Kamis, 05 Januari 2012

Kim: Islam Mengisi Kekosongan Jiwanya

Jurnalis Independen: Sebut saja namanya Kim. Ia dibesarkan dalam keluarga yang membenci agama, terutama agama Katolik. Kim masih ingat cerita ibunya bahwa ketika ibunya masih usia anak-anak, ada tradisi memberi penghormatan dengan membungkukan badan jika ada seorang pendeta yang lewat. Tapi kedua orangtua ibunya--kakek nenek Kim--tidak pernah mau melakukan itu jika ada pendeta yang lewat di dekat mereka.


"Karena mereka tidak mau membungkuk pada siapa pun," ujar Kim menirukan perkataan ibunya.

Namun ibu Kim selalu tertarik dengan agama lain, khususnya agama Islam. Meski menurut Kim, ketertarikan ibunya bukan karena ia percaya pada Tuhan, tapi karena ia sedang menghabiskan waktu luangnya dengan komunitas Muslim asal Maroko.

"Ibu tidak percaya dengan apapun. Ia hanya senang melibatkan diri dalam kegiatan sosial bersama komunitas asal Maroko. Mereka melakukan kegiatan untuk kalangan remajanya, mengelola masjid baru, dan sebagainya," tutur perempuan asal Inggris itu.

"Ibu saya sangat mencintai Maroko dan kebudayaannya. Ia sudah empat kali berkunjung ke negeir itu. Dua bulan sebelum meninggal, ibu masih sempat berkunjung ke negeri itu.

Kim juga mengungkapkan, mendiang ibunya orang yang senang belajar. Pada usia 45 tahun, ibunya masih mengambil kuliah perbandingan agama, khususnya agama Islam.

"Ibu juga mengajak kami pindah ke pemukiman yang banyak warga muslimnya. Karena ibu suka sekali dengan orang-orang Islam," ungkap Kim.

Karena ibunya bergaul di tengah komunitas Muslim Maroko, Kim yang ketika itu masih belasan tahun juga punya banyak teman dari kalangan orang Maroko. Pada usia 18 tahun, Kim menjalin hubungan spesial dengan seorang pemuda muslim Maroko.

"Dia tidak terlalu religius, tapi ia banyak bercerita pada saya tentang agamanya. Itulah awal ketertarikan saya dengan Islam. Saya jadi ingin tahu lebih banyak tentang Islam," ujar Kim.

Kim mengaku tidak pernah merasa bahagia menjalani masa remajanya. Ia selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari jiwanya, dan merasa orang lain akan senang jika ia tidak ada di dekat mereka.

Keresahan jiwa Kim kadang diwujudkan dengan tindakan-tindakan yang tidak menyenangkan. Kadang terlintas dalam pikirannya untuk bunuh diri, tapi hal itu tak pernah Kim lakukan karena ia masih memikirkan ibunya.

"Jadi ketika teman dekat saya itu bicara tentang Tuhan dan hal lainnya, saya mulai berpikir, mungkin meyakini bahwa Tuhan itu ada akan memberi saya alasan bagi hidup saya," imbuh Kim.

Namun kekasih Kim itu ternyata bukan seorang muslim yang baik. Ia kerap bersikap kasar pada Kim, mencuri uang Kim, melecehkan dan mengkhianati Kim. Meski demikian, Kim mengakui dirinya banyak berubah selama bersama kekasihnya itu. Kim tidak lagi merokok, tidak lagi minum minuman keras, tidak lagi makan daging babi dan mulai memperhatikan model pakaiannya.

Ibu Kim meninggal dunia secara mendadak, yang membuat Kim menyadari bahwa hidup bisa berakhir kapan saja, oleh sebab itu ia harus berubah.

Setelah ibunya meninggal, Kim pindah ke apartemen yang lebih murah dan bertemu dengan beberapa muslimah. Dari teman-teman muslimnya itulah Kim belajar Islam.

"Saya mulai mengenakan jilbab, karena saya merasa itulah hal termudah untuk memulai sebuah perubahan, untuk melindungi diri saya sendiri dan untuk menunjukkan pada orang lain bahwa saya sudah berubah," ungkap Kim.

Kim juga mulai mengubah pola hubungannya dengan kekasihnya yang justru tak banyak membantunya untuk menjalani kehidupan yang islami. Kim dan kekasihnya malah sering bertengkar hingga Kim terpaksa mengusirnya. Hubungan mereka pun putus.

Setelah berpisah dengan kekasihnya, Kim membulatkan tekad itu bersyahadat. Saat itu tahun 2006. "Saya merasa terbebaskan. Saya mulai belajar salat dan segala hal yang berhubungan dengan Islam. Saya bergaul dan bertemu dengan orang-orang baru, dan akhirnya bertemu dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami saya," tutur Kim yang setelah menjadi muslim menggunakan nama Soraya.

"Saya merasa lebih kuat sekarang. Saya punya keluarga sendiri dan punya iman Islam yang membuat saya tetap semangat dan kuat menjalani hidup," tandas Soraya(emi/mnt)

Tidak ada komentar: