Jurnalis Independen: Sebentar mereka yang menggunakan kalender Masehi, lusa akan
meninggalkan 2011, dan memasuki 2012. Apa yang ada dalam benak 240 juta
rakyat Indonesia selama 2011 ini? Tidak banyak mereka yang mengingat
perjalanan hidup selama setahun itu.
Karena memang rata-rata ingatan mereka pendek. Jadi tidak pernah
mengingat detil, tentang kehidupan mereka selama setahun itu. Sebodoh "teuing"
(amat). Apa yang terjadi dan dialami di dalam kehidupan ini. Susah atau
senang tidak penting. Susah dan senang hidup di Indonesia enggak ada
bedanya.
Di benak mereka, rakyat yang sudah suntuk hidupnya itu, mereka sudah
siap-siap menyambut tahun baru Masehi, yang notabene bagian dari Natal,
kelahiran Isa al-Masih, dan akan disambut dengan penuh suka-cita.
Rakyat yang jelata yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya tidak perduli hujan-geledek, pasti mereka akan
pergi ke Ancol, Bunderan Hotel Indonesia, Monas, dan keliling Jakarta,
bersama anak-binik dengan kendaraan motor, sambil meniup terompet.
Sedangkan bagi masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya, Pelabuhan Perak dan atau Jembatan Suramadu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam merayakan malam pergantian tahun dengan menghamburkan ribuan liter bensin bersubsidi yang dibeli entah uang dari mana. Mungkin uang dari hasil menggarong, menjambret atau bahkan merampok yang belakangan ini banyak terjadi di Kota Buaya ini. Sedangkan bagi pegawai pemerintah sudah barang tentu memiliki uang untuk tahun baru dari hasil maling dan korupsi yang dilakukannya.
Bagi yang berduit, mereka akan menghabiskan malam tahun barunya, di
hotel-hotel mewah, tempat peristirahatan yang eksklusif, ke luar negeri,
menginap di resort-resort yang mewah dan eksklusif, yang tidak dapat
dibayangkan bagi rakyat miskin.
Nanti, saat jam menunjukkan lewat pukul 00, mereka akan melilhat
kilatan kembang api, dan mereka bersorak, bergembira, dan meluapkan
emosinya, yang selama setahun tertutupi segala kesumpekkan hidup. Mereka
yang hidupnya miskin mencoba melupakan segala kemiskinan mereka. Mereka
ingin melupakan sejenak, segala beban hidup, yang sudah tidak
tertahankan lagi.
Para gembel, gelandangan, tukang ojek, dan para pemulung, ikut pula
menikmati pergantian tahun Masehi, dan keluar dari kolong-kolong
jembatan, emper-emper toko, pinggiran rel kereta dan bantaran kali,
sembari membawa gerobak. Berbaur dengan berbagai jenis dan macam manusia
lainnya, yang malam tahun baru itu, tertawa-tawa, tanpa bisa memaknai
tertawa mereka.
Para pengangguran yang sudah putus asa, ikut menikmati malam tahun
baru. Meskipun, mereka sudah putus asa, dan ijazahnya sudah lecek, tapi
belum dapat pekerjaan. Entah sudah berapa sepatu yang dihabiskan,
berjalan mengelilingi kota, dari kantor ke kantor lainnya, tetap tak ada
pekerajaan. Satu kali mendapat panggilan, dan bekerja. Tiga bulan
kemudian dipecat. Karena perusahaan sekarang sistemnya "outshoursing". Perusahaan tidak ingin ada pegawai yang permanen. Merugikan.
Para petani miskin di desa-desa, yang tanahnya sudah dirampas para
pemililk modal, duduk di depan rumah sambil melamun. Mengapa nasibnya
sejelek itu? Mereka tak pernah mengerti, mengapa harus terjadi dalam
kehidupan mereka. Tanah-tanah yang menjadi sumber penghidupan mereka
hilang, dan dia tidak dapat lagi memanfaatkannya. Orang-orang miskin
didesa yang tidak memiliki sawah, dan menjadi buruh tani, lebih susah
lagi. Entah apa yang mereka makan setiap harinya?
Laki-laki tua di dalam sebuah rumah yang sangat sederhana, di sebuah
desa di Jawa, malam menjelang tahun baru Masehi, hanya bisa membakar
jerami kering, sekadar menghangatkan badannya, di tengah musim hujan
yang dingin. Isterinya memberikan singkong rebus, dan secangkir kopi,
yang dibuat dari jagung, karena tidak mampu membeli kopi. Anaknya yang
menjadi buruh di Jakarta, tak pernah pulang, dan tidak pernah memberikan
kabar, sejatinya apa yang dialaminya di Jakarta?
Mungkin nasibnya yang baik para perempuan. Mudah mencari pekerjaan.
Kantor-kantor dan pabrik hanya menerima pekerja perempuan. Makanya
banyak laki-laki yang nganggur dan stress. Di mana-mana dipenuhi
perempuan. Perusahaan pengerah tenaga kerja, yang dicari perempuan.
Perempuan Indonesia melanglang buana ke seantero negara, seperti di Arab
Saudi, Negara Teluk, Eropa, Singapura, dan Hongkong.
Di malam tahun baru, acara-acara yang disajikan, banyak menampilkan
perempuan. Di Ancol, Bunderan Hotel Indonesia, Monas, Hotel-Hotel, dan
tempat hiburan lainnya, perempuan menjadi dominan. Mereka akan melakukan
segalanya demi menyambut tahun baru Masehi. Dari acara-acara yang
dianggap sopan, sampai tarian telanjang berlangsung, semuanya menyambut
tahun baru Masehi.
Mereka yang bernasib baik, selain perempuan, tak lain para koruptor
dan para bromocorah (bajingan-penjahat). Para koruptor memakan uang
negara ratusan miliar, bahkan triliun, mereka masih dapat tertawa-tawa.
Mereka menginap di 'Hotel Prodeo", sebentar, dan kemudian mendapat
remisi, keluar dari Hotel itu. Mereka bukan dipenjara. Bukan. Mereka
hanya dipenjara di siang hari. Di malam hari mereka bisa pulang, dan
tidur dengan isterinya di rumah. Semua itu bisa diatur.
Para koruptor sudah menguasai jaringan negara secara sistemik. Tak
ada yang dapat melawan koruptor di Negeri yang bernama Indonesia. Semuanya sudah bertekuk
lutut. Menyerah. Pimpinan KPK yang baru dilantik kemarin, yang terpilih
harus bertemu lebih dahulu dengan Komisi III, yang memilih mereka. KPK
sudah ditekuk oleh DPR dan partai politik. Jangan berharap KPK bisa
menggilas para koruptor. Justru para koruptor lah yang menggilas KPK.
Tak aneh. Kalau ada mahasiswa yang sudah putus asa, kemudian
melakukan perbuatan yang terkutuk dan laknat. Memperkosa pedagang sayur
di dalam angkot. Di depan pacarnya sendiri. Kebiadaban itu manifestasi
atau bentuk putus asa. Putus asa menghadapi masa depan mereka. Banyak
yang putus asa. Tanpa bisa mencari jalan keluar menghadapi kehidupan mereka.
Banyak rakyat yang putus asa. Lalu, mencari jalan keluar, yang
aneh-aneh, dan tidak masuk akal. Itulah kehidupan selama 2011. Seperti keputusasaan Sondang Mahasiswa Universitas Bung Karno yang membakar diri lantaran melihat pemerintahan SBY-Bud bak artis melakukan tebar pesona dan bernyanyi ria.
Boleh dibilang tahun 2011 ini, kemenangan para koruptor, penjahat,
bromocorah, dan kaum hedonis, yang sudah menghabiskan energi orang-orang
yang ingin hidup normal, sesuai dengan kehidupan normal. Tetapi, semua
harapan hidup sudah dikikis oleh para koruptor, para penjahat, para
bromocorah dan kaum hedonis.
Maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku yang lebih
ekstrim dalam kehidupan rakyat, dan akan menghancurkan kehidupan
bersama, di tahun 2012. Suka atau tidak suka. Korupsi di Indonesia
terjadi dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Tak ada yang terkecuali.(emi/mnt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar