Senin, 27 Oktober 2014

Kapal Srikandi Hilang, Tantangan Menteri Maritim dan Angkatan Laut Indonesia

Jurnalis Independen: Saat semua mata tertujuh pembentukan menteri Presiden Joko Widodo, sebuah tantangan Program Kemaritiman telah menanti. Tantangan entah dari kelompok mana, namun yang jelas, Hilangnya Kapal Srikandi dengan muiatan crude palm oil, adalah tantangan yang harus dijawab Presiden Joko Widodo, Pemerintah, TNI AL dan Kementrian Maritim Indonesia yang baru terbentuk.

"Kapal Srikandi 515 mengangkut 3.100 ton minyak sawit berangkat pada 8 Oktober dan digiring kapal pandu ke luar muara pada 9 Oktober. Seharusnya, paling tiga hari sudah sampai Gresik, tapi kemudian kami dikonfirmasi pada tanggal 17 Oktober lalu bahwa kapal itu belum sampai ke Gresik," ujar Benny

Sebuah kapal bermuatan minyak kelapa sawit atau crude palm oil yang bertolak dari Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dirompak saat dalam perjalanan menuju Gresik.

"Kapal Srikandi 515 mengangkut 3.100 ton minyak sawit berangkat pada 8 Oktober dan digiring kapal pandu ke luar muara pada 9 Oktober. Seharusnya, paling tiga hari sudah sampai Gresik, tapi kemudian kami dikonfirmasi pada tanggal 17 Oktober lalu bahwa kapal itu belum sampai ke Gresik," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit, Benny Noviandinudin di Sampit, Sabtu (25/10) malam.

Sejak mendapat kabar tersebut, KSOP Sampit langsung melaporkan kejadian itu kepada Kementerian Perhubungan yang kemudian menyebarkan informasi itu ke seluruh pelabuhan dan instansi terkait di seluruh Indonesia.

Penelusuran beberapa hari oleh seluruh pelabuhan belum juga ada perkembangan positif terkait hilangnya kapal tersebut. KSOP Sampit juga berkoordinasi dengan pihak lain untuk mencari informasi terkait keberadaan kapal yang diawaki sebelas orang itu.

Kabar terbaru, Benny mengaku mendapat informasi dari pusat pada 24 Oktober kemarin yang menyebutkan bahwa nakhoda dan anak buah kapal ditemukan oleh nelayan Malaysia. Mereka semua dalam keadaan selamat dan sudah dihubungkan dengan perwakilan pemerintah Indonesia di Malaysia.

Informasinya, kapal tersebut cegat para perompak yang kemudian membawa kabur kapal beserta CPO yang ada di dalamnya, sementara nakhoda dan para ABK dibuang ke laut. Untungnya mereka dibuang bersama perlengkapan keselamatan sehingga mereka bisa bertahan, sampai kemudian ditemukan oleh nelayan Malaysia.

"Komunikasi terakhir saya dengan pemilik kapal tadi sore, pemilik kapal sedang menuju Malaysia untuk menjemput nakhoda dan ABK. ABK kemungkinan bukan berasal dari Kotim. Sedangkan kapal bermuatan minyak sawit itu hingga kini belum ditemukan," sambung Benny.

Saat ini pencarian kapal tersebut masih terus dilakukan. Dia berharap kapal itu bisa ditemukan dan para perampok segera ditangkap. Dengan harapan, kejadian ini tidak terulang dan mengganggu aktivitas perekonomian.

Tentu saja hal ini juga menjadi tantangan pemerintah Jokowi. Sebab sebelumnya, saat kampanye Jokowi, begitu percaya diri mengungkapkan rencana besarnya terkait Tol Laut.

Kini, apa yang dilakukan Pemerintah Jokowi dan Menteri Kemaritiman? Keselamatan transportasi teracak-acak oleh kelompok yang hingga kini masih gelap.

Tidak ada komentar: