Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan
(kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia
maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak.
Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang
yang kesusahan, niscaya Allah akan membantu memudahkan urusannya
didunia dan di akhirat.
Dan barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah akan menutup aibnya dunia dan akhirat.
Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)
Di tengah acara sebuah komunitas wirausaha Muslim terjadi sebuah
dialog untuk membangun dan mencari solusi ekonomi ummat, banyak hal yang
dibahas tentang bagaimana membuka peluang usaha dan perlunya bersaing
secara profesional dengan para pengusaha 'non Muslim' yang saat ini
begitu menguasai perekonomian negeri ini, diskusi lama lama terkesan
sangat teoritis, dan beberapa dari mereka terjebak kearah materialistik
cara pandangnya, padahal semua yang hadir adalah kaum muslimin juga,
tapi ternyata kami semua lupa, bahwa yang hadir tersebut memiliki
warisan yang tak ternilai harganya.
Ternyata umat Islam sudah memiliki
rumusan dan standar usaha yang telah di bimbing oleh Rasul SAW dan
dicontohkan oleh para sahabatnya ra, bimbingan yang sederhana, bimbingan
yang sangat mendarat dan manusiawi, penuh fitrah, penuh sunnatullah, dan di-support dengan janji Allah. Allah melibatkan diriNYa atas janjiNya.
Berdasarkan hadis shahih di atas, mari kita urai dan tinjau agar
mendapatkan makna dan rumusan agar urusan ujian manusia maupun bisnis
muslim ini dapat melibatkan dan tertolong oleh bantuan Allah, sebagai
berikut :
“Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan
(kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia
maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian
banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak”
Siapa sih manusia yang tidak mengalami ujian dan cobaan dalam
kehidupannya. Apalagi dalam menjalankan bisnis, ujian naik turun itu
menjadi suatu hal yang berulang terjadinya. Ketahuilah setiap hamba
Allah pasti mengalami masalah, mengalami kedukaan maupun kesukacitaan ,
tidak ada satupun yang terlepas dari seleksi Allah.
Ujian dan cobaan
kepada hamba Allah tersebut untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya.
Justru menurut hadist di atas, dan itu adalah sunnah Allah, dikala
kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam menghadapi ujian kehidupan,
dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan oleh Allah, justru
salah satu solusinya adalah dengan membantu dan menyelesaikan kesusahan
hamba yang lain. konsep ini sangat sulit dipahami dengan ilmu keduniaan,
apalagi ilmu matematis. tapi inilah hukum Allah, inilah sunnatuLlah. inilah cara agar Allah terlibat! Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan perekonomian umat akan tuntas.
Ingatlah sebuah contoh nyata yang pernah diabadikan dalam kisah
sahabat Abdurrahman bin Auf ra dengan dipersaudarakan Saad bin Rabi ra
dari Madinah.
Berkatalah Saad kepada Abdurrahman, Wahai saudaraku, aku adalah
penduduk madinah yang kaya raya. Silahkan pilih separuh hartaku dan
ambillah, dan aku mempunyai dua isteri, pilihlah salah satu yang menurut
anda lebih menarik,dan akan aku ceraikan dia supaya anda bisa
memperisterinya.
Jawab Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah memberkati anda, isteri anda dan harta anda. Tunjukkanlah jalan menuju pasar.”
Kemudian abdurrahman menuju pasar, membeli, berdagang dan mendapat
untung besar, ketahuilah Allah terlibat! Allah berkahi saling tolong
menolong tersebut, saling mendahulukan kepentingan saudaranya.
Pada suatu hari ia mendengar Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda
termasuk golongan orang kaya, dan anda akan masuk surga secara perlahan
lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah
jalan anda,” semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah Saw tersebut, ia
mengadakan pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran padanya
dengan berlipatganda.
Ibnu Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya, bukan
seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia
tidak mau celaka dengan menyimpannya. Ia mengumpulkannya dengan santai
dan dari jalan yang halal, tetapi ia tidak menikmati sendirian,
keluarga, kerabat saudara dan masyarakat pun ikut menikmatinya.
Karena
begitu luas pemberian serta pertolongannya, orang orang madinah pernah
berkata: "seluruh penduduk madinah berserikat (menjalin usaha) dengan
Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada
mereka, sepertiganya digunakan untuk membayar hutang hutang mereka, dan
sepertiga sisanya diberikan dan dibagi bagikan kepada mereka."
Mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya, Allah bukakan
keberkahan, Allah bukakan peluang menguasai ekonomi ummat, Pasar Madinah
yang tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslimin, berawal dari
sikap tolong-menolong (ta'awun) sesama muslimin, bermula dari saling
memecahkan masalah saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah
hukum Allah, inilah sunnatullah.
Inilah cara melibatkan Allah... bukan dengan cara bersaing dengan
pebisnis non-muslim melalui sistem yang dibuat oleh non-muslim juga,
MUSTAHIL akan tampil. Bila ingin ummat ini kembali lagi menuju
kejayaannya tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan
manusia. Kalau mau tampil harus kembali bersandarkan kepada SunnatuLLah dan Sunnah RasulNya.
Pembahasan ini membuat terhenyak para wirausaha yang hadir, diskusi
terhenti dan terhenyak diam, ...semoga para peserta diskusi berfikir
ulang dan mulai menapak tilas sunnah yang pernah dilakukan untuk
membenahi kekuatan ekonomi ummat... Tolonglah sudaramu yang sedang
kesulitan.... ini adalah langkah awal menuju kejayaan. (MM)
semoga....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar