Senin, 16 Januari 2012

Hartono Ahmad Jaiz: Ahmadinejad di Nilai Penghina Islam


Sosok Ahmadinejad selama ini disematkan sebagai pemimpin kharismatik. Tidak sedikit umat muslim menyanjung-nyanjungnya sebagai pemimpin bersahaja. Namun dalam rekam jejaknya, banyak orang tidak tahu bahwa Presiden Iran adalah sosok penghina Islam.


“Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat Rasul yang telah kembali ke ajaran asalnya. Jadi Ahmadinejad mengatakan bahwa Talhah dan Zubair sudah murtad.
Padahal mereka adalah dua sahabat nabi yang dijamin masuk surga” kata Ustadz Hartono Ahmad Jaiz kepada Eramuslim.com, selepas mengisi kajian "Ada Apa Dengan Syiah?", di Mesjid Darussalam, Depok, Sabtu (14/01).

Kecaman dan hinaan Ahmadinejad itu secara terangan-terangan disampaikan dalam sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran.
Menurut Ustadz Hartono, sapaan akrab beliau, hal gila tersebut dilakoni Ahmadinejad dalam rangka meraih simpati demi menyakinkan pendukungnya bahwa dia adalah seorang Syiah tulen.

“Ya samalah seperti di Indonesia, kalau ada pemimpin yang mau maju menjadi presiden dari kalangan abangan, maka untuk meyakinkan kelompok abangannya, dia akan menunjukkan bahwa dirinya abangan tulen,” beber Ustadz yang malang melintang melawan aliran sesat ini.

Jadi jika ada yang mengatakan bahwa Ahmadinejad pejuang Islam, itu berlawanan. “Kalau pejuang Islam, masjid-masjid dibangun dong. Lha kok tapi sekarang tidak, masjid sunni malah dirobohkan. Kelompok Sunni justri diuber-uber. Bahkan ada perempuan sunni yang perawan sebelum digantung mati harus dimut’ah dulu agar masuk neraka. Lha kan keyakinan-keyakinan yang seperti itu bathil,” jelasnya panjang lebar.

Dengan fakta-fakta ini Ustadz Hartono mewanti-wanti umat Islam agar jangan tertipu dengan kesahajaan yang dilakukan Ahmadinejad. Karena dibalik kesahajaannya, Ahmadinejad adalah sosok penghina Islam.

Jangan Mudah Percaya Iran Bermusuhan Dengan Amerika


Sementara itu, memanasnya hubungan Iran dengan Amerika Serikat di Selat Hormuz akhir-akhir ini mengundang pertanyaan besar bagi Prof. Baharun. Menurutnya adalah keliru orang yang terlalu cepat menilai bahwa perubahan politik luar negeri berlangsung secara permanen, tidak terkecuali apa yang terjadi di Iran saat ini.
Profesor Baharun“Contohnya dulu pada awal-awal Revolusi, begitu getolnya pemerintahan Iran mengatakan bahwa Amerika dan Rusia adalah setan. Tapi sekarang penguasa Iran bekerjasama dengan pemerintah Rusia, Amerikanya sudah tidak. Bukan tidak mustahil besok juga berubah, Iran bergandengan dengan Amerika bermusuhan dengan Rusia. Inilah politik luar negeri. Jadi tidak bisa dipercaya,” ujarnya panjang lebar kepada Eramuslim.com seusai memberikan kajian “Ada Apa dengan Syiah”, Sabtu (14/01) di Mesjid Darussalam Komplek Griya Tugu Asri, Depok.

Menurutnya, opini yang kadung berkembang bahwa Iran adalah negara yang kuat perlawananya terhadap Barat bukanlah standar untuk kita layak menjuluki Iran sebagai negara pemberani.

“Tidak, saya katakan tidak. Karena apa? Dulu kita terkecoh seolah-olah memang benar Khomeini melawan Amerika. Tapi tiba-tiba dalam perang Irak, Iran terlibat skandal Irangate, dimana Iran melakukan pembelian senjata yang disponsori Amerika,” tambahnya yang merampungkan Disertasi mengenai Syiah di Jawa Timur.

Kita ketahui bersama Amerika pernah terlibat skandal dengan Iran dimana Ronald Reagen, (yang kala itu menjadi Capres) pernah berpura-pura memerangi Khomeini, akan tetapi di belakang layar justru Amerika gencar mengirimkan senjata-senjata mutakhir untuk memenangkan Khomeini. Lewat investigasi berkepanjangan akhirnya skandal Iran Gate ini pun terbongkar.

Reagan dianggap menjurus pada tindakan kriminal, terlebih telah melibatkan CIA dan Partai Republik dengan seluruh kegiatannya menjalin hubungan dengan Iran. Reagan pun akhirnya membuat pernyataan resmi kepresidenan tentang hubungan AS-Iran. Dikatakan tidak ada masalah apa pun dalam hubungan kedua negara. Negeri ini juga tidak lagi memberi indikasi teror yang mengancam AS.

“Jadi politik Luar Negeri memang seperti itu, bisa berdusta disana-disini dan berlindung demi kepentingan politik dalam negerinya,” lanjut Prof. Baharun yang juga menjadi Rektor Universitas Nasional PASIM Bandung ini.

Hal ini juga berlaku bagi Israel. Menurut Prof. Baharun klaim bahhwa Iran memusuhi Israel tidak bisa dibuktikan. Ia mempertanyakan apa sebenarnya sumbangan Iran selama ini kepada Palestina. Tidak lebih hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak ada manfaatntya bagi pembebasan tanah Palestina. Termasuk juga sayap militer Syiah, Brigade Hizbullah.

“Hizbullah ini apa? Setelah berkuasa di Libanon, ya sudah diam. Dan tidak pernah berkompromi dengan kekuatan politik disana, yaitu Sunni,” tegasnya.

Oleh karena itu, menurutnya betullah sebuah pepatah Arab yang mengatakan politik itu dibangun dengan kepentingan. “Jadi kita lihat saja, ke arah mana kepentingan itu akan dibangun oleh Iran. Jadi menurut saya perubahan politik di Iran tidak perlu dikomentari, pasti berubah-ubah,” tandasnya. (Pz/emi/mnt)

Tidak ada komentar: