Jumat, 30 Desember 2011

Tahun 2011 Tahun Kemenangan Koruptor, Komprador dan Bromocorah

Jurnalis Independen: Sebentar mereka yang menggunakan kalender Masehi, lusa akan meninggalkan 2011, dan memasuki 2012. Apa yang ada dalam benak  240 juta rakyat Indonesia selama 2011 ini? Tidak banyak mereka yang mengingat perjalanan hidup selama setahun itu.


Karena memang rata-rata ingatan mereka pendek. Jadi tidak pernah mengingat detil, tentang kehidupan mereka selama setahun itu. Sebodoh "teuing" (amat). Apa yang terjadi dan dialami di dalam kehidupan ini. Susah atau senang tidak penting. Susah dan senang hidup di Indonesia enggak ada bedanya.

Di benak mereka, rakyat yang sudah suntuk hidupnya itu, mereka sudah siap-siap menyambut tahun baru Masehi, yang notabene bagian dari Natal, kelahiran Isa al-Masih, dan akan disambut dengan penuh suka-cita.

Rakyat yang jelata yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya tidak perduli hujan-geledek, pasti mereka akan pergi ke Ancol, Bunderan Hotel Indonesia, Monas, dan keliling Jakarta, bersama anak-binik dengan kendaraan motor, sambil meniup terompet.

Sedangkan bagi masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya, Pelabuhan Perak dan atau Jembatan Suramadu menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam merayakan malam pergantian tahun dengan menghamburkan ribuan liter bensin bersubsidi yang dibeli entah uang dari mana. Mungkin uang dari hasil menggarong, menjambret atau bahkan merampok yang belakangan ini banyak terjadi di Kota Buaya ini. Sedangkan bagi pegawai pemerintah sudah barang tentu memiliki uang untuk tahun baru dari hasil maling dan korupsi yang dilakukannya.
 
Bagi yang berduit, mereka akan menghabiskan malam tahun barunya, di hotel-hotel mewah, tempat peristirahatan yang eksklusif, ke luar negeri, menginap di resort-resort yang mewah dan eksklusif, yang tidak dapat dibayangkan bagi rakyat miskin.

Nanti, saat jam menunjukkan lewat pukul 00, mereka akan melilhat kilatan kembang api, dan mereka bersorak, bergembira, dan meluapkan emosinya, yang selama setahun tertutupi segala kesumpekkan hidup. Mereka yang hidupnya miskin mencoba melupakan segala kemiskinan mereka. Mereka ingin melupakan sejenak, segala beban hidup, yang sudah tidak tertahankan lagi.

Para gembel, gelandangan, tukang ojek, dan para pemulung, ikut pula menikmati pergantian tahun Masehi, dan keluar dari kolong-kolong jembatan, emper-emper  toko, pinggiran rel kereta dan bantaran kali, sembari membawa gerobak. Berbaur dengan berbagai jenis dan macam manusia lainnya, yang malam tahun baru itu, tertawa-tawa, tanpa bisa memaknai tertawa mereka.

Para pengangguran yang sudah putus asa, ikut menikmati malam tahun baru. Meskipun, mereka sudah putus asa, dan  ijazahnya sudah lecek, tapi belum dapat pekerjaan. Entah sudah berapa sepatu yang dihabiskan, berjalan mengelilingi kota, dari kantor ke kantor lainnya, tetap tak ada pekerajaan. Satu kali mendapat panggilan, dan bekerja. Tiga bulan kemudian dipecat. Karena perusahaan sekarang sistemnya "outshoursing". Perusahaan tidak ingin ada pegawai yang permanen. Merugikan.

Para petani miskin di desa-desa, yang tanahnya sudah dirampas para pemililk modal, duduk di depan rumah sambil melamun. Mengapa nasibnya sejelek itu? Mereka tak pernah mengerti, mengapa harus terjadi dalam kehidupan mereka. Tanah-tanah yang menjadi sumber penghidupan mereka hilang, dan dia tidak dapat lagi memanfaatkannya. Orang-orang miskin didesa yang tidak memiliki sawah, dan menjadi buruh tani, lebih susah lagi. Entah apa yang mereka makan setiap harinya?

Laki-laki tua di dalam sebuah rumah yang sangat sederhana, di sebuah desa di Jawa, malam menjelang tahun baru Masehi, hanya bisa membakar jerami kering, sekadar menghangatkan badannya, di tengah musim hujan yang dingin. Isterinya memberikan singkong rebus, dan secangkir kopi, yang dibuat dari jagung, karena tidak mampu membeli kopi. Anaknya yang menjadi buruh di Jakarta, tak pernah pulang, dan tidak pernah memberikan kabar, sejatinya apa yang dialaminya di Jakarta?

Mungkin nasibnya yang baik para perempuan. Mudah mencari pekerjaan. Kantor-kantor dan pabrik hanya menerima pekerja perempuan. Makanya banyak laki-laki yang nganggur dan stress. Di mana-mana dipenuhi perempuan. Perusahaan pengerah tenaga kerja, yang dicari perempuan. Perempuan Indonesia melanglang buana ke seantero negara, seperti di Arab Saudi, Negara Teluk, Eropa, Singapura, dan Hongkong.

Di malam tahun baru, acara-acara yang disajikan, banyak menampilkan perempuan. Di Ancol, Bunderan Hotel Indonesia, Monas, Hotel-Hotel, dan tempat hiburan lainnya, perempuan menjadi dominan. Mereka akan melakukan segalanya demi menyambut tahun baru Masehi. Dari acara-acara yang dianggap sopan, sampai tarian telanjang berlangsung, semuanya menyambut tahun baru Masehi.

Mereka yang bernasib baik, selain perempuan, tak lain para koruptor dan para bromocorah  (bajingan-penjahat). Para koruptor memakan uang negara ratusan miliar, bahkan triliun, mereka masih dapat tertawa-tawa.

Mereka menginap di 'Hotel Prodeo", sebentar, dan kemudian mendapat remisi, keluar dari Hotel itu. Mereka bukan dipenjara. Bukan. Mereka hanya dipenjara di siang hari. Di malam hari mereka bisa pulang, dan tidur dengan isterinya di rumah. Semua itu bisa diatur.

Para koruptor sudah menguasai jaringan negara secara sistemik. Tak ada yang dapat melawan koruptor di Negeri yang bernama Indonesia. Semuanya sudah bertekuk lutut. Menyerah. Pimpinan KPK yang baru dilantik kemarin, yang terpilih harus bertemu lebih dahulu dengan Komisi III, yang memilih mereka. KPK sudah ditekuk oleh DPR dan partai politik. Jangan berharap KPK bisa menggilas para koruptor. Justru para koruptor lah yang menggilas KPK.

Tak aneh. Kalau ada mahasiswa yang sudah putus asa, kemudian melakukan perbuatan yang terkutuk dan laknat. Memperkosa pedagang sayur di dalam angkot. Di depan pacarnya sendiri. Kebiadaban itu manifestasi atau bentuk putus asa. Putus asa menghadapi masa depan mereka. Banyak yang putus asa. Tanpa bisa mencari jalan keluar menghadapi kehidupan mereka. Banyak rakyat yang putus asa. Lalu, mencari jalan keluar, yang aneh-aneh, dan tidak masuk akal. Itulah kehidupan selama 2011. Seperti keputusasaan Sondang Mahasiswa Universitas Bung Karno yang membakar diri lantaran melihat pemerintahan SBY-Bud bak artis melakukan tebar pesona dan bernyanyi ria.

Boleh dibilang tahun 2011 ini, kemenangan para koruptor, penjahat,  bromocorah, dan kaum hedonis, yang sudah menghabiskan energi orang-orang yang ingin hidup normal, sesuai dengan kehidupan normal. Tetapi, semua harapan hidup sudah dikikis oleh para koruptor, para penjahat, para bromocorah dan kaum hedonis.

Maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku yang lebih ekstrim dalam kehidupan rakyat, dan akan menghancurkan kehidupan bersama, di tahun 2012. Suka atau tidak suka. Korupsi di Indonesia terjadi dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Tak ada yang terkecuali.(emi/mnt)

Tidak ada komentar: