Senin, 02 Januari 2012

Penentang Gaya Hidup Hedonis Dikucilkan KPK


Jurnalis Independen: Masih ingat dengan Busyro Muqoddas? Ketua KPK yang bernyali, dan sangat berani, serta tak punya rasa takut menghadapi DPR. Busyro berani mengatakan gaya hidup anggota DPR sebagai hedonis. Ini merujuk tempat parkir mobil di Senayan, yang sudah seperti show room mobil, dan yang diparkir sebagian mobil berkelas.

Pernyataan Busyro itu kontan membuat para anggota legislatif (DPR) yang terhormat itu, murka, dan mengkritik habis Busyro. Busyro tak bergeming. Tetap pada pendirian dan kritiknya terhadap gaya hidup para anggota dewan itu, yang telah menjadi antek kapitalis, imperialis yang komprador.

Ujung sudah dapat ditebak. Komisisi IIIDPR saat melakukan pemungutan suara, akhirnya membuang Busyro Muqoddas. Bussyro terlempar dari Ketua KPK. Tidak masalah. Busyro tidak ingin dirinya menjadi "kaki tangan" DPR, tetapi Busyo ingin tetap menjadi Ketua KPK, yang independen. Busyro tidak suka membuat "deal" apapun dengan DPR. Dirinya tidak ingin terperosok ke dalam permainan dan skenario DPR, khususnya dalam penindakan kasus-kasus korupsi, yang juga banyak berkaitan dengan anggota DPR.
Sosok Busyro dikenal sebagai sosok yang "lurus".

Di bawah kepemimpinannya, akhirnya KPKbisa membawa pulang Nunun Nurbaitie, si "Ratu" sogok, yang sudah memasukkan penjara lebih 30 anggota DPR. Padahal, menangkap Nunun yang istri mantan Wakil Kapolri Adang Daradjaton, itu pekerjaan tidak mudah, karena konon Nunun dilindungi oleh "orang kuat", yang berada di Indonesia maupun di Thailand. Rupanya tak semua orang mendukung Busyro yang dengan sungguh-sungguh ingin memberantas korupsi di Indonesia.

Sekarang Busyro Muqoddas dikucil di KPK.Dalam pembagian peran pimpinan KPK, ia kini tak lagi dilibatkan dibagian penindakan kasus korupsi. "Keputusannya pimpinan KPK, Pak Busyro membawahi bidang pencegahan dan yang lainnya, tapi bukan penindakan", kata Johan Budi, di kantornya kemarin.

Busyro membidangi pencegahan bersama dengan Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnaen. Namun, berbeda dengan Busyro, pimpinan lainnya, seperti Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnaen, masih diserahi bidang penindakan.

Tentang alasan pengucilan Busyro itu, Johan Budi, mengatakan dirinya tidak tahu, dan itu keputusan Ketua KPK, Abraham Samad.

Dari mula sudah dapat diprediksi pimpinan KPK yang terpilih sekarang ini, merupakan hasil dari "deal" antara calon pimpinan KPK, sebelumnya dengan pihak DPR. Dengan demikian, relevanci dikucilkan Busyro Muqoddas itu, karena DPR sudah sangat tidak suka terhadap sosok Busyro Muqoddas, yang berani berhadap-hadapan dengan DPR.

Busyro Muqoddas yang memiliki integritas dan independen itu, harus berani menghadapi kondisi di republik ini, di mana koruptor sudah sangat sistemik. Meskipun, Busyro sekarang dikerdilkan dan dihabisi perannya di KPK.  (emi/mnt)

Tidak ada komentar: