Selasa, 28 Oktober 2014

“Tim Sekoci”, Senjata Rahasia SBY

Oleh Kurator Kata
Jurnalis Independen: Susilo Bambang Yudhoyono sempat berang ketika dibilang “kapalnya segera karam” menjelang lengser dari jabatan presiden. Konon, itu yang membuat banyak orang di sekitarnya melirik perahu lain selain kapal Partai Demokrat yang dinahkodai SBY.


Tapi Demokrat memang nyaris karam. Pada Pemilu 2014, mereka kehilangan setengah suara yang didapat ketika jadi pemenang Pemilu 2009.

Tapi manuver politik yang jitu sepanjang masa transisi ke Presiden Joko Widodo membuat Demokrat—yang partai tengah—justru meraih kursi pimpinan DPR dan MPR. Rupanya, mesin partai Demokrat sudah mulai panas.

Berbeda dengan saat sepuluh tahun mengawal pendirinya, SBY, Demokrat lebih sering tersapu gelombang strategi politik oleh partai yang lebih tua. Sebut saja kegagalan membendung Pansus Kasus Bank Century yang didukung oleh Golkar, PDI Perjuangan, dan PPP.

Dibentuk menjelang Pemilu 2004, SBY rupanya tak terlalu yakin dengan partainya yang baru keluar dari galangan. Karena itu ia membentuk organisasi sayap di tim suksesnya yang dikapteni purnawirawan militer angkatan 1970. Mereka belakangan dikenal dengan nama “Tim Sekoci”.

Ihwal “Tim Sekoci” ini diungkap dalam buku Mengawali Integrasi Mengusung Reformasi yang ditulis Sudradjat dkk.

Berikut ini nukilan tentang “Tim Sekoci” dalam buku yang membahas soal Alumni Akabri 1970 ini:

Setahun sebelum Pemilihan Presiden 2004, SBY mengontak seniornya, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Soeprapto yang lulusan Akabri 1970.  “Mayjen Soeprapto yang punya hubungan dekat dengan SBY diminta membantu membentuk tim kecil memperkuat tim suksesnya.”

Lulusan Akabri pada 1970 adalah angkatan pertama yang menjalani pendidikan taruna militer secara terintegrasi antara angkatan darat, laut, udara, dan kepolisian. Sebelumnya, para taruna dididik secara terpisah di kesatuannya masing-masing.

Perasaan spesial itu membuat angkatan yang masuk Akabri pada 1967 paling sering mengadakan reuni. Pertama kali mereka menggelar reuni pada 1996 di kompleks Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah.

Lalu pada 2000, mereka kumpul lagi di kompleks Akademi Angkatan Laut Bumi Moro, Surabaya. Reuni buat merayakan 30 tahun mereka menjadi perwira itu juga menjadi awal pembentukan paguyuban berdasarkan matra.

Yang angkatan darat membentuk Paguyuban Ada Perdana (Akabri Darat Angkatan Pertama), matra laut membuat Gelang Moro Pratama (Magelang menuju Bumi Moro Pertama). Sementara itu angkatan udara bernaung di bawah Paguyuban Purboyo, sedangkan yang polisi mendirikan AWET alias Angkatan Waspada 67.

Setahun setelahnya, mereka reuni lagi di komplek Akademi Angkatan Udara Maguwo. Pada 2002 bikin reuni lagi di komplek Akademi Polisi Semarang.

Tak heran Soeprapto mudah mengontak teman-teman seangkatannya buat membantu SBY. Yang diundang seperti Mayjen (Purn.) Irvan Eddyson, Brigjen (Purn.) Dadi Pratjipto, dan Mayjen (Purn.) Max Tamaela. Tim kecil ini lalu merekrut 16 orang lagi dari angkatan yang sama.

Setelahnya mereka mulai mencari alumni angkatan 1971 hingga 1973. Mereka juga menggandeng pengusaha buat sokongan dana.

Soeprapto cs. menamai organisasinya “Tim Sekoci”. Sekoci ini ternyata kependekan dari Sekelompok Orang Yang Cinta Indonesia. “Sebuah perahu kecil, tetapi justru berfungsi sebagai kelengkapan vital sebuah kapal kapal besar,” tulis Sudradjat dkk.

Tim Sekoci ini menjadi mesin yang mengantarkan SBY menuju kursi Presiden RI. Namun para petingginya tidak masuk ke struktur kabinet.

Pada 24 Mei 2006, Tim Sekoci berubah menjadi lembaga swadaya masyarakat Sekoci Indonesia Raya Bersatu yang membantu sosialisasi program pemerintah dan memberi masukan kepada Presiden SBY.

Selain faktor keakraban para alumninya, pemilihan alumni Akabri 1970 juga tak lepas dari peran Hadi Utomo. Hadi adalah alumni Akabri angkatan 1970 yang pangkat terakhirnya kolonel dan sempat ditugaskan bekerja di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Hadi terjun ke politik pada saat SBY mendirikan Partai Demokrat. Hadi yang kakak ipar Ani Yudhoyono ini menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Ani Yudhoyono sendiri menjabat Wakil Ketua Umum Demokrat.

Besarnya peran Angkatan 1970 dalam Partai Demokrat berlanjut dengan terpilihnya Hadi sebagai anggota DPR pada Pemilu 2004. Bahkan dalam Kongres Demokrat pertama di Bali pada Mei 2005, Hadi terpilih jadi ketua umum.

Selain Hadi, alumni Akabri 1970 lainnya yang jadi kader Demokrat adalah Mayjen (Purn.) Ignatius Mulyono yang mewakili partai ini di DPR. Ignatius ini yang memilih tetap berada di dalam ruang sidang paripurna DPR ketika Demokrat walk-out dalam voting pemilihan kepala daerah oleh DPRD saat pengesahan UU Pilkada.

Alumni Akabri 1970 dan juniornya angkatan 1970-an punya kecenderungan terjun ke politik karena banyak dari mereka yang awalnya anggota kesatuan aksi pelajar dan mahasiswa. Sebelum masuk ke akademi militer, mereka ikut berunjuk rasa menentang Presiden Sukarno dan menuntut pembubaran PKI pada 1965-1966.

Selain itu, kata Peneliti LIPI dan dosen Universitas Pertahanan M. Riefqi Muna, pada 1970-an para instruktur sering melontarkan kalimat “segenggam kekuasaan lebih penting dari segudang hak”. Doktrinasi itu, kata Riefqi, mendorong militer angkatan itu dekat dengan politik.

Tak heran selain di Demokrat, alumni Akabri 1970 juga tersebar di partai politik lain. Ketika Jenderal (Purn.) Wiranto membentuk Partai Hati Nurani Rakyat, Jenderal (Purn.) Subagyo HS dan Jenderal (Purn.) Fachrul Razi ikut menjadi inisiatornya. Mayor Jenderal (Purn.) Djoko Besariman juga menjadi pengurusnya.

Sementara itu di Partai Golkar ada Jenderal (Purn.) Luhut B. Panjaitan yang didapuk Ketua Umum Aburizal Bakrier menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai. Sementara itu Mayjen (Purn.) Muchdi Pr. Menjadi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra pada 2011, lalu ia pindah ke Partai Persatuan Pembangunan, dan terakhir jadi Dewan Penasihat Partai Nasional Republik milik Tommy Suharto.

Tidak ada komentar: