Senin, 20 Oktober 2014

Samuel Sekuritas Indonesia: Presiden Joko Widodo Penguat Rupiah

Jurnalis Independen: Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (21/10/2014) pagi terus mengalami penguatan signifikan dibandingkan penutupan Senin sore kemarin.


Data Bloomberg, kurs rupiah pagi ini dibuka di level Rp11.999. Angka ini terpantau menguat tajam dibandingkan posisi sebelumnya pada penutupan Senin sore (20/10/2014) lalu yang berada di level Rp12.032 per USD.

Berdasarkan data Yahoo Finance, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (21/10/2014) pagi ini dibuka di level Rp11.979 per USD. Adapun kurs yang ditransaksikan pada hari ini ditetapkan antara Rp11.966 - Rp12.080.

Adapun, berdasarkan data terakhir kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai kurs rupiah pada Senin (20/10/2014) kemarin berada di level Rp12.041.

Sebagai informasi, berdasarkan data yang dilansir tim analis Samuel Sekuritas Indonesia, pasca pelantikan Jokowi sebagai presiden ke-7, rupiah menguat tajam. Rupiah menguat tajam mengungguli penguatan mata uang Asia lainnya hingga kemarin sore.

"Tidak dapat dipungkiri situasi global masih mendukung sentimen penguatan rupiah tetapi momen inagurasi Jokowi-lah yang membuat rupiah memimpin penguatan," kutip tim analis Samuel Sekuritas Indonesia, Selasa (21/10/2014).

Akan tetapi, lanjut tim analis Samuel Sekuritas, terlihat euforia yang tidak akan bertahan lama, IHSG yang menguat lebih dari 1% di pembukaan, akhirnya hanya menguat 0,23% di penutupan. "Pengumuman Kabinet Kerja Jokowi masih ditunggu oleh investor. Sisa euforia dari situasi domestik serta melemahnya dolar bisa mendorong penguatan rupiah hari ini, tetapi buruknya GDP Tiongkok bisa menghadirkan tekanan pelemahan terhadap seluruh mata uang di Asia," ujar mereka.

Tim analis Samuel Sekuritas menjelaskan, indeks dolar turun, GDP Tiongkok ditunggu. Langkah ECB yang akhirnya mengeksekusi program pembelian obligasinya semalam berhasil mendorong penguatan euro walaupun hanya tipis. Yield Bund yang turun lagi-lagi mendorong turunnya yield UST.

"Hari ini ditunggu data 3Q14 GDP Tiongkok yang diperkirakan melambat hingga 7,2% YoY. Sementara lemahnya dolar di pasar global bisa menghadirkan penguatan mata uang di Asia, buruknya angka GDP Tiongkok bisa memicu penguatan dolar hari ini," tukas mereka.

Tidak ada komentar: