Jurnalis Independen-Bima: Inilah bukti kalau pemerintah ini menjadi cecunguk di negeri dan rakyatnya sendiri, apalagi bersembunyi dibalik undang-undang bikinan para dewan yang menjadi lonte dari negara kapitalis imperialis.
Pembubaran paksa pendudukan Pelabuhan Sape di Bima, Nusa Tenggara Barat, oleh polisi yang berujung kematian dua warga, membuat situasi di Kota Bima, kian mencekam. Warga dari Kecamatan Lambu, Bima, dilaporkan mulai melakukan aksi pembakaran sejumlah kantor, termasuk kantor Kepolisian Sektor Lambu dan gedung DPRD Bima.
Kontributor Metro TV Ikra Hardiansyah, melaporkan, di wilayah Lambu, bahwa warga dan mahasiswa juga melakukan aksi pembakaran terhadap beberapa kantor pemerintah lainnya. Bahkan rumah sejumlah kepala desa yang disebut-sebut mendukung kebijakan Pemerintah Kabupaten Bima terkait penambangan emas, menjadi sasaran amuk massa.
Situasi mencekam kini terjadi di Kecamatan Lambu dan Kecamatan Sape. Di Sape, warga saat ini dilaporkan hendak menyerang Kantor PLN Cabang Sape, karena sejak pagi hingga kemarin malam, mematikan arus listrik ke wilayah itu. Kini, Kantor PLN Sape dijaga ketat aparat kepolisian.
Di Kota Bima, dilaporkan massa juga mulai menyerang dan melakukan pembakaran ke sejumlah kantor pemerintah, termasuk gedung DPRD Kota Bima. Ini merupakan bentuk kekecewaan warga terhadap kepolisian yang membubarkan aksi pendudukan mereka di Pelabuhan Sape, yang berujung pada kematian dua rekan mereka. Bahkan puluhan lainnya terluka dan kini dirawat di sejumlah rumah sakit dan puskesmas.
Hingga siang ini, jumlah korban jiwa akibat pembubaran paksa oleh polisi berjumlah dua orang. Namun isu beredar, menyusul aksi amuk massa di sejumlah tempat, jumlah korban jiwa mencapai 12 orang. Namun untuk isu itu, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian.
Sementara dua korban jiwa, yakni berasal dari Kecamatan Lambu. Korban bernama Saiful berusia 23 tahun dan Arif Rahman berusia 24 tahun. Dua jenazah kini berada di kamar mayat Rumah Sakit Umum Daerah Bima. Sedang jumlah korban luka belum bisa dipastikan.
Situasi di beberapa wilayah di Bima, kini, sangat mencekam. Aparat kepolisian dengan senjata lengkap, bersiaga di sejumlah titik. Mereka berusaha menghalau warga yang berusaha merusak fasilitas umum. Tokoh masyarakat kini berusaha berkumpul untuk menenangkan massa. Sejauh ini belum ada tanggapan dari Pemerintah Kabupaten Bima, karena saat kejadian perkantoran pemerintah sedang libur.
Tiga hari silam, Bupati Bima k Ferry Zulkarnaen memutuskan hanya menghentikan sementara pertambangan emas yang diprotes warga. Bukan mencabut surat keputusan (SK) 188 tentang Eksplorasi Pertambangan Emas di Kecamatan Sape dan Kecamatan Lambu.
SK yang memicu kemarahan warga di dua kecamatan, Lambu dan Sape, itu Dalam hanya mengizinkan perusahaan tertentu menambang emas serta menyebut pertambangan tradisional warga sebagai tindakan melawan hukum. Hal ini dinilai diskriminatif dan merugikan warga Lambu dan Sape.
Tuntutan lain warga adalah meminta kepolisian segera membebaskan Adi Supriadi, kader Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Bima yang ditangkap polisi sebulan lalu karena dugaan provokasi dalam unjuk rasa yang berakibat pembakaran Kantor Camat Lambu.(DSY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar