Di antaranya adalah pembahasan perubahan iklim, rencana bertemu dengan Presiden Barrack Obama di Forum APEC beberapa waktu mendatang.

Pertemuan tersebut juga mengemukakan terkait investasi dan juga infrastruktur. Namun demikian tidak banyak membicarakan hal-hal substantif dan teknis mengingat dirinya baru saja dilantik, dan belum memiliki kabinet.

Analis politik Puspol Indonesia, Ubedillah Badrun menilai, apa yang dilakukan John Kerry merupakan bentuk penetrasi AS untuk mengunci Pemerintahan Jokowi sejak awal pemerintahannya.

"Hal lainnya juga nampak John Kery membawa misi untuk mengetahui lebih dekat pola komunikasi diplomatik Jokowi," ujarnya pada wartawan, Selasa (21/10).
Direktur Pusat Studi Sosial Politik itu jga menilai bahwa, Kabinet Jokowi-JK nanti akan diisi oleh 70 persen sosok-sosok yang berpaham Neoliberal. Di mana dari 34 Menteri, 16 jabatan akan dijatahkan kepada politisi dan 18 jabatan untuk sosok yang profesional.

Selain itu, sikap tertutup penjaringan figur kabinet dari pasangan Jokowi-Jk, mendapat kritikan dari berbagai elemen masyarakat yang ingin mengetahui bocoran nama-nama pejabat negara yang akan dipilihnya.

"Kalau saya kalkulasi ada 34 menteri 16 untuk politisi, sisanya untuk Profesional yang notabene berpaham Neolib. Di sisi lain, 50 persen dari 16 politisi juga merupakan sosok Neolib. Jadi kabinet baru nanti adalah kabinet Neolib".

Ia menjelaskan, bahaya Neolib yang dimaksudnya itu, sebenarnya dalam konteks bangsa ini akan cenderung stagnan secara ekonomi, angka pertumbuhan ekonomi tidak akan bertambah. Lebih lanjut, tertutupnya kabinet Jokowi bisa menjadi blunder kalau sampai diumumkan, lalu publik Indonesia dan internasional tidak menerima.

"Itu akan menjadi blunder politik untuk Jokowi. Akan menuai kritik dari banyak orang," sebutnya.

Berikut prediksi nama-nama bakal calon menteri di Kabinet Jokowi-JK yang memiliki kemungkinan menjadi menteri.

Mensesneg : Andi Widjayanto (tim transisi)
Mensekab : Anis Baswedan (tim transisi)
Men-BUMN : Rini Sumarno (tim transisi)
Mendagri : Tjahjo Kumolo (PDIP)
Menko Perekonomian : Sri Mulyani (profesional)
Menko Kesra : Muhaimin Iskandar (PKB)
Menko Polkam : Luhut Panjaitan
Menhan : Budiman (mantan KSAD)
Menkeu : Chatib Basri (Profesional)
Men ESDM : Kuntoro Mangunsubroto (Raden Priyono)
Mendag : Rahmat Gobel
Menperin : Dwi Sucipto (Semen Indonesia)
Men-UKM : Khofifah Indar Parawansah (Muslimat NU)
Men Eko Kreatif : Triawan Munaf PDIP)
Menkumham : Hikmahanto Juwana (hukum internasional)
Men-PAN : Siti Nurbaya (Nasdem)
Menhub : Rusdi Kirana (Lion Air - PKB)
Menkominfo : Niken Widiastuti (PDIP - direktur RRI)
Men-Perumahan Rakyat : Budi Karya Sumadi (PT Jaya Ancol)
MenristekDikti : Ilham Habibie
Mendikdas : Fahmi Idris (Ketua IDI)
Menag : Lukman Hakim (PPP)
Menpora : Nusron Wahid (Ansor/NU/Golkar)
Mensos : Eva Kusuma Sundari (PDIP)
Menpariwisata : Ngurah Prayoga (PDIP).

Tidak ada komentar: