“Saya menduga
ada tujuan terselubung dari acara tersebut untuk melegalkan pernikahan
gay dan lesbian di Indonesia. Saya tidak akan membiarkan hal ini
terjadi,” kecam Athian yang dihubungi Republika melalui saluran telepon,
Rabu (29/9) siang.
Ia menjelaskan, festival film tersebut mengajak masyarakat untuk menganggap penyimpangan hubungan seksual itu sebagai sebuah kewajaran yang harus diterima. Bahkan dengan bangganya, lanjutnya, penyelenggara festival film itu menyebutkan sebagai festival film gay pertama yang diadakan di negara Indonesia yang notabene mayoritas Islam.
Dengan adanya festival film yang ternyata telah berlangsung rutin selama bertahun-tahun itu, ia menyatakan keprihatinannya. Pasalnya, selama ini ia masih menganggap jika Indonesia merupakan negara beragama yang masih memiliki norma-norma agama yang menentang hubungan seksual sesama jenis.
“Bahkan sila pertama dalam Pancasila menyebutkan bahwa Indonesia berketuhanan yang maha esa. Tetapi kenyataannya pemerintah malah membiarkan festival film itu berlangsung bertahun-tahun,” keluhnya.
Padahal, kelompok hubungan sejenis di Indonesia, diakuinya hanya segelintir saja dan bukan kelompok besar. Mereka kerap berdalih mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk melegalkan tindakan yang tidak senonoh itu.
Hal itu dapat dilihat dari adanya dukungan dari kedutaan negara-negara barat seperti Jerman, Prancis dan Belanda yang menyediakan pusat kebudayaannya dijadikan tempat pemutaran film dan acara-acara terkait. Ia meyakini, negara-negara tersebut mendukung dan menyokong kegiatan itu dari segi finansial.
Selain negara-negara asing tersebut, juga ada kelompok atau lembaga yang ikut mendukung. Mereka bahkan berdalih jika penyimpangan seksual telah ‘given’ dari tuhan, yang dapat dilihat dari adanya gen tersebut di setiap manusia. Pernyataan ini jelas pernyataan penyerangan terhadap Islam yang dikenal sangat melarang secara tegas pemikiran sesat ini. Sayangnya, di negeri ini tidak banyak orang, tokoh, figur masyarakat yang menjadi penentang pemikiran dan gaya hidup sesat ala Barat, Yahudi yang ingin menghancurkan islam dengan berbagai cara dengan berkedok "kemanusiaan dengan nafsu syethoniah".
“Dalam Surat As-Syam ayat 7 dan 8, dijelaskan jika setiap manusia memang memiliki kecenderungan untuk fujur (menyimpang) dan takwa. Maka dari itu, manusia harus dapat menahan fujurnya untuk menjadi takwa. Karena setiap manusia pasti memiliki niat jahat atau menyimpang. Jika tidak dapat menahannya, apa bedanya dengan hewan?” tegasnya.
Secara khusus, pihaknya belum melakukan pembicaraan atau pembahasan mengenai kasus festival film tersebut. Namun ia menegaskan, pihaknya tetap menolak diselenggarakannya festival film gay.(rep/onl/mnt)
Ia menjelaskan, festival film tersebut mengajak masyarakat untuk menganggap penyimpangan hubungan seksual itu sebagai sebuah kewajaran yang harus diterima. Bahkan dengan bangganya, lanjutnya, penyelenggara festival film itu menyebutkan sebagai festival film gay pertama yang diadakan di negara Indonesia yang notabene mayoritas Islam.
Dengan adanya festival film yang ternyata telah berlangsung rutin selama bertahun-tahun itu, ia menyatakan keprihatinannya. Pasalnya, selama ini ia masih menganggap jika Indonesia merupakan negara beragama yang masih memiliki norma-norma agama yang menentang hubungan seksual sesama jenis.
“Bahkan sila pertama dalam Pancasila menyebutkan bahwa Indonesia berketuhanan yang maha esa. Tetapi kenyataannya pemerintah malah membiarkan festival film itu berlangsung bertahun-tahun,” keluhnya.
Padahal, kelompok hubungan sejenis di Indonesia, diakuinya hanya segelintir saja dan bukan kelompok besar. Mereka kerap berdalih mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM) untuk melegalkan tindakan yang tidak senonoh itu.
Hal itu dapat dilihat dari adanya dukungan dari kedutaan negara-negara barat seperti Jerman, Prancis dan Belanda yang menyediakan pusat kebudayaannya dijadikan tempat pemutaran film dan acara-acara terkait. Ia meyakini, negara-negara tersebut mendukung dan menyokong kegiatan itu dari segi finansial.
Selain negara-negara asing tersebut, juga ada kelompok atau lembaga yang ikut mendukung. Mereka bahkan berdalih jika penyimpangan seksual telah ‘given’ dari tuhan, yang dapat dilihat dari adanya gen tersebut di setiap manusia. Pernyataan ini jelas pernyataan penyerangan terhadap Islam yang dikenal sangat melarang secara tegas pemikiran sesat ini. Sayangnya, di negeri ini tidak banyak orang, tokoh, figur masyarakat yang menjadi penentang pemikiran dan gaya hidup sesat ala Barat, Yahudi yang ingin menghancurkan islam dengan berbagai cara dengan berkedok "kemanusiaan dengan nafsu syethoniah".
“Dalam Surat As-Syam ayat 7 dan 8, dijelaskan jika setiap manusia memang memiliki kecenderungan untuk fujur (menyimpang) dan takwa. Maka dari itu, manusia harus dapat menahan fujurnya untuk menjadi takwa. Karena setiap manusia pasti memiliki niat jahat atau menyimpang. Jika tidak dapat menahannya, apa bedanya dengan hewan?” tegasnya.
Secara khusus, pihaknya belum melakukan pembicaraan atau pembahasan mengenai kasus festival film tersebut. Namun ia menegaskan, pihaknya tetap menolak diselenggarakannya festival film gay.(rep/onl/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar