Selasa, 03 Januari 2012

Kaum Radikal Hongkong Berani Melawan Konglomerat




Jurnalis Independen: Anda bisa menghubungi serikat mahasiswa radikal di Universitas Hong Kong. Mereka sambil menggulung "sleeping bed", usai mengadakan rapat, yang merencanakan aksi esok harinya. Pengeras suara, spanduk, dan panflet ditumpuk di sudut ruangan. Sebuah spanduk mengkritik undang-undang pemerintah yang mengharuskan izin saat mereka akan melakukan aksi protes.


Sekelompok mahasiswa baru-baru ini ditangkap - walaupun tuduhan itu tidak jelas - karena mereka dituduh melakukan aksi tanpa izin. Insiden ini memicu ketegangan antara aparat kepolisian dengan para mahasiswa. Memang, aksi-aksi protes mahasiswa itu, mendapatkan kritik dari publik, karena dianggap dapat mengganggu bisnis mereka.

Aktor pemimpin gerakan mahasiswa radikal di Hongkong, tak lain adalah Gloria Chang. Chang menjadi presiden serikat mahasiswa radikal. Chang berpostur tinggi, kurus, dan terlihat sangat ringkih. Tapi Chang seorang pejuang tulen. Chan merupakan tokoh yang menggerakan aksi protes mahasiswa, yang menolak campur tangan politik pemerintah dalam dunia akademis.

"Saya khawatir dengan orang tua saya - mereka berpikir mengapa putri mereka tidak bisa melanjutkan kuliah ke universitas, belajar dan mendapatkan pekerjaan'" kata Chang. "Tapi saya tahu apa yang kita lakukan, yang tujuannya menginginkan agar pemerintahan terbuka. Dan kita menginginkannya sekarang", ucap Gloria Chang.

Hong Kong? Selama ini, wilayah yang dikenal pragmatisme, bukanlah tempat melakukan aksi protes. Warganya rajin bekerja. Banyak mantan pengungsi yang melarikan diri dari daratan Cina yang Komunis untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, menghindari politik yang kejam, dan mengajarkan anak-anak mereka bekerja keras dan menghasilkan uang.

Tapi karena bekas koloni Inggris itu kembali ke China pada tahun 1997, dan terpukul oleh krisis keuangan Asia, dan semua itu akibat bencana yang dibuat manusia. Pemerintah Hongkong yang dipimpin oleh Chief Executive Tung Chee-hwa, tampaknya sangat tertutup, membuat keputusan-keputusan penting, dan hanya sedikit mau mengakomodasi keinginan masyarakat. Inilah yang membuat kehidupan menjadi tidak lagi nyaman. Para mahasiswa terdorong melakukan gerakan yang menginginkan perubahan kehidupan politik di Hongkong.

Dalam situasi frustrasi, mahasiswa, aktivis sosial, kelompok lingkungan, guru, dokter dan rakyat miskin, mulai berteriak menuntut hak-hak mereka kepada Kongres (parlemen). Protes jalanan telah menjadi biasa, tidak lagi diikuti oleh unsur-unsur pinggiran. "Hong Kong telah berubah menjadi radikal," kata Mei Ng, salah satu aktivis lingkungan terbaik yang dikenal di Hongkong.

"Kami telah kehabisan cara-cara damai untuk berkomunikasi dengan pemerintah." Hong Kong telah menghadapi persaingan yang meningkat dalam investasi. Bisa jadi, jika wilayah administrasi khusus (SAR) rakyatnya semakin radikal, ia akan kehilangan posisi sebagai pusat bisnis terkemuka di Asia? Hongkong akan ditinggalkan para investor yang selama ini merasa nyaman melakukan investasi di wilayah itu, tetapi dengan gerakan mahasiswa yang menuntut perubahan, dan terus meningkat, mungkin para investor bisa hengkang.

Untuk saat ini, banyak investor asing masih lebih suka Hong Kong. Mereka mengatakan aturan hukum dan praktek bisnis yang relatif transparan membuatnya menjadi tempat yang baik melakukan bisnis. Tetapi, angka investasi tidak menunjukkan penurunan yang terlihat. Dan masuknya Cina ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia akan memberikan dorongan peran tradisional pebisnis di Hong Kong.

Tapi taipan (konglomerat) Cina lokal, kelompok-kelompok (patriark) yang konservatif telah membangun kerajaan bisnis - dan secara politik mempunyai hubungan dengan pusat kekuasaan di Beijing, yang menggambar seperti garis di pasir.

Pada bulan Agustus, raja properti Li Ka-shing yang mengendalikan kepemilikan bisnis keluarganya, dari sebagian besar pasar saham Hong Kong, mengkritik gerakan mahasiswa. "Saya mencoba yang terbaik untuk tetap bebas dari politik," kata Li. "Tapi jika media dan politisi mengatur bisnis, saya akan mengurangi investasi saya di Hong Kong." Politisi di Hongkong, akibat tekanan mahasiswa, berdampak para pebisnis di Hongkong.

Taipan Wu Ying-Gordon Sheung yang memimpin Hopewell Holdings co dengan nada yang keras menegaskan, "Pekerja menghadapi majikan mereka. Mahasiswa, mereka menuduh para pemimpin universitas, dan anggota masyarakat menentang pemerintah," ucapnya saat mengunjungi Hongkonng.

"Mereka sama seperti Pengawal Merah Mao selama Revolusi Kebudayaan di daratan Cina". ujarnya.
Wu menuduh mahasiswa di Hongkong seperti pengawal merah, yang sangat mengancam kekuatan pebisnis di Hongkong saat ini, yang dituduh kelompok borjuis yang rakus.

Polarisasi telah berkembang lebih buruk sejak serah terima di 1997. Dalam perkembangan peristiwa itu, menjadi jelas, di mana orang-orang Hong Kong, dan para pemimpin bisnis lokal memainkan peran politik yang semakin penting.

Sekelompok kecil dari mereka, ditunjuk oleh Beijing, memilih Tung, dan Tung adalah raja kapal yang mempunyai hubungan lama dengan China, dan sekarang sebagai kepala eksekutif. Tung merasa tidak nyaman dengan kondisi politik yang ada. Tung sering memilih mengabaikan pandangan politisi Hongkong yang paling populer, seperti para pemimpin Partai Demokrat. Bahkan dalam birokrasi pemerintah, ia disalahkan karena menolak berkonsultasi.

Reformasi dibidang layanan sipil, kata Felix Cheung Kwok-Bui dari Ketua Uni Pegawai Negeri Sipil Hongkong, yang mengatakana tentang kesepakatan bahwa, "Pemerintah mengacuhkan kita, memaksakan reformasi kepada kita, dan mencoba mendapatkan kita setuju dengan persyaratan yang keras," katanya. "Itu bukan cara yang baik untuk bekerja."

Bahkan dibandingkan dengan tahun 1997, jumlah demonstrasi yang bernuansa politik telah meningkat. Pertama, tahun 2000 protes yang dilakukan para mahasiswa sebanyak 479 kali ke parlemen, dibanding dengan tahun 1997, ada 448 dan 425 kali. Ini sebuah kenaikan yang sangat penting.

Ini kenaikan yang sangat signifikan. Anak-anak muda menginginkan kebebasan, dan tidak adanya campur tangan dari para taipan (konglomerat) dalam urusan politik. "Mereka pikir pengunjuk rasa adalah bagian dari beberapa konspirasi untuk merusak stabilitas Hong Kong. Mereka tidak melihat ini sebagai yang berhubungan dengan cara pemerintah melakukan kebijakan yang salah", ujar Gloria.

Sekarang komunitas bisnis terbiasa beroperasi dalam lingkungan yang semakin dipolitisir. Selain mahasiswa, kelompok-kelompok lingkungan seperti Friends Mei Ng Bumi telah menjadi pelopor gerakan politik, mengagitasi terhadap segala polusi udara yang kotor dan air yang tercemar, disebabkan oleh pembangunan Disneyland di Pulau Lantau terpencil. Gerakan mahasiswa itu terus mengancam para taipan di Hongkong, yang merasa tidak lagi nyaman melakukan bisnis di wilayah itu. Mungkin mereka akan merencakan relokasi kegiatan bisnis mereka.
 
Bahkan Partai Demokrat harus membuat penyesuaian dengan adanya gerakan mahasiswa sekarang ini. Partai ini telah terlibat dalam perjuangan internal, dengan kepemimpinan yang utama bertentangan dengan faksi yang disebut Turki Muda. Kalangan Turki Muda itu, menginginkan perubahan, dan mengekang atau mengendalikan para taipan, yang sangat rakus dan tamak, yang dapat menghancurkan dan merusak apa saja, yang ada di Hongong. Mereka memulai gerakan itu.

Bahaya nyata mungkin bahwa Hong Kong semakin percaya tidak ada jalan normal menghadapi tuntutan mahasiswa yang semakin radikal. "Ini masalah struktural," kata Lee Cheuk-yan, legislator dan sekretaris jenderal Konfederasi Serikat Buruh. "Reformasi tidak cukup mengimbangi tuntutan rakyat. Rakyat menginginkan kehidupan yang lebih demokratis dan keterlibatan yang lebih luas. Di mana sekarang telah menjelma menjadi gerakan frustrasi. Jika tidak disalurkan akan menjadi bom waktu.."

Jika menyebar radikalisme, Beijing akhirnya dapat merasa perlu melangkah masuk ke Hongkong, dan seperti diungkapkan akan berulang kembali, seperti diprediksi olehl Wu yaitu "Revolusi Kebudayaan". Para pemimpin Cina daratan, siapa pun mempunyai kenangan dari kampanye ideologis yang menyakitkan.

Para pemimpin Cina semakin khawatir bahwa gerakan protes mahasiswa yang berkembang bisa merongrong kredibilitas dan otoritas Tung dan pemerintahannya. "Tujuh puluh tahun para pemimpin di Beijing melihat semua protes jalanan di Hong Kong dan mereka hampir berpikir perlunya: "Revolusi Kebudayaan," kata konsultan bisnis Hongkong yang mempunyai hubungan dengan Cina. "Mereka takut radikalisme akan merusak stabilitas Hong Kong dan kemakmuran, terutama aset SAR yang paling berharga."

Komitmen aktivis mahasiswa di bawah Gloria Chang menciptakan Hongkong yang baru tidak goyah. Meskipun mungkin resikonya ia akan kehilangan beasiswa dari pemerintah untuk belajar ke luar negeri. "Jika saya tidak bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri, karena pendirian saya, tidak masalah. Saya menyakini apa yang saya pikirkan. Segala kepentingan pribadi tidak menjadi penting ", ungkapnya.

Sikap Gloria Chang itu, pasti membuat Tung Chee-hwa, taipan Hong Kong dan Beijing, mereka menjadi sangat murka. (emi/mnt)

Tidak ada komentar: