Kamis, 02 Oktober 2014

Mengingat Dua Ani” di Pusaran Kasus Hambalang

Jurnalis Independen: Jika benar dugaan isi penyadapan Presiden SBY  selain bisnis Migas, juga berisi percakapan terkait kasus Hambalang, pantaslah mengapa Presiden SBY marah besar mendengar istrinya juga disadap.
Konon Proyek Hambalang juga pernah jadi topik pembicaraan hangat antara Ani Yudhoyono, Sylvia Solehah (BU Pur) alias Bunda Putri dan Anny Ratnawati, Wakil Menteri Keuangan. Meski nama Sylvia Solehah masih menjadi misteri namun beredar bukti komunikasi antara Sylvia dan Ani Yudhoyono seperti terlihat dalam BAP Sylvia Solehah yang bocor ke media. Seperti apa?    

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menelusuri tersangka-tersangka lain dalam kasus proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Dalam kasus tersebut, KPK telah menahan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Andi Mallarangeng; mantan Kabiro Keuangan Kemenpora, Dedi Kusdinar; serta petinggi PT Adhi Karya, Teuku Bagus Muhammad Noor. Selain itu KPK juga telah menetapkan tiga orang tersangka seperti mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, Ketua BPN Joyo Winoto serta Direktur Utama PT Dutasari Citralaras Mahfud Suroso sebagai tersangka dalam pusaran kasus Hambalang.

    Satu persatu, saksi-saksi yang terkait didatangkan untuk melengkapi pemberkasan dalam kasus ini. Selasa, 19 November 2013, mantan Menpora, Adiyaks Dault kembali ke gedung Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), di Jl Rasuna Sahid, Kuningan, Jakarta Selatan menjadi saksi persidangan terdakwa Dedy Kusdinar.

    Adhyaksa mengaku tak mengetahui bagaimana anggaran yang awalnya hanya Rp 125 miliar meningkat menjadi Rp 2,5 triliun saat Menpora dijabat Andi Alfian Mallarangeng. Masterplan pun berubah untuk pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON). Rencana awal hanya untuk sekolah pelajar SMP dan SMA, kemudian ditambah menjadi pusat pelatihan untuk atlet senior. “Zaman saya, anggaran kecil. Makanya saya kaget Menterinya ganti jadi triliunan. Saya minta naik Rp 50 miliar saja enggak bisa,” katanya.

    Pada kesempatan itu, Adhyaksa juga menanggapi Dedy Kusdinar mantan anak buahnya yang telah dijadikan tersangka dalam kasus Hambalang. Menurutnya, Dedy bukanlah orang yang berinisiatif menggelembungkan anggaran dari Rp 125 miliar menjadi Rp 2.5 Triliun. “Setahu saya lima tahun menjabat, apa yang disuruh, itu yang dikerjakan. Dia orang patuh, tidak mungkin ia bekerja tanpa ada yang suruh. Anggaran Rp 125 miliar jadi Rp 2,5 triliun, saya yakin itu bukan dia,” ucap Adhyaksa.

    Adhyaksa menegaskan dirinya tidak mengetahui pihak yang berperan menaikkan anggaran proyek Hambalang secara drastis itu. Pasalnya ia sendiri terkejut atas lonjakan anggaran proyek Hambalang tersebut. Terlebih anggaran proyek sebesar Rp 2,5 triliun hanya ditangani oleh satu orang PPK yaitu Deddy Kusdinar. “Anggaran yang segitu besar ditangani satu orang PPK, Deddy Kusdinar. Enggak wajar itu,” tandas Adhyaksa.

    Silvyana Solehah. Apa yang dikatakan Adhyaksa memang ada benarnya. Tak mengkin seorang pejabat PPK mampu meningkatkan anggaran dari Rp 125 miliar menjadi Rp 2,5 triliun. Belum lagi proyek tersebut dari proyek yang berjalan single years berubah menjadi multi years.

Titik terang pengatur proyek Hambalang mulai terkuak dalam kesaksian Sylvia Solehah, istri Kepala Rumah Tangga Cikeas, Kompes Pol Purnawirawan Purnomo D. Raharjo yang pernah dimintai keterangan oleh KPK 28 Mei lalu. Sylvia Solehah disebut-sebut orang dekat Ani Yudhoyono.

    Seusai diperiksa KPK, Sylvia bungkam. Perempuan yang dikawal seorang pria berbaju putih ini hanya diam sambil menutupi wajahnya dengan kerudung. Sylvia datang ke kantor KPK dengan mengenakan kerudung hitam dengan motif bunga kuning. Perawakannya kurus dan berkulit putih. Sylvia meninggalkan gedung KPK dengan menggunakan taksi putih. Namun, mengapa nama tersebut hilang begitu saja?. Benarkah Sylvia Solehah merupakan orang dibalik skandal hambalang yang dilindungi Cikeas?.

    Peran Sylvia Sholehah (Bu Pur) alias Bunda Putri pertama kali dilontarkan oleh Mindo Rosalina Manulang. Mantan direktur marketing Grup Permai, perusahaan milik mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin tersebut sempat mengatakan kepada penyidik KPK dalam salah satu Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Rosa menyebutkan, Rumah Tangga Cikeas menitipkan pengusaha untuk menangani proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

    Dalam BAP Rosa disebutkan bahwa  Muhammad Nazaruddin  ingin  mengambil alih proyek-proyek dari Kementerian Olah Raga dari Paul Nelwan. Namun Paul tak ingin memberikannya. Kemudian Muhammad Nazaruddin memerintahkan Mindo menemui Wafid Muharram untuk menanyakan proyek yang bisa dikerjakan. Beberapa hari kemudian, Wafid menyarankan Mindo menanyakan kepada Angelina Sondakh, karena Wafid mengatakan bahwa ada juga pengusaha lain yang ingin mengerjakan proyek di Kemenpora yang direkomendasikan oleh Angelina Sondakh, dan ada juga pengusaha yang direkomendasikan oleh Bagian Rumah Tangga Cikeas.

    Selain itu, peran Sylvia Sholehah juga disebut dalam audit investigasi tahap II Hambalang. Wafid Muharam mengaku diyakinkan oleh pihak-pihak yang dapat membantu proses multi years ke Kementerian Keuangan, yakni Sylvia Sholehah, Arif Gunawan, dan Widodo Wisnu Sayoko.

    Widodo disebut-sebut adalah sepupu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Peranan Sylvia Solehah sendiri  mencakup lintas Kementerian. Kabarnya Sylvia langsung berkomunikasi dengan Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan Ani Rahmawati. “Wafid mengaku pernah mendapatkan penjelasan dari Arif Gunawan (Arif Gundul) dan Widodo Wisnu Sayoko, bahwa Sylvia Sholehah telah melakukan komunikasi dengan pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Kementrian Keuangan, termasuk telah melakukan komunikasi dengan Ani Rahmawati dan Agus Martowadojo” seperti ditulis dari audit Investigasi Hambalang II. Atas upaya tersebut Sylvia Solehah mendapatkan komitmen fee sebesar Rp 2,5 Milyar yang diserahkan oleh sekretaris Wafid, Lisa Lukitawati.  

     Terkait proyek Hambalang yang bermula dari anggaran tahun tunggal (single year) menjadi tahun jamak (multi years) dalam audit BPK jilid II dikatakan ada tiga orang dekat keluarga Presiden SBY turun langsung meyakinkan para pejabat berwenang agar mengubah kontrak single year menjadi multi years. “Pada saat proses permohonan sekitar Oktober 2010, Wafid Muharam mengaku diyakinkan oleh pihak-pihak yang dapat membantu proses multi years ke Kementerian Keuangan, yaitu Sylviana Sholehah, Arif Gunawan dan Widodo Wisnu Sayoko (anak dari Sylvia Sholehah),” demikian kalimat hasil audit investigasi Hambalang jilid II, halaman 37.

    Audit itu juga menerangkan bagaimana Iim Rohimah, staf menpora Andi Mallarangeng  mengenalkan Sylvia Sholehah kepada Wafid Muharam setelah Sylvia Sholehah menghadap Andi Mallarangeng. Iim Rohimah mengantarkan Sylvia Sholehah ke ruang kerja Wafid Muharam dengan menjelaskan bahwa Sylvia Sholehah akan meminta pekerjaan di Kemenpora sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Andi Mallarangeng.

    Dari situ, Arif Gunawan dan Widodo Wisnu Sayoko kemudian kerap melakukan koordinasi dengan Wafid Muharam sebagai tindaklanjut dari pekerjaan yang akan diberikan kepada Sylvia Solehah. Arif Gunawan dan Widodo Wisnu Sayoko sendiri disebut dalam LHP jilid II itu adalah orang yang diminta Sylvia Solehah secara khusus untuk membantu proses pengurusan kontrak tahun jamak (multi years) proyek P3SON.

    Wafid Muharam mengaku pernah mendapatkan penjelasan dari Arif Guanwan dan Widodo Wisnu Sayoko bahwa Sylviana Sholeha telah melakukan komunikasi dengan pihak Kementerian PU dan Kementerian Keuangan, termasuk melakukan komunikasi dengan Anny Ratnawati (wamenkeu) dan Agus Dermawan Wintarto Martowardojo menteri keuangan yang sekarang menjabat sebagai gubernur Bank Indonesia.

    Widodo Wisnu Sayoko sendiri, seperti yang tertulis di BAP-nya yang bocor ke media diketahui bahwa ia merupakan keluarga dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Widodo merupkan anak dari adik ibu kandung Presiden SBY, biasa disapa Eyang Putri oleh Widodo. Widodo kenal Sylvia Solehah ketika menjenguk ibu dari SBY yang sedang sakit. Sedangkan suami dari Sylvia Solehah merupakan teman satu angkatan dari SBY.

    Sementara itu dalam BAP Sylvia Sholahah tertulis bila dirinya ibu rumah tangga yang mendampingi suaminya (mantan polri) yang pensiun kisaran tahun 2006. Dirinya mengaku selalu mengikuti suaminya bertugas, suaminya itu lulusan Akabri tahun 1973, yang bernama Drs. Purnomo. Sylvia Sholehah dan Purnomo dikaruniai empat orang anak, Lolita, Leesa Maureen, Dyah Ayu, Hardian Cahyadi. Selain  mengurusi suaminya, Sylvinana juga mengelola sebuah café, yaitu Café Gue yang beralamatkan di Jalan Pajajaran 14/6 Bogor.

    SMS Sylviana dan Ani Yudhoyono. Dalam BAP Sylvia Solehah juga tertuliskan bahwa terdapat percakapan antara Sylviana Sholehah dengan Ani Yudhoyono lewat pesan singkat. Awal tahun 2010, Sylvia menghubungi Sekretaris Menpora Andi Mallarangeng yang bernama Iim di ruangan sekretariat Menpora. Saat itu menpora tidak ada di tempat. “Sebenarnya saya ingin mengucapkan selamat kepada menpora, karena beliau tidak ada, jadi saya pamit pulang. Tetapi saya terus sms ke Fitri (istri dari Andi Mallarangeng)  untuk  mengucapkan selamat atas dilantiknya menjadi Menpora,” aku Sylvia Solehah dalam BAP-nya.

    Berapa hari setelah Sylvia bertemu Iim, diawal tahun 2010, Steve (teman ipar Sylvia yang bernama Lely) meminta tolong kepada Sylvia untuk menanyakan proyek yang bisa dikerjakan di kemenpora ke Menteri Andi Mallarangeng. Kemudian Sylvia menelepon Iim. “Iim, ini teman saya mau nyari pekerjaan, apakah masih ada di Kemenpora?,” tanya Sylviana.  Iim menjawab, “Belum tahu Bunda, tapi akan saya tanyakan ke Pak Ses (Wafid Muharam-red)?”

    Selang beberapa hari, masih di awal tahun 2010, Wafid Muharam menghubungi Sylvia lewat telepon. Wafid memberitahukan bahwa ada proyek meubel yang akan dilelang, tapi harus disiapkan proposalnya untuk lelang. “Ya saya akan siapkan surat-suratnya dulu” jawab Sylvina dalam BAP menanggapi pemberitahuan Wafid.

    Sekitar tahun 2010, Steve memberitahukan kalau perusahaannya menang tender di Kemenpora untuk pengadaan meubel untuk rumah sakit Cindera Atlet di Cibubur. Setelah itu  nama  Steve tidak  diketahui lagi keberadaanya.

    Saat ada acara partai Demokrat di JCC tahun 2010, Andi Mallarangeng mau pulang, Sylviana menghampirinya dan mengatakan terima kasih sudah membantu perusahaan teman adik ipar Sylviana dalam proyek meubel. Namun, di sana Andi merasa tidak dilibatkan dengan menjawab, “Ibu, Kok tidak bilang saya,” ujar Andi. “Saya sudah bilang Mak Iim,” ujar Sylviana.

    Esok harinya, Sylvina mengirimkan  SMS ke Ani Yudhoyono, dengan bunyi “Ibu negara, saya merasa tidak enak, niat saya mau melapor ke Andi Mallarangeng kalau teman adik ipar saya dapat proyek di Kemenpora. Tapi kayaknya dia marah.”

    Kemudian jawab Ani dalam SMS, “Bu Pur, jangan main-main dengan pejabat nanti diplintir.”  Sylvia pun menjawab, “Saya hanya bantu adik adik ini.”

    Dari informasi yang dihimpun The Politic, ada dua Ani dalam pusaran kasus Hambalang. Ani Yudhoyono dan Ani Ratnawati, Wamenkeu. Namun di antara kedua orang Ani tersebut, Ada nama Sylvia Solehah yang mengatur proyek Hambalang. Mulai dari pemenang tander hingga meningkatkan anggaran dari Rp 125 miliar menjadi Rp 2,5 triliun yang dikerjakan dalam tahun jamak (multi years) dari sebelumnya dikerjakan pada single year. Anny Ratnawati  disebut sebuah sumber memiliki hubungan dekat dengan Sylvia Solehah. Sylvia juga punya hubungan kedekatan dengan Ani Yudhoyono.

    Juru Bicara Kepresidenan, Julian Adrian Pasha enggan menanggapi karena sumber informasi yang dianggapnya tidak jelas. ”Saya kira harus jelas sumber beritanya agar jelas dan tidak menjadi fitnah,” jelas Julian.

Semenatra itu, Anny Ratnawati yang ditemui The Politic di kantornya di Kementerian Keuangan, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat enggan untuk diwawancarai. “Maaf Mas lagi buru-buru,” ujarnya sambil berjalan cepat ke arah mobil Alphard hitamnya dengan nopol B 1847 RFS, Kamis (21/11).

    Agus Martowardojo yang juga disebut-sebut dalam pusaran kasus Hambalang enggan berkomentar perihal kasus yang membawa namanya. Agus disinyalir mengetahui apa yang dilakukan Wamennya tersebut kala ia menjabat sebagai menteri keuangan. “Saya nggak bisa komentar ya, ya, hati-hati ya,” ujarnya santai ketika ditemui di kantornya di Bank Indonesia, Jumat (22/11). Sopan Sopian, Yogi, Sipri, Edi

Tidak ada komentar: